Sudah seharusnya

Zoya berdiri menatap Laura sambil berkacak pinggang, begitu lama ia menunggu sahabatnya ini yang katanya hanya pergi ke toilet tetapi ia menunggu hampir setengah jam.

"Ayo pulang," ajak Zoya.

Laura menggeleng. "Aku belum bisa pulang, ada pekerjaan tambahan yang harus aku kerjakan. Kamu bisa 'kan pulang sendiri?"

Zoya menghela napas. "Baiklah, tetapi apakah kamu tidak ingin aku bantu?" tanya Zoya, padahal ia sudah sangat lelah tetapi rasanya tidak enak jika meninggalkan Laura bekerja sendiri.

Laura mengibaskan tangannya. "Tidak perlu, kamu terlihat sangat lelah. Pulanglah, aku bisa mengerjakannya sendiri," jawab Laura.

Zoya pun patuh, ia memeluk Laura sebentar lalu ia pergi. Setelah memastikan Zoya pergi, Laura pun bergegas mengambil seragamnya dan langsung naik ke lantai di mana kamar 108 berada. Laura akan siap lebih dulu di sana untuk memastikan Mahen datang.

Sementara itu di restoran hotel, Mahen sudah selesai membahas beberapa poin proposal yang hampir semua tidak ia setujui. Pekerjaan sampingannya sebagai wakil Leonardo Shan mengharuskannya menemui klien yang hendak bekerja sama.

Mahen melirik jam di tangannya dan ternyata sudah pukul sembilan. Dari pagi hingga malam pekerjaannya begitu banyak bahkan ia tak sempat pulang. Rasa kantuk juga sudah menyerangnya padahal tadi ia masih kuat untuk pulang.

"Kalau begitu kami permisi dulu Tuan Mahen. Apakah Anda ingin menginap di sini atau pulang? Anda terlihat sangat lelah," tanya Zivana.

Mahen tak menjawab hingga membuat wanita itu kikuk. Ia pun berpamitan pergi bersama dua asistennya sambil menyeringai.

'Obat kantuk itu bekerja,' gumam Zivana dalam hati. 'Sebentar lagi dia pasti akan memilih menginap di kamar favoritnya itu, pelayan itu akan datang untuk memberikan obat selanjutnya. Sayang, kamu terlalu liar sehingga aku harus menjinakkanmu dengan cara ini,' imbuhnya, senyum itu tak lepas dari bibirnya.

Mahen menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia tidak sanggup untuk pulang sehingga ia menghubungi bagian resepsionis lewat ponselnya untuk menyiapkan kamar yang memang khusus untuknya. Tuan Joe Abraham adalah pemilik hotel ini, Mahen yang merupakan anak angkatnya tentu saja bebas memilih.

Mahen pun berjalan keluar dari restoran hotel lalu ia masuk ke dalam lift khusus. Kamar itu berada di ujung tak jauh dari lift, sekilas Mahen melihat seorang karyawan kebersihan sedang berjalan ke arah kamarnya. Saat Mahen hendak masuk, karyawan yang tak lain adalah Laura itu menghentikannya.

"Tuan, toiletnya kebetulan belum dibersihkan. Boleh saya masuk?" tanya Laura dengan gugup, di tangannya ada alat pel untuk lebih meyakinkan.

Mahen hanya mengangguk, ia butuh beristirahat. Sebenarnya ia sangat ingin membersihkan diri tetapi tidak mungkin ia menunda pekerjaan gadis yang sepertinya pernah ia kenali tetapi entah di mana.

Laura masuk ke dalam toilet yang super bersih itu. Andai Mahen yang masuk lebih dulu jelas ia akan dicurigai. Sebisa mungkin Laura mendengar siapa saja yang masuk agar ia tidak kecolongan. Bisa bahaya jika seseorang meracuni pria tampan itu.

Seperti yang Laura dengar di toilet tadi, benar saja hampir sepuluh menit berselang seseorang menekan bel kamar. Laura sengaja tidak menutup rapat pintu toilet agar ia bisa mendengar dan melihat siapa yang masuk.

Dengan malas Mahen membuka pintu kamar, ia tahu jika ia menginap sudah pasti akan ada pelayanan terbaik untuknya tanpa ia minta. Seorang wanita membawa troli berisi makanan dan minuman, Mahen hanya memintanya untuk meletakkan di dekat sofa lalu mengusir wanita itu. Tak lupa Mahen mengunci pintu kamar, ia lupa ada seseorang di toilet yang harus keluar juga.

"Sepertinya minum akan membuatku lebih tenang," gumam Mahen kemudian ia duduk di sofa dan menuangkan minuman di botol itu ke dalam gelas.

Mata Laura terbelalak, ia ingat betul perintah orang itu untuk menaruh obat ke dalam minuman hingga tanpa sadar ia berlari dan merampas gelas di tangan Mahen. Tanpa pikir panjang Laura meneguk habis minuman itu hingga membuat Mahen marah padanya.

"Apa-apaan kamu hah! Lancang!" bentak Mahen.

