"Nona Livia!"
Aku mendengar namaku di panggil oleh seseorang dari kejauhan. Saat aku membalikkan badan, aku dapat melihat dua orang yang sudah lama tidak kutemui.
Mereka adalah Leon dan Anne, sepasang anak bangsawan yang memiliki kemampuan. Aku cukup menyukai mereka karena tidak menyombongkan status dan latar belakang mereka.
"Lama tidak bertemu, Nona. Bagaimana kabar anda? Ngomong-ngomong kami berdua sangat sehat!" Leon berkata dengan semangat.
"Aku juga sehat, ada apa?"
"Tidak ada alasan khusus, Nona. Kami hanya ingin menjumpai anda karena sudah lama tidak bertemu. Sejak kota sebelah runtuh, sama sekali tidak ada kabar dari anda yang membuat Anne begitu khawatir, aku sangat kerepotan lho menangani sikapnya yang tak karuan itu." Leon tertawa kecil.
Anne langsung mencubit pinggang Leon saat dia mendengar perkataan yang keluar dari mulut pemuda itu.
"Sakit tahu! Apa yang kau lakukan?!" Leon langsung menjauh dari Anne setelah menerima cubitan itu.
"Salah sendiri karena mengatakan omong kosong!" Anne menatap Leon dengan sinis.
"Omong kosong apanya? Bukankah kau tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan No–" Anne langsung menyumpal mulut Leon dengan sepotong roti.
"Dari mana asalnya roti itu?" Pikirku dalam hati.
"Ngomong-ngomong apakah Nona Livia sedang luang? Kalau berkenan saya ingin mengundang anda untuk meminum secangkir teh di kediamanku." Anne berkata sambil tersenyum manis.
"Hanya kau dan Nona saja? Kenapa kau tidak berkata 'kami' Kepada Nona? Apa kau melupakanku?" Tanya Leon dengan wajah tidak senang. Meski begitu ia tetap menghabiskan roti yang disumpal kedalam mulutnya.
"Bagaimana Nona?"
"Kau mengabaikan ku? Hei, kau baru saja mengabaikanku bukan?!" Leon menatap Anne dengan kesal.
"Yah, kalau sebentar saja mungkin tidak masalah." Jawabku sambil tersenyum masam.
"Benarkah?! Kalau begitu mari kita pergi sekarang Nona!" Anne langsung menarik tanganku menuju selatan kota.
"Jangan tinggalkan aku!! Heii!!" Aku mendengar teriakan Leon dari belakang. Caranya berteriak seperti orang yang kesepian, hal itu membuatku tertawa kecil.
Setelah jauh meninggalkan Leon, Anne pun berhenti berlari dan mulai berjalan santai. Dia memeluk tangan kananku dengan sangat erat, aku penasaran kenapa sikapnya menjadi seperti ini? Padahal sebelumnya dia adalah anak yang pendiam.
"Anne.."
"Ya?"
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"Aku memeluk tangan Nona Livia!" Anne tertawa kecil.
"Kenapa?"
"Tidak ada alasan khusus!"
Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa, sikapnya ini seperti seorang adik kecil yang menempel pada kakak perempuannya. Aku bahkan pernah melakukan ini dengan Grace saat berada dalam kurungan.
"Huh.." Memikirkan saat-saat itu membuatku merindukannya, aku tidak tahu apakah dia masih hidup dengan tenang di suatu tempat atau sedang menderita dibawah kekangan orang yang membelinya.
Satu-satunya orang yang sudah seperti keluarga, satu-satunya kakak yang kumiliki meski tidak sedarah. Jika suatu hari nanti aku bertemu dengannya, aku ingin menceritakan pengalaman hidupku setelah keluar dari kurungan. Tapi sebelum itu, mungkin aku akan menangis hebat dalam pelukannya.
Setelah berjalan selama lima menit kami akhirnya tiba di depan sebuah Mansion yang sangat besar.
"Selamat datang di kediaman GrandDuke Avantie, nona Livia!" Anne menyambut ku di depan gerbang masuk sambil tersenyum riang.
Aku juga membalasnya dengan senyum kecil sambil berjalan mendekat ke arahnya.
"..."
Tunggu!!!
"Gra-GrandDuke??!!!" Aku terkejut setengah mati di dalam hati. Meski aku tahu kalau Anne adalah seorang bangsawan, aku tidak pernah berpikir kalau dia adalah putri dari seorang GrandDuke!!
Aku berdiam diri ditempat seperti orang bodoh, pikiran ku melayang entah kemana saat gadis itu menatapku sambil tersenyum tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Jangan melamun seperti itu, Nona! Mari masuk kedalam!" Anne menggenggam tanganku kemudian membawaku menuju suatu tempat.
