Bab.13

"Sebenarnya, ada hubungan apa antara Tuan  Erwin dengan Ghina, Ma? Kenapa mereka berdua terlihat aneh?" tanya Alan, yang saat ini tengah menatap ke arah kamar Erwin dan melihat majikannya itu sedang menutup semua jendela kamarnya setelah memanggil Ghina untuk datang ke kamar itu.

"Jangan campuri urusan mereka, abaikan saja. Setidaknya, hal inilah yang bisa kita lakukan untuk Ghina. Jangan bebani hidupnya dengan keingintahuan mu, karena itu akan membuat dia semakin tersiksa." jelas Bi Sarti yang sebenarnya juga tidak tega melihat Ghina diperlakukan seperti itu oleh Erwin.

Hanya saja, Bi Sarti tahu betul bagaimana sikap Erwin. Semakin Bi Sarti melindungi Ghina, maka Erwin akan semakin membuat Ghina tersiksa.

Itulah mengapa selama ini Bi Erwin diam saja dan membiarkan apa yang dilakukan oleh Erwin pada Ghina.

*

*

Kreeekkk

Deg

Ghina tersentak kaget saat mendengar suara pintu yang dibuka dari luar. Ghina semakin dibuat membeku saat melihat Erwin masuk dengan keadaan bertelanjang dada. Memamerkan tubuh kekar dan berototnya.

"Tu_tuan mau pakai kamar mandinya? Ka_kalau begitu saya keluar dulu." tanya Ghina saat Erwin berjalan mendekatinya.

Melihat Erwin yang semakin mengikis jarak, membuat Ghina refleks memundurkan langkahnya. Merasa ada yang aneh dari sorot mata pria itu, Ghina pun akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana.

Akan tetapi, baru juga dua langkah kakinya melangkah untuk pergi. Namun, tiba-tiba saja Erwin mencekal pergelangan tangannya. Hingga membuat Ghina harus kembali menghentikan langkahnya.

Tanpa berbasa basi lagi, Erwin pun langsung menarik tubuh Ghina untuk mengikutinya ke ruangan shower. Erwin langsung saja menyalakan air shower untuk membasahi tubuh keduanya setelah mereka berada di ruangan yang di sekat oleh dinding kaca itu.

"Tuan," Lirih Ghina saat tangan kekar Erwin menarik pinggangnya membuat tubuh mereka semakin tak berjarak sedikitpun.

"Dengarkan aku baik baik, aku paling benci jika milikku didekati apalagi di ambil oleh orang lain," bisik Erwin tepat di telinga Ghina, dengan suara yang berat hingga membuat tubuh wanita itu meremang.

"Ma_maksud Anda apa, Tuan?" tanya Ghina yang tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Erwin saat ini.

"Ingat, kamu itu adalah milikku dan aku tidak suka milikku dekat dengan pria lain," lanjut Erwin yang semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Ghina.

Bahkan saking dekatnya, Ghina bahkan bisa merasakan hangatnya hembusan nafas yang berasal dari mulut pria itu.

"Maksud Anda apa Tuan? Aku tidak mmffftttt,"

Ghina tidak bisa melanjutkan ucapannya karena bibirnya terlanjur dibungkam oleh bibir Erwin. Pria itu melumat habis bibir ranum Ghina penuh dengan gairah. Meluapkan semua amarah yang dia rasakan pada bibir ranum nan manis milik Ghina.

Tidak hanya dibibir Ghina saja yang menjadi sasaran Erwin. Tangan kekar pria itu pun mulai memainkan peran nya. Mengeksplor seluruh tubuh Ghina, menyentuh setiap titik sensitif yang ada di tubuh Ghina.

Hingga akhirnya membuat wanita muda itu terlena oleh sebuah rasa nikmat yang dihadirkan oleh sentuhan tangan Erwin di tubuhnya.

Erwin pun kembali mencumbu tubuh mungil itu kini sudah menjadi candu untuknya dan hal itu membuat Erwin kesulitan mengendalikan dirinya saat bersama dengan wanita muda itu.

*

*

Saat malam tiba, Ghina yang baru saja terbangun dari tidurnya langsung terlonjak kaget saat menyadari jika saat ini dia tengah berada di dalam kamar Erwin.

Seperti biasa, saat wanita itu membuka matanya. Ghina hanya mendapatkan dirinya seorang diri. Entah kemana perginya Erwin, yang pasti hal itu sudah lah menjadi kebiasaan dari Erwin yang pergi setelah menuntaskan hasratnya pada Ghina dan Ghina sendiri tidak pernah ingin tahu kemana Erwin pergi.