Laura langsung berlutut. "Maafkan saya Tuan, saya tidak bermaksud lancang tetapi saya tadi mendengar jika seseorang mencoba memberi obat pada minuman Anda. Saya curiga itu adalah racun, maka dari itu saya — oh astaga, apa yang sudah aku lakukan? Mengapa aku meminumnya?!" pekik Laura.

Mahen mengangkat sebelah alisnya, bibirnya berkedut melihat kelakuan gadis di hadapannya ini. Polos, cerewet, ceroboh seperti … Namira.

Mahen menggeleng keras. Namira-nya sudah berada di rumah. Lagi pula gadis di depannya ini tidak mengenalinya dan ia merasa asing.

"Oh ya? Tetapi kamu tidak langsung mati, bukan? Aku akan meminumnya untuk memastikan," ucap Mahen kemudian tanpa menuang ke gelas ia meminum langsung dari botolnya. "See, tidak terjadi apapun. Kamu salah Nona," ucap Mahen kemudian ia meletakkan kembali botol itu di meja.

Laura terdiam, ia tidak mungkin salah dengar atau pelayan tadi bukan yang seharusnya datang. Namun Laura merasa lega sebab ketakutannya tidak terjadi. Hanya saja … sekarang ia merasa tubuhnya mulai panas. Ia bergerak gelisah sambil mengipasi wajahnya dengan tangan. Mahen yang melihat itu pun merasa heran sebab kamar ini sangat sejuk.

"Ada apa denganmu?" tanya Mahen.

Laura menggeleng. "Aku hanya merasa kepanasan," jawabnya.

Mahen menggeleng, sepertinya ia sedang berhadapan dengan gadis aneh. Tetapi kini ia juga merasakan hal yang sama, tubuhnya terasa gerah seakan pendingin ruangan tidak berfungsi. Apalagi kini ia melihat Laura yang juga kepanasan justru membangkitkan sesuatu di dalam dirinya.

"Shit! Kamu benar, seseorang sudah mencampuri minuman ini dengan obat perangsang," ucap Mahen panik. Jack tidak bersamanya dan ia tahu dosis yang dicampurkan ke dalam minuman ini sangat tinggi.

Laura terdiam, ia tahu maksud dari obat tersebut dan ia tahu mengapa sekarang ia bisa seperti orang kelaparan saat melihat Mahen.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan, Tuan?" tanya Laura bingung.

"Kamu masih virgin?" tanya Mahen yang langsung membuat Laura tertohok.

"Harusnya sudah tidak jika ledakan itu tidak terjadi," gumam Laura namun masih didengar oleh Mahen.

"Maksud kamu?" tanya Mahen, mati-matian ia menahan dirinya, ada Namira atau Anna yang harus ia jaga perasaannya.

"Hah? Oh tidak Tuan, bukan apa-apa," kilah Laura. Ingin rasanya ia mengatakan kejadian malam itu dan berterus terang, ia juga sangat ingin mengucapkan terima kasih tetapi ia merasa ragu.

Mahen tahu ini salah tetapi jika tidak dengan melakukan ini ia bisa tersiksa sedangkan ia tidak mungkin pulang dan merusak gadis yang ia cintai. Tanpa pikir panjang Mahen menarik Laura untuk berdiri dan memeluknya.

"Aku menginginkanmu malam ini, beritahu berapa bayaran yang kamu inginkan untuk itu. Kita sama-sama dalam kesulitan tetapi jika kamu masih virgin tentu ada harga yang harus aku bayar," ucap Mahen.

Laura kesulitan menelan salivanya. Ada rasa bergejolak dalam hatinya dan juga desiran aneh serta keinginan kuat untuk memeluk Mahen sangat tidak bisa ia elakkan.

"T-tuan, lakukan saja yang sudah seharusnya. Anda sudah membayar saya mahal malam itu tetapi karena ledakan dan kejadian Anda yang hampir dibunuh seseorang semua itu tidak terjadi. Lakukan saja, Anda tidak perlu mengeluarkan biaya. Ini sudah seharusnya terjadi," ucap laura pasrah.