Saat memasuki kediaman itu, aku berpikir kalau istana yang dibicarakan semua orang adalah tempat ini. Habisnya, tempat ini sangat berkilau dan indah. Belum pernah sekalipun aku melihat bangunan yang sangat menawan seperti tempat ini!
"Rumah mu sangat hebat ya, Anne."
"Apa yang anda bicarakan, Nona. Jika dibandingkan dengan Istana, rumah ini masih jauh dari kata hebat." Jawab Anne sambil tersenyum kecil.
"Jika dibandingkan dengan rumah-rumah yang lain, rumah mu ini sudah jauh dari kata hebat, Anne." Pikirku dalam hati.
Setelah berjalan selama lima menit, kami pun tiba dihadapan sebuah pintu kembar setinggi tiga meter. Saat Anne membuka pintu tersebut, terlihatlah ruangan yang sangat luas dan indah, interior yang terlihat mahal dan hiasan yang sangat mewah.
"Ini adalah kamar ku, Nona. Silahkan masuk, para pelayan akan segera membawakan camilan dan teh." Ujar Anne yang membuatku semakin pusing.
Semua ini terlalu berkilauan di mataku, aku tidak terbiasa dengan suasana baru yang sangat mencengangkan ini.
"Ada apa dengan anda, Nona? Apakah anda merasa tidak enak badan?" Anne memegang tanganku sambil memasang raut wajah khawatir.
"Aku tidak apa-apa Anne, aku hanya merasa sedikit pusing."
"Anda merasa pusing? Perlukah saya panggilkan dokter?"
"Aku benar-benar tidak apa-apa, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Tenang saja."
"Begitu, kalau anda membutuhkan sesuatu katakan saja, saya akan memenuhinya selama saya mampu!" Kata Anne dengan mata yang berbinar-binar.
Sungguh ada apa sebenarnya dengan gadis ini? Kenapa dia bersikap sebaik ini kepadaku yang bukan siapa-siapa?
Beberapa saat kemudian, para pelayan memasuki ruangan dan meletakkan berbagai jenis camilan di atas meja, kemudian meletakkan secangkir teh dihadapanku dan Anne.
"Terima kasih, kalian boleh keluar."
Para pelayan itu membungkuk kemudian segera keluar dari ruangan dan menutup pintu dengan pelan.
"Silahkan dinikmati nona, tidak perlu sungkan."
Aku mengangguk saja tanpa berniat menyentuh secangkir teh itu, bagaimana pun aku hanyalah orang biasa yang tidak mengenal etika bangsawan.
"Apa anda tidak menyukai tehnya Nona? Kalau anda mau saya bisa menggantinya dengan teh yang lain?"
"Ti-tidak apa-apa Anne, aku hanya sedang memikirkan beberapa hal saja."
"Anda pasti sangat sibuk ya, bahkan disaat seperti ini anda masih memikirkan hal lain. Saya jadi merasa tidak enak karena memaksa Nona datang kemari." Anne memasang raut wajah sedih sambil mengangkat cangkir tehnya.
Saat dia meminum teh tersebut, aku memperhatikan detail-detail kecil yang dilakukannya saat sedang menyeruput teh itu.
Melihat caranya meminum teh dengan sangat elegan membuatku sedikit terpana, sepertinya para bangsawan memiliki gelarnya bukan hanya karena kekayaannya saja.
"Ke-kenapa anda menatap saya seperti itu, nona? Apa ada yang salah dengan wajah saya?" Anne bertanya dengan panik sambil mengeluarkan cermin dan memeriksa wajahnya.
"Tidak, aku hanya merasa bahwa Anne sangat cantik. Caramu melakukan segala sesuatu terlihat elegan dan menawan. Aku sampai berpikir kalau kamu adalah seorang putri kerajaan." Ujarku sambil tersenyum.
Beberapa detik kemudian, aku merasa aneh karena tidak ada balasan dari gadis itu. Apakah dia marah? Wajahnya juga terlihat merah. Apa aku melakukan kesalahan?
"Te-terima kasih atas pujiannya, Nona." Gadis itu berkata dengan gagap, ada apa dengannya? Kepalanya sampai mengeluarkan asap yang membuatku semakin heran.
"No-nona!"
"Ya?"
"Ka-kalau anda berkenan, bo-bolehkah saya memanggil anda ka–"
"Ka–?"
"Bo-bolehkah saya memanggil anda Kakak?!"
"..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Zeils
Chapter ini tidak jelas bukan? maaf saja tapi aku sengaja melakukan. hal ini demi kebaikan kalian
2024-04-22
7
Manusia lewat
semua bahas nama ya, ada yang sadar gak sih tiba-tiba aja Anne akrab Ama MC? aneh kan? aku gak lihat ada time skip
2024-04-25
0
Chaos Endless
Benar-benar, kemarin perasaan namanya itu Anne Hathaway, kok jadi Anne Avantie? Ada perubahan mendadak kah Thor?
2024-04-23
0