Bi Sarti benar benar dibuat kaget saat melihat Erwin meminum kopi yang dibuatkan oleh Ghina tanpa protes sedikit pun.
Bahkan, pria itu terlihat sangat menikmati minuman yang setiap pagi wajib dia minum sebelum melakukan aktifitasnya di luar rumah.
“Apa nya yang tumben Bi?” tanya Ghina yang tidak sengaja mendengar gumaman dari Bi Sarti.
“Aneh, benar benar aneh," lanjut Bi Sarti tanpa menjawab pertanyaan dari Ghina.
"Apa nya yang aneh?" tanya Ghina lagi, semakin di buat bingung oleh pernyataan Bi Sarti.
"Aneh saja, ini pertama kalinya Tuan meminum kopi buatan orang lain. Biasanya Tuan hanya bisa minum kopi buatan mendiang nyonya Anita dan setelah Nyonya meninggal hanya Bibi yang biasanya membuatkan kopi untuk Tuan. Tapi barusan, Tuan minum kopi buatan mu tanpa protes. Bukan kah itu aneh?” jelas Bi Sarti, yang benar benar tidak mengerti dengan perubahan sikap dari Tuan nya saat ini.
“Benarkah?” tanya Ghina, yang tampak tidak percaya pada penjelasan yang di berikan oleh Bi Sarti.
“Tentu saja itu benar, tapi baguslah. Setidaknya, sekarang ada yang bisa menggantikan aku jika aku sedang sibuk atau sedang tidak ada di rumah ini,” lanjut Bi Sarti lagi dengan senyum yang terlihat aneh dimata Ghina.
“Kenapa aku merasa sedang di manfaatkan ya?” ucap Ghina dengan sedikit candaan.
"Bukan merasa, tapi aku memang sedang memanfaatkan mu untuk meringankan pekerjaan ku." jawab Bi Sarti yang disertai dengan gelak tawa kedua wanita beda usia itu.
Setelah berbincang, keduanya pun kembali disibukkan dengan pekerjaan mereka masing masing. Mulai dari membersihkan rumah, memasak dan kini yang terakhir adalah membersihkan rumah bagian belakang dan juga kolam renang yang ada di sana dan Ghina lah yang kebagian membersihkan kilam renang itu.
“Ada yang bisa aku bantu?”
Suara bariton seseorang mengalihkan perhatian Ghina dari kolam renang yang sedang dia bersihkan ke arah sumber suara.
Dimana disana ada Alan yang tengah berjalan mendekatinya dari arah paviliun.
“Boleh, itu masih ada jaring pembersih nya satu lagi. Kamu bisa gunakan itu untuk membersihkan kolam ini,” jawab Gia menunjuk ke sebuah alat yang biasa dipakai untuk membersihkan kolam dari daun daun kering yang mengotori kolam.
“Baiklah.” jawab Alan yang langsung saja mengambil jaring itu lalu ikut membersihkan kolam bersama dengan Ghina.
Keduanya pun kembali terlihat akrab satu sama lain, malah semakin akrab saja karena kini mereka berdua bisa tertawa lepas saat berbincang di sela sela pekerjaan yang sedang mereka kerjakan.
Dan lagi lagi, hal itu tertangkap oleh netra seseorang yang saat ini tengah berdiri di atas balkon dengan ponsel yang menempel di telinga nya.
“Bagaimana?” tanya Erwin pada orang yang saat ini dia hubungi via telepon.
“Belum ada kabar, nanti jika mereka sudah kembali. Aku akan langsung membawa wanita itu ke hadapanmu,” jawab orang yang Erwin hubungi.
“Baiklah. Aku harap, kamu bisa membawanya ke hadapanku secepat mungkin.” lanjut Erwin yang langsung menutup sambungan teleponnya.
Tatapan Erwin pun terus saja tertuju pada Ghina yang saat ini tengah berbincang hangat dengan Alan sembari membersihkan kolam renang.
Melihat interaksi antara Ghina dan juga Alan yang terlihat begitu akrab satu sama lain. Entah kenapa membuat Erwin mengeraskan rahang nya dengan kedua tangan yang terkepal kuat.
Dadanya langsung saja bergemuruh hebat. Apalagi saat melihat wanita tersenyum begitu manisnya pada pemuda tampan yang saat ini tengah membantunya membersihkan air kolam dari dedaunan kering yang jatuh ke sana.
Tidak kuat menahan rasa kesal di dadanya, Erwin pun kembali menyalakan ponselnya lalu menghubungi seseorang yang ada di lantai bawah rumah itu.
Tuuttt
Tuuttt
Klik
"Iya tuan? ada yang bisa saya bantu?” tanya seseorang dari seberang sambungan telepon yang dilakukan oleh Erwin.
“Suruh Ghina ke lantai atas aku membutuhkan bantuan nya,” titahnya dengan nada dingin dan datar.
“Baik tuan, sebentar akan saya panggilkan.” jawabnya lagi sebelum sang majikan menutup sambungan telepon itu.
