Malam kian larut dan Ghina pun kini mulai merasa jika mata nya sudah mengantuk. Bahkan wanita muda itu terlihat beberapa kali menguap saat mengobrol dengan Alan.
“Alan, aku pamit duluan ya. Rasanya ngantuk banget,” ucap Ghina yang memberanikan diri untuk pamit pada Alan. Meski Ghina tahu betul jika Alan sepertinya masih betah mengobrol dengan nya.
“Oh iya, silahkan. Maaf ya kalau aku sudah mengganggu waktu istirahatmu,” jawab Alan yang langsung bangun dari duduknya karena merasa kurang enak hati mengajak Ghina begadang.
“Tidak apa apa, lain kali kita sambung lagi ya ngobrolnya,” jawab Ghina yang juga ikut bangun dari duduknya.
“Baiklah, kalau begitu aku duluan ya,” lanjut Ghina lagi yang langsung beranjak menuju ke arah ruangan yang mulai saat ini akan menjadi tempat nya beristirahat.
“Iya, pergilah dan selamat beristirahat,” jawab Alan yang masih memperhatikan kepergian Ghina dari tempatnya berdiri.
Setelah melihat Ghina masuk dan menutup pintu kamar nya, Alan pun segera pergi untuk berkeliling. Memastikan jika kondisi di dalam mansion itu aman baru dia akan kembali ke paviliun untuk beristirahat.
Sementara Ghina sendiri, langsung merebahkan tubuhnya di kasur saat tiba di dalam kamar barunya itu.
Akan tetapi, baru saja beberapa menit menutup matanya. Ghina kembali harus membuka matanya saat seseorang tanpa permisi langsung saja menerobos masuk kedalam kamar itu.
Ghina langsung mengambil posisi duduk saat tahu siapa orang yang baru saja masuk ke dalam kamar itu. Pria arogan yang selama beberapa hari menghilang daei hidupnya, kini pria itu sudah kembali lagi dan berdiri di hadapan nya.
“Tu_tuan?” ucap Ghina terbata, karena kembali di landa rasa takut yang menyelimuti dirinya.
Dengan tatapan dingin nya, Erwin pun melangkah maju mengikis jarak diantara dirinya dan juga Gia yang saat ini tengah duduk di atas ranjang nya.
Tanpa basa basi, Erwin pun langsung mencengkram dagu Ghina dengan cukup keras hingga membuat wanita muda itu kembali meringis kesakitan.
“Dasar wanita murahan, baru ditinggal sebentar saja sudah mulai mencari mangsa baru. Apa selama ini, apa yang kamu terima dariku masih kurang, Hah?” ucap Erwin yang lagi lagi tidak dimengerti oleh Ghina.
“Ma_maksud anda apa, Tuan? Saya tidak mengerti,” tanya Ghina di sela ringisannya karena rasa sakit yang ditimbulkan dari cengkraman tangan Erwin di dagu nya.
“Dasar munafik,’’ jawab Erwin yang langsung menghempaskan tubuh Ghina hingga wanita itu terjerembab ke tengah tengah kasur.
Tanpa banyak kata lagi, Erwin pun kembali menjadikan tubuh Ghina sebagai pelampiasan amarahnya. Menjadikan wanita muda itu sebagai pemuas nafsu yang selalu tidak bisa dia tahan kala berdekatan dengan wanita muda itu.
“Tu_tuan, aku mohon jangan lakukan itu lagi,” mohon Ghina di tengah tengah ketakutan nya saat netra nya bertemu dengan neta tajam milik Erwin.
Akan tetapi, apalah daya dan apalah artinya permohonan itu. Toh pada akhirnya Erwin tetap melakukan apa yang ingin dia lakukan pada tubuh Ghina.
Sementara Ghina sendiri hanya bisa pasrah menerima apa yang Erwin lakukan, karena mau menolak atau berontak pun percuma. Ghina akan tetap selalu kalah dan berakhir dengan sebuah kepasrahan akan kehancuran hidupnya di tangan seorang Erwin Damawan.
*
*
keesokan paginya.
Ghina mulai mengerjapkan matanya saat sinar mentari pagi mulai menyapa wajahnya. Dengan kondisi badan yang terasa pegal disana sini, Ghina memaksakan dirinya untuk tetap bangun dan melakukan tugasnya seperti hari hari biasanya.
Dengan keadaan tubuh yang masih polos, Ghina pun akhirnya bangkit dari pembaringan nya lalu bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum keluar dari dalam kamar untuk membantu Bi Sarti.
Saat Ghina bangun, sosok Erwin pun sudah tidak ada disana. Entah di mana pria tua yang arogan itu. Yang pasti, itu sudahlah menjadi kebiasaan pria itu. Meninggalkan Ghina begitu saja setelah menuntaskan hasratnya pada wanita muda itu.
