"Wah, harga satu kemeja saja bisa sama dengan 3 bulan gajiku bekerja restoran. Itu pun tanpa potongan gajih karena bolos kerja dan tanpa potongan kasbon. Sekaya apa ya pria tua itu? Dan, untuk apa dia membawaku kemari dan melakukan itu semua padaku?" gumam Ghina yang terlihat begitu Shock saat melihat salah satu baju yang ada di sana.
Baju yang masih baru dan masih dilengkapi dengan lebel harga yang masih menempel di bagian kerah dari kemeja itu.
Merasa tubuhnya semakin dingin, tanpa pikir panjang, Ghina pun segera mengambil dan memakai salah satu kemeja berwarna putih yang ada di antara jejeran kemeja yang di sana.
"Lebih baik aku gunakan ini saja, daripada masuk angin." gumamnya lagi sembari melepaskan handuk yang melilit di tubuhnya, lalu diganti dengan kemeja yang tadi dia ambil dari lemari super besar itu.
Setelah memakai kemeja nya, Ghina pun segera keluar dari dalam walk in closet itu. Lalu, bergegas menuju ke arah sofa yang ada di sana untuk mengisi perutnya dengan makanan yang sudah tersedia di meja yang ada di depan sofa itu.
"Apa orang kaya makanya seperti ini ya? Mewah sekali." gumamnya lagi saat melihat isi piring yang ada di meja.
Satu porsi nasi lengkap dengan daging sapi lada hitam dan juga sayur mayur nya. Tampaknya, wanita baya itu yang sudah menyiapkan hidangan super mewah itu untuk Ghina.
Tidak lupa juga wanita baya itu menyiapkan satu piring yang berisi buah buahan yang sudah di potong kecil kecil agar lebih mudah untuk Ghina saat memakannya.
Merasa semakin lapar setelah melihat hidangan mewah yang ada di depan nya. Ghina pun akhirnya mulai menyuapkan makanan itu untuk mengisi perutnya yang kosong.
Saking enaknya hidangan itu, Ghina bahkan memakan makanan itu dengan sangat lahapnya hingga habis tak tersisa sedikitpun sampai merasa perutnya penuh dan kekenyangan.
Setelah melahap semua makanan ynag ada di meja hingga habis. Ghina pun tampak kebingungan karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan setelahnya.
Ghina pun kembali menatap ke sekeliling ruangan kamar itu. Ruangan yang begitu luas untuk sebuah kamar tidur saja. Terdapat sofa besar dan panjang yang saat ini dia duduki. Di Sana ada juga satu meja kerja yang begitu tertata dengan rapi dan bersih.
Ada juga sebuah TV yang berukuran cukup besar, menempel di dinding tepat di depan ranjang dan mungkin saja bisa Ghina gunakan untuk menghibur diri dan mengusir kejenuhannya selama dikurung di dalam kamar itu.
Merasa bosan, akhirnya Ghina pun bangkit dari duduknya. Wanita itu tampak berjalan mengelilingi dan melihat lihat setiap sudut ruangan. Hingga langkahnya terhenti di depan sebuah kaca jendela dengan ukuran cukup besar.
Ghina menatap nanar ke luar jendela yang tengah menampakan suasana ibu kota yang tampak sibuk dan juga ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya.
Ghina kembali melamun, merenungi nasib hidupnya yang harus berakhir dengan terkurung di sebuah bangunan yang menjulang tinggi itu.
Akan tetapi. Seketika, lamunan Ghina tentang nasibnya pun membunyar seiring dengan sebuah suara pintu yang di buka dari arah luar.
Kreeekkkk
"Apa yang kamu lakukan?"
Deg
Suara bariton Erwin mengejutkan dan juga membangunkan Ghina dari lamunan nya. Wanita itu semakin tersentak kaget saat kembali mendapati perlakuan kasar dari Erwin.
Tap
Tap
Tap
Sreeettt
Braakkk
"Tu_tu_Tuan," ucap Ghina dengan terbata-bata karena hampir kehabisan nafas saat tangan kekar dari Erwin mencengkram kuat lehernya.
"Lancang sekali kau, siapa yang menyuruhmu memakai pakaianku, hah? Dasar wanita murahan, menjijikan," ucap Erwin semakin mencengkram erat leher Ghina.
