Kalung itu ...

Dua jam perjalanan akhirnya mobil yang dikendarai Damian sampai di depan sebuah rumah megah. Laura dan Zoya keluar dan keduanya langsung mengagumi rumah ini. Memang hanya memiliki dua lantai tetapi arsitekturnya sungguh mengagumkan dan memanjakan mata. Sederhana tetapi sangat elegan.

Di depan mereka sudah ada Shereena yang menunggu bersama satu wanita yang diketahui sebagai kepala pelayan di rumah ini. Mereka menunggu kedatangan Laura dan Zoya untuk segera memberitahu pekerjaan mereka juga sekalian mengenal pekerja baru di rumah ini.

Zoya menggenggam tangan Laura. Ia memang biasa bekerja di tempat banyak orang tetapi begitu melangkah masuk ke rumah ini, ia mendadak merasa gugup.

"Selamat malam," sapa Laura.

"Ya, selamat malam. Mari kita masuk dan saya akan menjelaskan pekerjaan kalian setelah itu kalian bisa pergi ke kamar dan mengistirahatkan diri," ucap wanita itu. "Oh ya, perkenalkan saya Theo," lanjutnya.

Laura dan Zoya bergantian memperkenalkan diri, kemudian Theo menjelaskan apa saja pekerjaan mereka. Ternyata di rumah ini ada pekerjaan yang sebenarnya merupakan sebuah bisnis, calon istri pemilik rumah sangat ingin membuka usaha di bidang penjualan parfum. Dia memiliki modal hanya saja butuh karyawan untuk membantunya dan ia ingin mengenal mereka sebelum toko parfum dibuka.

Laura dan Zoya akan dibimbing untuk menjadi costumer service, selain itu mereka juga harus belajar tentang mengenali aroma parfum serta banyak lagi. Rupanya pekerjaan yang Shereena katakan sebagai asisten rumah tangga itu telah ada yang mengisinya.

"Saya masih kurang paham, tetapi besok pagi Nona Anna akan menjelaskan tugas kalian lebih rinci," ucap Theo, ia kemudian meminta Laura dan Zoya untuk beristirahat.

Laura dan Zoya berada di kamar yang sama, Shereena mengantar mereka. Kamar mereka berdekatan, bahkan kamar khusus pelayan saja di rumah ini berjumlah tujuh kamar dengan satu kamar dihuni oleh dua orang.

Di dalam kamar, Zoya yang berbaring bersama Laura tetapi berbeda kasur itu saling berbagi cerita dan bertukar pendapat. Mereka seperti telah tertipu oleh ajakan Shereena, namun mereka juga tidak bisa lari dari sini. Mereka telah mengundurkan diri di hotel dan langkah Laura menjauhi Kenzo sudah sampai di titik ini.

"Berapa ya gaji kita sebulan? Ini tokonya baru akan dibuka lho," tanya Zoya, ia menghela napas berat.

"Aku juga tidak tahu. Tetapi bercermin dari gaji pelayan di rumah ini yang sangat besar, aku optimis gaji kita pun sama besarnya," jawab Laura yang ia sendiri hanya memiliki keyakinan sepuluh persen dari seratus.

"Semoga saja," gumam Zoya.

***

Pagi menjelang, aktivitas di rumah baru yang ditempati Laura langsung terlihat sejak pukul lima. Ia bangun lebih awal karena ada tugas individu yang harus ia kerjakan dan tidak boleh ia tinggalkan. Setelah itu, Laura bergegas keluar untuk melihat orang-orang bekerja. Ia terkagum-kagum, bahkan pemandangan seperti ini sama persis seperti pelayanan di hotel tempat ia bekerja dulu.

"Kamu asisten Nona Anna yang baru?" tanya koki yang baru saja memasukkan daging dalam wajan.

Laura mengangguk lalu ia tersenyum. "Kami datang semalam dan akan bekerja di toko Nona Anna," jawab Laura.

Koki itu mengangguk. "Berhati-hatilah, Tuan tidak suka jika nona Anna sampai kesal. Dia ingin calon istrinya selalu diutamakan. Tuan bukan orang yang temperamental tetapi dia tidak suka jika seseorang merusak mood kekasihnya," ucap koki tersebut memperingati Laura.

Gadis yang bukan lagi gadis itu hanya bisa tersenyum tipis. Akan seperti apa nanti ia bekerja bersama Zoya jika yang dimaksud 'Tuan' itu tidak mengenal toleransi.

"Kalau begitu aku kembali ke kamar dulu," pamit Laura.