Hal itu tentu saja sudah lah terbiasa dialami oleh Ghina, hingga Ghina pun sudah tak memperdulikan lagi keberadaan dari si pria tua yang arogan itu.
***
Usai membersihkan diri, Ghina pun segera pergi ke dalam mansion untuk membantu pekerjaan Bi Sarti.
“Selamat pagi,” sapa Ghina pada Bi Sarti saat wanita muda itu memasuki mansion dan melihat Bi Sarti sudah tampak sibuk dengan kegiatan nya di dapur.
“Kamu, baik baik saja kan?” tanya Bi Sarti, to the point saat melihat Ghina sudah ada di dekat nya dengan wajah yang sedikit pucat.
“Aku? memangnya ada apa denganku, Bi?” tanya balik Ghina bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh Bi Sarti.
“Tu____,” ucapan Bi Sarti terpaksa terhenti saat mendengar suara derap langkah yang berasal dari suara sepatu seseorang yang tengah berjalan ke arah dapur.
Baik Ghina maupun Bi Sarti sama sama menoleh ke arah sumber suara, dimana di sana ada seorang pria yang sudah berpenampilan rapi tengah berjalan mendekati keduanya.
"Ghina, tolong buatkan aku kopi," titah nya setelah duduk di salah satu kursi meja makan yang ada di sana.
"Biar saya yang buatkan, Tuan," jawab Bi Sarti yang takut jika majikan nya itu akan kembali memberi hukuman pada Ghina.
Karena Bi Sarti paham betul jika Erwin akan di buat marah pada orang yang berbuat kesalahan. Termasuk membuatkan kopi yang tidak sesuai dengan selera nya. Sementara itu Bi Sarti tahu jika Ghina belumlah tahu racikan kopi yang pas yang biasa Tuan nya itu minum.
jika Ghina kembali melakukan kesalahan, Bi Sarti yakin jika Erwin akan kembali menghukum wanita muda itu dengan hukuman yang tentu nya sangat tidak lazim untuknya.
"Yang aku minta Ghina Bi, lebih baik Bibi lanjutkan saja pekerjaan Bibi dan biarkan Ghina yang membuatkan kopi untukku," jawab Erwin dengan nada yang cukup dan hal itu akan membuat siapa saja yang mendengar ucapan nya akan dibuat bergidik ngeri.
"Tapi___,"
"Sudah Bi, tidak apa apa. Biar Ghina saja yang buatkan kopi untuk Tuan," sela Ghina yang tidak ingin jika Bi Sarti terlibat perdebatan dengan Erwin hanya karena membela dirinya.
Bi Sarti pun akhirnya hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi kembali pada Ghina setelah wanita muda itu membuatkan kopi untuk majikan nya itu.
Karena tidak punya pilihan lain. Akhirnya Bi Sarti pun memilih untuk kembali melanjutkan pekerjaan nya. Namun, Bi Sarti tiba tiba di buat kaget hingga dahi wanita baya itu mengerut saat melihat Erwin meminum dan menikmati kopi yang dibuatkan oleh Ghina tanpa adanya keluhan apalagi protes karena kopi nya kurang sesuai dengan seleranya.
Untuk pertama kalinya, setelah bertahun tahun lamanya, akhirnya Erwin bisa meminum kopi buatan orang lain selain buatan Bi Sarti dan juga mendiang istrinya. Karena biasanya, Erwin hanya bisa minum kopi jika itu buatan mendiang istrinya atau Bi Sarti yang menggantikan mantan istri Erwin untuk membuatkan kopi untuk dirinya.
Akan tetapi, saat ini Erwin benar benar bisa minum kopi buatan Ghina dan tanpa protes sedikit pun meski wanita itu belum tahu selera sang Tuan nya.
“Tumben,” celetuk Bi Sarti saat melihat Erwin menghabiskan kopi yang di buatkan oleh Ghina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
❥︎𝚂𝚒𝚖𝚙𝚕𝚎_𝔾𝕚𝕣𝕝
lanjut
2024-03-14
2
Teh Yen
tuan mu sudah bucin sama.ghina bi jadi engg ush heran yah bi🤭
kalau ada rasa takut kehilangan apa tidak sebaiknya ghina kamu nikahin aj biar engg ada yg bisa ambil milikmu tuan besar Erwin
2024-03-14
0
Nar Sih
sampai kpn kmu sadar erwin ,perlakuan mu sma ghina bnr,,kejam pdhl udh tau klau gina ngk slh,semoga kmu sgra menyadari dosa mu
2024-03-14
0