Arc 1: SUFFERING; Chapter 6: Bakat

"Ingat pesan ku Livia, jangan bergerak terlalu aktif sebelum lukanya sembuh." Lisa berkata sambil menatapku dengan lembut.

"Ya, jaga diri." Balasku dengan datar.

Lisa hanya menghela nafas saat melihat caraku merespon kekhawatirannya. Wanita itu pergi sambil melambaikan tangannya kepadaku, ia tersenyum ke arahku saat menaiki kereta kuda diluar.

Aku hanya bisa menatapnya melalui jendela, satu orang lagi yang peduli kepadaku pergi. Aku selalu berharap orang-orang sepertinya berada di sisiku setiap saat, namun takdir selalu memisahkan kami dengan berbagai cara.

"Ayah, Ibu..." Aku berharap kalian selamat, tidak peduli berada dimana aku akan mencari kalian dengan segenap kekuatanku.

...****************...

5 bulan kemudian...

Kota ini adalah kota yang makmur, setiap hari selalu saja ada orang-orang yang berlalu-lalang di jalanan. Mereka tersenyum bahagia bersama orang terkasih, saat menatap dari jendela aku selalu merasa iri dengan mereka.

Luka di punggungku sudah sembuh tanpa bekas. Saat aku berkata ingin membayarnya dengan berbagai cara, para perawat berkata bahwa biayanya sudah ditanggung oleh pasukan kerajaan. Aku merasa sangat berterima kasih atas bantuan mereka.

Dengan ini aku bebas!

"..."

Entah mengapa aku merasa hampa dengan kata "bebas", seperti aku tidak mempercayai keberadaan kata itu di dunia ini.

"Huh... bebas ya~" Aku menghela nafas.

Justru kebebasan ini yang menjadi beban, aku tidak tahu harus pergi kemana dan berbuat apa. Aku tidak memiliki keahlian apapun dan bakatku sendiri tidak jelas.

Saat aku melihat ke sekitar, aku pun menyadari bahwa ini kali pertama aku berada di dunia luar. Ayah dan Ibu berkata bahwa dunia luar itu berbahaya, aku baru boleh melihatnya ketika usiaku 17 Tahun.

Tetapi, kini usiaku sudah 16 Tahun dan 10 bulan lagi aku berusia 17 Tahun. Beda satu tahun saja tidak masalah bukan?

"Hadirin sekalian! Kami akan segera memulai pertunjukannya, mohon jangan berdesakan dan nikmati acara ini dengan seksama!"

Aku mendengar suara berisik dari sebelah saat aku sedang berjalan-jalan di kota. Sepertinya di tempat itu akan dipertunjukkan sesuatu yang menarik.

Karena penasaran, aku pun ikut berkerumun di tempat penonton.

Ketika aku menerobos ke barisan depan, aku melihat seseorang yang sedang memainkan api ditangannya.

Orang itu mengenakan pakaian biru dengan jubah abu-abu di punggungnya. Secara ajaib ia memunculkan api ditangannya kemudian melakukan berbagai atraksi yang menarik. Aku tidak tertarik dengan atraksinya, aku hanya tertarik dengan caranya memunculkan api itu.

"Paman, bagaimana caranya orang itu memunculkan api ditangannya?" Seorang anak kecil bertanya pada pamannya.

"Itu? Dia melakukannya dengan sihir. Orang-orang seperti itu biasanya disebut sebagai penyihir. Mereka dapat melakukan berbagai hal dengan sihirnya." Jelas paman tersebut.

"Sihir? Apa aku juga bisa melakukannya?!" Anak itu bertanya dengan antusias.

"Sayangnya tidak semua orang dapat menggunakan sihir, nak. Hanya orang-orang yang berbakat dalam hal itu saja yang bisa melakukannya." Jawab paman tersebut.

"Jadi aku tidak bisa melakukannya." Anak itu berkata dengan raut wajah sedih.

"Entahlah, siapa yang tahu akan hal itu? Jika kau penasaran kau bisa menguji bakatmu di menara sihir." Ujar paman itu yang membuat anak tersebut tersenyum lagi.

