Mahen terdiam mencoba mencerna ucapan gadis di hadapannya ini. Ia sudah melepaskan pelukannya, ia juga mencoba untuk mengenali wajah itu yang menurutnya cukup asing tetapi ada desiran aneh saat ia menyentuhnya tadi. Seakan ia pernah merasakan dekapan itu.
"Apa kamu yang menolongku malam itu?" tanya Mahen.
Laura menunduk, ia jelas menyesal karena menolong Mahen tidak sepenuhnya. Harusnya ia membawa Mahen keluar bersamanya.
"Anda tidak bisa mengatakan jika saya menolong Anda, Tuan. Jelas saya meninggalkan Anda malam itu di kamar, maafkan saya," ucap Laura diluar perkiraan Mahen.
Mahen terkekeh pelan. "Jika kamu yang membawaku pergi malam itu sudah pasti kita akan mati bersama. Lihatlah dirimu yang sangat kecil itu, kamu tidak akan sanggup membawaku pergi. Ya sudah, mari kita teruskan apa yang sudah seharusnya terjadi," ucap Mahen yang mulai menyentuh Laura.
'Maafkan aku Anna,' imbuh Mahen dalam hati.
Laura mulai ketakutan tetapi tidak selaras dengan tubuhnya yang menginginkan setiap sentuhan itu. Mahen bahkan sangat tahu di mana saja ia ingin disentuh. Meskipun ia sangat kaku tetapi Mahen tidak mengejeknya bahkan lelaki itu terlihat sangat menikmati.
Pakaian sudah Mahen tanggalkan semua, Laura merasa malu tetapi tidak dengan gerakan tangannya yang mulai menyentuh dada Mahen. Pria itu terlihat sangat menikmati, jika saja bukan karena obat itu sudah pasti Laura tidak akan seliar ini.
Pergulatan mereka di atas ranjang berlangsung cukup lama. Mahen tidak cukup sekali tetapi mencapai empat kali pelepasan barulah ia melepaskan Laura yang kini jatuh tertidur. Sebelum ikut masuk ke alam mimpi, Mahen sempat melihat noda merah tanda ia telah merenggut kesucian Laura.
"Entah siapa namanya, tetapi ketika aku menggagahinya aku merasa melakukannya dengan hatiku. Tidak pernah sebelumnya merasakan hal seperti ini, bercinta dengannya bagaikan aku menemukan oasis di padang tandus. Aku juga tidak tahu apa tujuannya menjual keperawanan tetapi setelah ini aku ingin dia tidak mengingatku lagi. Semua ini terjadi karena kesepakatan bersama. Anna tidak boleh tahu," ucap Mahen kemudian ia menarik selimut untuk menutupi tubuh polos Laura. Ia pun turut bergabung ke alam mimpi.
Keesokan harinya Laura terbangun, ia merasakan sekujur tubuhnya seakan remuk. Ia belum mengingat kejadian semalam bahkan ia merasa tidurnya terlalu lelah hingga tak sadar ini sudah pukul berapa.
Laura mengumpulkan kesadarannya, pandangannya mengitari ruangan di mana ia berada dan seketika Laura langsung terduduk tanpa sadar selimut yang menutupi tubuhnya melorot ke bawah, membuat pria yang sedang duduk di sofa kesulitan menelan salivanya.
"Aku di mana?" tanya Laura belum menyadari keberadaan Mahen.
Gadis yang bukan lagi gadis itu mulai mengingat-ingat kejadian semalam hingga pipinya memerah dengan mata terbuka lebar.
"A-aku sudah tidak perawan lagi. Tuan Mahen pun telah pergi. Tetapi tidak masalah, semua memang harus seperti ini. Dia sudah membayar mahal, berkat dia Aurora bisa dioperasi," monolog Laura, hal itu membuat Mahen terkekeh hingga Laura terkejut. "T-tuan Mahen!" pekiknya.
Mahen memang tidak pulang. Ia menunggu Laura bangun sebab ia tahu Laura pasti akan kesulitan untuk melakukan sesuatu saat terbangun nanti mengingat bagaimana semalam ia menggempur gadis kecil itu. Ada perasaan tidak tega padahal Laura hanyalah wanita bayaran.
"Aku tidak bisa membiarkan orang asing berada di kamarku terlalu lama. Bangun dan bersihkan tubuhmu lalu keluar dari kamar ini," titah Mahen. Ia kembali memasang mode kulkas sepuluh pintu padahal rasanya ia ingin menertawakan Laura.