Pria itu menatap penuh kebencian pada Ghina yang saat ini tengah kesulitan bernafas karena tangan kekar Erwin mencekik lehernya.
Setelah merasa cukup tenang dengan menghabiskan waktu di rumah yang dipenuhi oleh kenangan dari mendiang istrinya.
Erwin pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke apartemen untuk melihat keadaan wanita muda yang begitu di bencinya.
Akan tetapi, emosi Erwin kembali tersulut saat melihat Ghina tengah memakai salah satu kemeja putih miliknya.
Kemeja yang tampak kebesaran di tubuh Ghina yang mungil itu, sebenarnya membuat penampilan wanita muda itu tampak semakin terlihat seksi dan menggemaskan.
Hingga hal itu membuat libido Erwin kembali naik dan membutuhkan sebuah pelepasan. Hanya saja, setiap kali Erwin menatap wajah Ghina. Bayangan kematian sang putra kembali membayangi nya.
Hal itu membuat Erwin tidak bisa menahan diri untuk tidak menyakiti wanita muda itu dan akhirnya Erwin pun dengan begitu tega dan begitu kejam nya menyakiti Ghina.
Bukan hanya fisiknya saja. Namun, Erwin juga berhasil membuat mental Ghina terguncang dengan menjadikan wanita muda itu pemuas nafsunya di ranjang.
*
*
Melihat wajah Ghina yang semakin pucat dan juga hampir ke habisan nafas, akhirnya membuat Erwin tersadar jika bukan ini yang dia inginkan.
Wanita muda itu belum waktunya untuk mati. Wanita itu belum cukup mendapatkan hukuman yang layak darinya. Jadi, dia tidak boleh mati secepat itu.
Hingga akhirnya, Erwin pun melepaskan Ghina dengan cara melemparkan tubuh gadis itu ke atas ranjang nya. Namun sayang, karena jarak mereka sedikit jauh dari ranjang.
Tubuh Ghina pun hanya sampai di pinggir ranjang. Lalu, tubuh mungil Ghina pun terpental setelah membentur badan ranjang dan membuat tubuh Ghina pun akhirnya jatuh ke lantai.
"Sial, aku tidak boleh membuatnya mati semudah ini." gumam Erwin setelah melempar tubuh mungil Ghina ke arah ranjang, hingga membuat Ghina merintih kesakitan.
Set
Braagghhhh
"Ahh, aww, ssstttt," rintih Ghina mengusap bagian pinggang nya yang berbenturan dengan badan ranjang.
Melihat Ghina merintih kesakitan pun tidak membuat Erwin merasa iba sama sekali. Pria itu kembali melangkahkan kakinya mendekati Ghina yang masih meringis kesakitan setelah tubuh nya menabrak badan ranjang.
Pria dengan usia yang matang itu pun duduk berjongkok di depan Ghina. Lalu, menarik rambut gadis itu ke arah belakang hingga membuat kepala Ghina mendongak.
Ghina kembali merintih kesakitan saat merasakan sakit di bagian kepalanya karena rambut panjang nya di tarik oleh tangan kekar Erwin dengan cukup kuat.
"Ah, aawww, sa_sakit Tuan. A_ampun," Lirih Ghina memohon ampun.
Wanita itu tampak menahan diri agar tidak menangis di depan Erwin, meski apa yang pria itu lakukan sangatlah menyakiti dirinya.
Ghina benar benar takut jika dia kembali menangis. Maka pria yang ada di depan nya akan kembali sangat marah dan bisa saja, pria itu akan kembali mengulang apa yang dia lakukan tadi malam.
Sungguh, hal itu sangatlah mengerikan untuk Ghina. Karena sebelumnya tubuh Ghina tidak pernah tersentuh oleh tangan pria mana pun.
"Kenapa? Kenapa kamu lancang sekali memakai pakaian ku, Hah? Kamu tahu berapa harga kemeja ini, hah? Bahkan, dengan harga tubuhmu saja tidak sebanding dengan harga kemeja ini." ucap Erwin, mengintimidasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Nurhayati Nia
sadis banget kamu tuan erwin
2024-05-30
0
Hafifah Hafifah
ya ampun sadis banget nih laki ya kasihan si ghina
2024-03-08
1
Teh Yen
jahat banget ,,jangan benci terlalu pak ntar jadi cinta loh 🤭
2024-03-07
0