Yah, kira-kira seperti itulah percakapan yang kudengar. "Menara sihir ya~" Dimana tempat seperti itu kira-kira berada? Apa di kota ini mereka juga memilikinya?

Jika aku memiliki bakat sihir, mungkin jalanku kedepannya akan semakin mudah. Saat aku sudah mahir dalam bidang tersebut, kemungkinan untuk menemukan kedua orang tuaku akan menjadi lebih besar! Mungkin aku bisa menjadi sukses jika mendalami bidang ini!

Dengan begitu, aku pun bertanya kepada orang-orang disekitar tentang keberadaan menara sihir di kota tersebut, dan disinilah aku sekarang!

Menara itu memiliki 3 lantai, lantai satu tempat dimana buku sihir rendah disimpan, lantai dua tempat dimana buku sihir menengah, dan lantai tiga tempat dimana buku sihir tingkat atas disimpan sekaligus tempat dimana ruangan Master Menara Sihir berada. Meski aku berkata tiga lantai, menara ini jauh lebih tinggi daripada gedung bertingkat 6.

"Katanya tempat ini bebas dimasuki siapapun, apakah benar begitu?" Aku bertanya-tanya dalam hati karena tidak melihat seorang pun keluar dan masuk dari tempat itu.

"Terobos sajalah!" Kemudian aku pun membuka pintu kembar tersebut.

Saat berada di dalam aku melihat bahwa tempat itu cukup sepi, semua orang menggunakan pakaian dan jubah yang mirip dengan yang dikenakan oleh orang yang melakukan pertunjukan sebelumnya.

Ada beberapa orang dengan jubah yang berbeda warna, apakah itu memiliki makna tertentu? Aku tidak mengetahuinya.

Tanpa sadar aku sudah berada dihadapan meja resepsionis.

"Halo nona kecil, ada yang bisa saya bantu?" Gadis resepsionis itu bertanya kepadaku, setelah ku perhatikan dia mengenakan jubah berwarna jingga.

"Aku ingin mengetahui bakatku!" Ujarku dengan raut wajah polos, sebenarnya aku tidak ingin melakukan hal ini tapi apa boleh buat.

Gadis itu tertawa kecil kemudian bertanya, "Nona kecil ingin mengetahui bakatnya? Ngomong-ngomong berapa usia anda, Nona?"

"Aku berumur 16 Tahun, 10 bulan lagi aku berumur 17!" Jawabku sambil berakting imut.

"Wah anda sudah hampir dewasa ternyata, saya tidak menyangka dengan tubuh sekecil itu anda sudah berumur 16 Tahun!" Jawabnya sambil tersenyum yang membuatku sedikit tersinggung.

Aku tahu bahwa tubuhku pendek, tetapi dia seharusnya tidak mengatakan hal itu sambil tersenyum!

"Aku 150cm! Aku tidak pendek!" Jawabku dengan pipi menggembung.

"Iya-iya~ silahkan ikuti saya." Ajaknya sambil tertawa kecil. Hal itu membuatku semakin kesal.

Aku mengikutinya kebagian belakang meja resepsionis, di sana ada ruangan gelap yang diterangi oleh cahaya dari sebuah bola kristal berwarna putih.

"Wahh, bola yang cantik!" Ujarku dengan jujur, bola itu benar-benar sangat indah.

"Bola kristal ini dinamakan Orb. Setiap jenis Orb memiliki fungsi yang berbeda-beda dan Orb ini memiliki fungsi untuk mengukur sensitivitas seseorang terhadap energi sihir, atau dapat dikatakan bakat sihir!" Jelas gadis itu dengan senyum kecil.

"Begitu ya! Jadi, apa yang harus kulakukan?" Aku bertanya dengan penasaran.

"Silahkan letakkan tangan anda pada Orb, disisi manapun boleh. Bakat anda akan ditentukan melalui warna yang muncul pada Orb. Putih nihil, abu-abu cukup, merah sedikit berbakat, jingga cukup berbakat, kuning lumayan berbakat, hijau berbakat, biru sangat berbakat, ungu bakat super, dan hitam adalah anak sihir." Jelas gadis itu dengan antusias.

Sepertinya gadis ini adalah maniak sihir, ia terlihat bersemangat saat membahas sesuatu seperti ini.