Setelah menutup sambungan telepon nya, Erwin pun langsung masuk ke dalam kamar nya kembali dan menunggu Ghina di dalam sana.
*
*
Sementara di lantai bawah, Ghina menatap heran ke arah Bi Sarti yang saat ini sedang memanggilnya dari ambang pintu penghubung antara dapur dan juga halaman belakang.
“Ada apa Bi?” tanya Ghina saat melihat Bi Sarti seperti ragu untuk menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan.
“Eemm, kamu ditunggu Tuan di lantai atas.” jawab Bi Sarti dengan nada yang sangat lirih dengan raut wajah yang khawatir.
Bi Sarti tahu betul apa yang akan majikan nya itu lakukan pada Ghina. Sesuatu yang tidak seharusnya pria itu lakukan pada wanita yang belum dia nikahi.
Ghina bergeming, wajahnya mulai pucat pasi saat mendengar perintah dari Erwin yang menyuruhnya untuk datang ke lantai atas.
Akan tetapi, menolak pun rasanya percuma. mengingat bagaimana arogan dan berkuasanya pria itu. Hingga membuat Ghina pun harus kembali pasrah dengan apa yang akan terjadi pada dirinya.
Apalagi saat ini, Bi Sarti yang menjadi penghubung antara dirinya dan Erwin. Ghina tidak ingin, Erwin melampiaskan kemarahan nya pada wanita baya itu hanya karena dirinya tidak mengikuti perintah dari pria itu.
"Baik, Bi. Aku akan kesana sekarang, tapi kalau boleh tahu. Kamar nya yang mana ya, Bi?" tanya Ghina mencoba memasang senyuman di wajah cantiknya agar Bi Sarti tidak lagi mengkhawatirkan nya.
"Pintu pertama yang kamu temui saat naik ke lantai atas," jelas Bi Sarti.
"Baiklah. Kalau begitu aku naik dulu ya Bi," Ghina pun langsung saja beranjak pergi menuju ke lantai atas. Dimana seseorang tengah menunggu dirinya saat ini.
Tok
Tok
Tok
Kreekkkkk
"Masuk," titah Erwin saat melihat Ghina berdiri di depan pintu kamarnya.
Dengan langkah pelan, Ghina pun mulai memasuki kamar si Tuan arogan itu dan setelah Ghina masuk, Erwin kembali menutup pintu kamar itu lalu menguncinya.
Wanita muda itu hanya bisa menghela nafas panjang pasrah, saat mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Erwin pada dirinya.
Ghina masih berdiri tidak jauh dari pintu saat Erwin berjalan lalu masuk ke walk in closet dan tidak lama kemudian, Erwin pun kembali keluar dari ruangan itu dengan sebuah paper bag di tangannya.
"Pakai ini," titahnya lagi dengan nada dingin, menyodorkan paper bag itu pada Ghina.
Meski bingung, tapi Ghina tetap mengambil paper bag itu dari tangan Erwin.
"Pergilah ke kamar mandi dan ganti baju mu dengan yang ada di dalam paper bag itu." titah Erwin lagi setelah Ghina mengambil paper bag yang di berikan Erwin kepadanya.
Tidak ingin membuat Damian kembali marah dan melakukan hal kasar padanya, Gia pun akhirnya menurut lalu beranjak masuk kedalam kamar mandi untuk berganti pakaian dengan yang ada di dalam paper bag itu.
Setiba nya di kamar mandi, Ghina langsung saja melepaskan semua pakaian yang saat ini tengah dia kenakan. Karena merasa gerah oleh keringat yang di hasilkan dari bekerja. Ghina pun memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum berganti pakaian dengan pakaian baru yang di berikan oleh Erwin.
Usai membersihkan diri, Ghina pun langsung membuka paper bag yang tadi dia bawa ke sana, untuk melihat baju seperti apa yang di berikan oleh Erwin kepadanya.
"A_apa ini?" tanya Ghina saat melihat sebuah sebuah baju yang begitu mini dan juga sangat sangat tipis. Hingga membuat kulit tubuh nya terlihat dengan jelas saat Ghina mencoba memakainya.
Meski merasa sangat aneh dan malu sendiri saat mengenakan baju itu, tapi Ghina harus tetap memakainya agar terhindar dari amukan pria arogan yang sedang menunggunya di dalam kamar.
Disaat Ghina sibuk dengan pikiran nya sendiri. Erwin juga saat ini tengah sibuk menutup semua jendela kamar dengan gorden yang terpasang di sana.
Menjadikan suasana kamar menjadi temaram, karena hanya disinari oleh lampu tidur yang ada di samping ranjang nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Dyah Oktina
typo....typo...typo.. 🤭 saking banyanya buat cerita ya thor.. 😁
2024-10-17
0
اختی وحی
kok nama ny jdi damian
2024-04-18
2
Hafifah Hafifah
ya ampun cemburu sih boleh saja tapi kasihan si ghina lw disiksa mulu
2024-03-16
1