Terpopuler

Comments

Nic

Nic

bagus, lebih bagus mmg kalau dijelasin di awal

2024-05-08

0

lihat semua
Episodes
1 Menjual Keperawanan
2 Aku Bukan Namira!
3 Anna Gilbert
4 Dia masih hidup
5 Sudah seharusnya
6 Lupakan saja
7 Mundur teratur
8 Mood booster
9 Pikiran Selingkuh
10 Kamar 101
11 Pekerjaan Baru
12 Kalung itu ...
13 Bagaimana dengan Laura?
14 Tanpa kabar
15 How come?
16 Damn it!
17 Laura dan Hujan
18 Aku akan menikah!
19 Benih Nyamuk
20 Sup ayam tanpa ayam
21 Aroma Mahen
22 Dua Hati
23 Nyawa dibayar nyawa
24 Harapan dari Zoya
25 Terabaikan
26 Berlutut
27 Harus diakhiri
28 Laura Baik-baik saja
29 Seperti semula
30 Formula untuk melupakan Laura
31 Sebuah pencerahan
32 Karena kalian tidak bertanya
33 Yang sebenarnya
34 Panggil aku kakak!
35 Mencari-cari
36 Seperti ini
37 Kamu bentak aku?
38 Dia milikku
39 Hanya dia
40 Be mine please ...
41 Sampai ke akar-akarnya
42 Rumah itu kamu!
43 Melompat lah!
44 Hidangan pembuka dan penutup
45 Keinginan Laura
46 Sekarang Jack!
47 Kepala peringatan
48 Wanita itu ...
49 Brother complex?
50 How lucky you are
51 Honey berniat selingkuh?
52 Jadi Ternyata ....
53 Hanya Kak Mahen
54 Aku hanya ingin Mahen!
55 Tempat untuk berlindung
56 Pion
57 Ada apa dengan Joe?
58 Keponakan Tua!
59 Rumah baru untuk Anna
60 Melarikan diri
61 Jangan lewatkan aku!
62 Pencetus Konspirasi
63 Aku akan memaksanya!
64 Kak Mahen kenal Kenzo?
65 Apakah ini pengaturan Paman?
66 Pesona Istri Orang
67 Mulailah hidup baru
68 Menolong Anna
69 Ini tentang Laura ....
70 Hanya untuk menguji kekuatanku
71 Mimpimu!
72 Kamu harus fokus!
73 Ulang tahun Leon
74 Apa kabar wahai pembunuh?
75 Jangan Memfitnahku!
76 Kamu ...!
77 Penyerangan
78 Kisah Joe
79 Kehamilan Superfekundasi
80 Setitik Rasa
81 Calon ibu yang baik
82 Mereka sudah bahagia
83 Joe melarikan diri
84 Jangan coba-coba kabur!
85 Menemui Ayah Jun
86 Jangan main hati
87 Aku sudah punya
88 Keturunan Siapa
89 Maaf aku khilaf
90 Bicara Tentang Kita Saja
91 Menikah Dulu, Jatuh Cintanya Nanti
92 Pengumuman
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Menjual Keperawanan
2
Aku Bukan Namira!
3
Anna Gilbert
4
Dia masih hidup
5
Sudah seharusnya
6
Lupakan saja
7
Mundur teratur
8
Mood booster
9
Pikiran Selingkuh
10
Kamar 101
11
Pekerjaan Baru
12
Kalung itu ...
13
Bagaimana dengan Laura?
14
Tanpa kabar
15
How come?
16
Damn it!
17
Laura dan Hujan
18
Aku akan menikah!
19
Benih Nyamuk
20
Sup ayam tanpa ayam
21
Aroma Mahen
22
Dua Hati
23
Nyawa dibayar nyawa
24
Harapan dari Zoya
25
Terabaikan
26
Berlutut
27
Harus diakhiri
28
Laura Baik-baik saja
29
Seperti semula
30
Formula untuk melupakan Laura
31
Sebuah pencerahan
32
Karena kalian tidak bertanya
33
Yang sebenarnya
34
Panggil aku kakak!
35
Mencari-cari
36
Seperti ini
37
Kamu bentak aku?
38
Dia milikku
39
Hanya dia
40
Be mine please ...
41
Sampai ke akar-akarnya
42
Rumah itu kamu!
43
Melompat lah!
44
Hidangan pembuka dan penutup
45
Keinginan Laura
46
Sekarang Jack!
47
Kepala peringatan
48
Wanita itu ...
49
Brother complex?
50
How lucky you are
51
Honey berniat selingkuh?
52
Jadi Ternyata ....
53
Hanya Kak Mahen
54
Aku hanya ingin Mahen!
55
Tempat untuk berlindung
56
Pion
57
Ada apa dengan Joe?
58
Keponakan Tua!
59
Rumah baru untuk Anna
60
Melarikan diri
61
Jangan lewatkan aku!
62
Pencetus Konspirasi
63
Aku akan memaksanya!
64
Kak Mahen kenal Kenzo?
65
Apakah ini pengaturan Paman?
66
Pesona Istri Orang
67
Mulailah hidup baru
68
Menolong Anna
69
Ini tentang Laura ....
70
Hanya untuk menguji kekuatanku
71
Mimpimu!
72
Kamu harus fokus!
73
Ulang tahun Leon
74
Apa kabar wahai pembunuh?
75
Jangan Memfitnahku!
76
Kamu ...!
77
Penyerangan
78
Kisah Joe
79
Kehamilan Superfekundasi
80
Setitik Rasa
81
Calon ibu yang baik
82
Mereka sudah bahagia
83
Joe melarikan diri
84
Jangan coba-coba kabur!
85
Menemui Ayah Jun
86
Jangan main hati
87
Aku sudah punya
88
Keturunan Siapa
89
Maaf aku khilaf
90
Bicara Tentang Kita Saja
91
Menikah Dulu, Jatuh Cintanya Nanti
92
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!