Di dalam kamarnya, Laura melihat Zoya yang baru bangun tidur. Mereka memang berada di kamar khusus pelayan tetapi fasilitasnya sangat bagus, kasurnya empuk hingga membuat tubuh mereka ingin terus berbaring.

Zoya menatap Laura dengan mata mengantuk. Laura hanya menggeleng pelan kemudian ia tersenyum kecil. Wanita itu memutuskan untuk mandi agar nanti tidak saling berdesakan dengan Zoya.

***

Di meja makan Anna sudah duduk ditemani banyak pelayan dan juga bodyguard. Ia sarapan seorang diri dalam kehampaan karena biasanya Mahen akan menantinya sesekali, kekasihnya itu akan selalu menyempatkan diri untuk menengoknya. Mereka memang tidak tinggal bersama, Mahen hanya sesekali datang menginap, Anna hanya ingin ia dan Mahen terus berada di bawah naungan atap yang sama, ia tidak sabar menanti pernikahan itu tiba.

"Theo, apakah dua calon karyawanku itu sudah tiba?" tanya Anna setelah ia mengelap mulutnya.

"Sudah Nona. Apakah Nona ingin saya memanggil mereka ke sini?" tanya Theo, Anna mengangguk sebagai jawaban.

Theo pun pergi memanggil Laura dan Zoya yang sudah siap untuk memulai pekerjaan mereka. Theo cukup bangga karena dua wanita ini tidak perlu membuatnya mengeluarkan banyak suara karena ketidaksiapan mereka memulai kerja.

Laura dan Zoya berjalan di belakang Theo menuju ruang makan. Theo kemudian mengenalkan mereka pada Anna, Zoya yang melihatnya cukup kagum karena wanita yang mereka anggap sebagai ratu ini cukup cantik dan menarik, hanya saja bagi Zoya, Laura masih jauh lebih cantik. Nasib mereka saja yang berbeda, oh tidak, nasib mereka akan sama jika saja Laura tidak melarikan diri dari Kenzo.

Anna memperhatikan keduanya, mendadak timbul rasa tidak nyaman karena karyawan barunya cantik-cantik, ia khawatir Mahen akan tertarik pada salah satunya. Bagaimana pun mimpi itu tidak bisa ia anggap sepele.

'Mengapa aku ketakutan melihat mereka? Ya, walau bagaimana pun aku ini belum tentu gadis yang dicari Mahen, bisa saja suatu saat nanti faktanya aku bukan gadis itu. Aku harus menikah dengannya, entah apakah aku adalah Namira atau bukan,' gumam Anna dalam hati.

Karena Anna tidak mungkin memecat mereka di hari pertama bekerja, ia pun berusaha bersikap profesional. Lagi pula wajah cantik juga sangat ia butuhkan untuk menarik pelanggan agar mampir di tokonya nanti. Ia meminta kedua wanita itu untuk memperkenalkan diri dan menceritakan sedikit riwayat pekerjaan mereka.

Di belakang Shereena yang tak sengaja mendengar itu hampir saja menyemburkan tawanya. Ia yang tahu riwayat pekerjaan Zoya hanya bisa tersenyum geli saat sepupunya itu berkata jika ia hanya bekerja di hotel serta pengalaman bagian costumer service. Sebenarnya tidak ada yang salah, hanya saja ada maksud terselubung dari ucapan Zoya tersebut.

Setelah acar perkenalan selesai, Anna pun berpamitan untuk mengganti pakaiannya. Rencananya hari ini ia akan mulai melatih Laura dan Zoya sebab ia punya pengalaman di bidang ini. Sedikit banyak ia tahu sebab dulu bersama orang tua angkatnya mereka memang pengusaha parfum.

Saat Anna berdiri, mata Laura terpaku pada benda yang menggantung di leher Anna.

'Kalung itu ....'

Terpopuler

Comments

Nic

Nic

mahen sih keburu-bur banget, kan tanggung sediri nantinya

2024-05-08

0

Sri Siyamsih

Sri Siyamsih

hadewh thor jgn smp mahen menikahi org yg slh y.

2024-03-21

0

ari sachio

ari sachio

ku yakin nih laura it namira.si anna it namira palsu.harusy anna nanti jujur ke mahen klo pemilik kalung itu laura bkn dia.d kalung it anna kasihin ke laura lg.mg anna g licik .d mahen g benci laura lg,mg dia mau terima laura d bersikap lbh baik lg ke laura.kasihan laura gara2 ulah bapakny dia jd hidupny susah

2024-03-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!