Dengan keadaan tubuh yang masih polos, Ghina pun segera bangun dari ranjang dan pergi ke walk in closet untuk mencari pakaian yang bisa dia pakai karena sangat tidak mungkin untuk Ghina kembali ke kamarnya dalam keadaan telanjang.

Ghina pun akhirnya mengambil satu kaos oblong milik Erwin dan celana boxer milik pria tua itu untuk dia kenakan.

Setelah memakai pakaian milik Erwin, Ghina pun segera pergi meninggalkan kamar itu untuk kembali ke kamar nya.

Dengan langkah gontai, Ghina pun akhirnya kembali ke dalam kamar yang dia pakai selama tinggal di mansion milik Erwin dan tanpa Ghina sadari jika ada sepasang mata yang memperhatikan nya dari balik pintu penghubung antara mansion dan paviliun.

Sepasang mata yang menatap nanar ke arah Ghina yang berjalan dengan langkah yang lemah, menuju ke arah kamar nya dengan pakaian yang sudah berganti dengan pakaian milik si Tuan rumah.

Meski merasa iba pada wanita muda itu. Namun, tidak ada yang bisa orang itu lakukan karena Erwin bukanlah tandingan nya hingga dia bisa melawan pria itu.

*

*

1 bulan kemudian.

Satu bulan telah berlalu. Namun, tidak ada yang berubah dari kehidupan Ghina. Wanita itu masih tetap terkurung di dalam sangkar emas yang bagaikan neraka untuk nya.

Ghina benar benar tidak bisa lepas dari jeratan seorang Erwin Darmawan. Entah apa yang sudah dia lakukan hingga Erwin tega mengurung dirinya dan menjadikan nya pemuas nafsu pria tua itu.

Bahkan satu bulan telah berlalu, tapi belum juga ada kejelasan tentang apa kesalahan yang sudah dia perbuat hingga membuat nya terjebak dalam lingkaran hitam sebuah hubungan terlarang bersama dengan pria arogan itu.

Seperti pagi ini, lagi dan lagi Ghina harus terbangun di kamar milik Erwin. Sudah satu minggu pria itu tidak pulang ke mansion dan membuat Ghina merasa lega karena tidak harus melayani pria tua itu.

Ghina pun sempat berharap jika Erwin tidak pernah datang lagi. Namun, keinginan itu harus kembali pupus dengan kedatangan pria itu tepat sebelum Ghina tertidur di kamar nya.

*

*

Setelah merenung beberapa menit di ranjang super besar dan juga empuk milik Erwin. Ghina pun akhirnya memutuskan bangkit dari tempat tidur untuk melanjutkan kegiatan rutin yang selalu dia lakukan di pagi hari

Yaitu, membantu pekerjaan Bi Sarti. Mulai dari membersihkan seluruh mansion lalu ikut membantu BI Sarti memasak untuk majikan nya yang arogan itu.

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian yang kini disediakan oleh Erwin di salah satu lemari pakaiannya.

Ghina pun segera turun ke lantai bawah untuk membantu Bi Sarti, menyiapkan sarapan untuk Erwin.

“Pagi Bi,” sapa Ghina setelah berada di dapur dan melihat Bi Sarti tengah sibuk menyiapkan sarapan.

“Pagi juga Ghina. Tuan sudah pulang?” tanya Bi Sarti saat melihat jika Ghina datang dari arah lantai atas bukan nya dari arah belakang.

“Seperti yang Bibi lihat,” jawab Ghina yang tanpa dia jelaskan pun Bi Sarti pasti tahu jawaban dari pertanyaan nya itu.

“Ya sudah, lebih baik sekarang kamu buatkan sarapan untuk Tuan. Sebentar lagi Tuan akan turun," lanjut Bi Sarti yang di angguki oleh Ghina.

“Iya, baiklah.” jawabnya.

Terpopuler

Comments

Xoeman Diyah

Xoeman Diyah

iya gin,knpa kamu ngg tegas jd perempuan...
knpa mau diajak hubungan tanpa status,kmu bisa berontak,,,km masih muda,masa depan kamu masih panjang,,,km bisa mnta gnti rugi sma Erwin,trs lanjutkan study mu,utk pegangan hidupmu...Oce Thor?👍

2024-04-17

1

❄️ sin rui ❄️

❄️ sin rui ❄️

muak banget sama pemeran wanita , lemah, gak ada berontak2 nya, bahkan cenderung penakut, jangan bilang si gina bakal suka duluan, gak banget sumpah keburu hamil itu mah

2024-04-03

1

Tria Hartanto

Tria Hartanto

pak tua kl kamu suka GHINA nikahin aja jangan di jaka zina teeua kasiham GHINANYA nanggung dosa.

2024-03-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!