Laura mengangguk, bergegas ia turun tetapi ia kembali terkejut saat mendapati ternyata sedari tadi tubuhnya terekspos begitu jelas oleh Mahen. Pipinya kembali memerah seperti kepiting rebus. Panik, ia segera menarik selimut lalu bergegas turun tetapi yang ada ia justru jatuh di lantai dengan selimut yang menutupi tubuhnya.
Mahen menghela napas. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Harusnya ia biarkan saja tetapi hatinya tidak bisa melakukan hal itu. Tanpa bicara Mahen membawa Laura masuk ke dalam kamar mandi, lalu ia meninggalkan wanita itu di sana.
Kembali Mahen duduk di sofa menanti Jack memberikan informasi siapa yang sudah memasukkan obat perangsang itu ke dalam minumannya.
"Tuan, Nona Zivana yang merencanakan semua itu. Saya sudah menyelidiki pelayan hotel itu dan akhirnya penelusuran berakhir pada wanita yang semalam meeting bersama Anda," ucap Jack ketika Mahen menjawab panggilannya.
Tangan Mahen meremas kuat ponselnya. Wanita itu rupanya ingin bermain dengannya. "Lalu?"
"Saya sudah menahannya di markas, Tuan. Sebenarnya semalam Nona Zivana sendiri yang akan masuk ke kamar. Apakah Anda bisa mengatasi masalah semalam, Tuan? Menurut pelayan hotel itu dosisnya sangat tinggi. Anda baik-baik saja?"
Pertanyaan Jack membuat Mahen terdiam tetapi tidak dengan pikirannya yang berkelana pada kejadian semalam. "Ya, aku baik-baik saja," ucap Mahen kemudian ia memutus panggilannya.
Mahen meletakkan ponselnya, ia menunggu Laura hingga selesai karena ia harus pulang dan menemui Anna. Kekasihnya itu pasti sedang menunggunya mengingat hubungan mereka mulai dekat, Mahen tidak ingin ada kesalahan.
Dua puluh menit Laura keluar dari kamar mandi, ia celingak-celinguk memperhatikan keadaan sekitar dengan hanya menyembulkan kepalanya. Bergegas Laura menutup pintu saat tatapannya bertemu dengan tatapan Mahen.
"Dasar aneh!" gumam Mahen. "Keluarlah, aku harus segera pergi. Pakai pakaianmu semalam," ujar Mahen kemudian ia memilih sibuk dengan pekerjaannya, memeriksa email yang masuk di ponselnya.
Laura bergegas keluar dan mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai. Ternyata sekarang sudah pukul sepuluh, keluarganya pasti mencarinya. Setelah berganti pakaian, Laura pun berpamitan pulang.
"Hei Nona, mengenai kejadian semalam tolong lupakan saja, bukankah kamu mengatakan kalau itu sudah seharusnya. Aku tidak ingin memperpanjang masalah jika kamu sampai menceritakan masalah ini di luar sana. Kamu mungkin tidak mengenalku dengan baik tetapi ketahuilah aku sangat mampu untuk menghancurkan siapa saja yang akan membuatku dalam masalah," ucap Mahen menyelipkan ancaman.
Laura hanya bisa mengangguk. Wajah tampan itu kini terlihat menakutkan. Laura juga tidak bodoh untuk menceritakan aib ini pada orang-orang. Ia saja menutup rapat masalah uang itu dari kedua orang tuanya, apalagi kejadian semalam. Bahkan Zoya pun tidak boleh tahu.
Jujur saja ada rasa sakit yang ia rasakan. Ia sudah kehilangan kesuciannya dan pria itu meminta untuk melupakan begitu saja. Ia bukan perempuan seperti itu tetapi karena keadaan yang mendesak hingga akhirnya ia menempuh jalan yang tidak seharusnya ia lalui.
Pintu ditutup, Mahen segera bangkit dari duduknya sebab Anna sudah mencarinya sejak tadi. Ia akan menengok kekasihnya itu sebentar lalu mendatangi markas untuk melihat keadaan Zivana. Bagi Mahen wanita itu lebih pantas mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sri Siyamsih
kl htmu spt itu, alangkh baiknya slidiki dl mahennnnn
2024-03-21
0