"Kenapa penilaiannya menggunakan kata berbakat?" Aku bertanya karena penasaran.

Gadis itu tersenyum kemudian menjawab, "Sebenarnya ada cara lain yang cukup mudah untuk mengidentifikasinya! Hanya saja, hal tersebut hanya dapat dilakukan di menara sihir pusat yang berada di Ibukota. Kata yang digunakan adalah, Level!" Gadis itu menjelaskan dengan antusias, matanya berbinar-binar saat menjelaskan dengan detail kepadaku.

"Nah, Nona. Silahkan letakkan tangan anda pada Orb!" Gadis itu berkata dengan semangat.

Padahal aku yang sedang diuji disini, tetapi justru dia yang bersemangat. Aku pun menghela nafas karena merasa aneh.

Aku mengangkat tangan kananku dan meletakkannya di atas orb. Pada momen itu, orb berganti warna secara acak dengan sangat cepat. Aku sampai dibuat kaget karena warna pertama yang muncul adalah hitam.

"Kita hanya tinggal menunggu hasilnya saja, Nona. Warna apapun yang muncul semoga anda tidak berkecil hati ataupun menjadi sombong, sebagai penyihir kita harus menjaga kerendahan hati." Gadis itu menasihati sambil menatapku dengan lekat. Aku hanya mengangguk untuk membalasnya.

Kemudian perubahan warna pada Orb semakin melambat, hal ini membuat jantungku berdetak lebih cepat. Di satu sisi aku berharap warna yang muncul bagus, di sisi lain aku berharap perubahan warna itu tidak berhenti.

Tiba-tiba, Orb itu bersinar dengan sangat terang hingga membuat kami tidak bisa melihat apapun.

Beberapa saat kemudian, terlihatlah warna yang muncul pada Orb.

"Warna apa ini? Ini terlihat seperti biru tetapi bukan. Dikatakan ungu juga bukan. Apakah ini berada ditengah-tengahnya? Memangnya hal seperti ini mungkin?" Gadis itu menatap Orb dengan heran.

"Nona, bagaimana caranya anda memutuskan ini? Semisal anda ingin mengklarifikasinya sebagai ungu saya juga tidak masalah, karena warnanya memang lebih dominan ke ungu!" Gadis itu bertanya dengan Mata yang berbinar-binar.

"Anda harus memutuskannya dengan bijak! Karena bakat super benar-benar sangat jarang muncul! Bahkan hanya ada sepuluh di kekaisaran Ini!" Ujar gadis itu dengan semangat.

"Se- sepuluh?! Um... bagaimana ini..." Aku sangat bingung!

Aku berbakat dalam sihir dan warna itu adalah Ungu kebiru-biruan! Bukankah itu berarti aku berbakat super dalam sihir?! Tidak, karena itu kebiru-biruan berarti hanya setengah berbakat super?

Aku tidak mengerti, tapi hal ini membuatku sangat bahagia!

"Aku sudah memutuskan!" Ujarku dengan tekad yang sudah bulat.

"Jadi, warna apa yang anda pilih?" Gadis itu bertanya dengan antusias.

"Warna yang aku pilih adalah–"

Terpopuler

Comments

Pangeran

Pangeran

Lanjut

2024-04-17

0

Azhazel

Azhazel

nex

2024-04-13

0

Manusia lewat

Manusia lewat

Kekuatan MC

2024-04-13

0

lihat semua
Episodes
1 Arc 1: SUFFERING; Chapter 1: Buku Harian Livia
2 Arc 1: SUFFERING; Chapter 2: Rasa Takut
3 Arc 1: SUFFERING; Chapter 3: Budak
4 Arc 1: SUFFERING; Chapter 4: Berharap
5 Arc 1: SUFFERING; Chapter 5: Bala Bantuan
6 Arc 1: SUFFERING; Chapter 6: Bakat
7 Arc 1: SUFFERING; Chapter 7: Serikat
8 Arc 1: SUFFERING; Chapter 8: Sihir
9 Arc 1: SUFFERING; Chapter 9: Misi pertama
10 Arc 1: SUFFERING; Chapter 10: Rekan
11 Arc 1: SUFFERING; Chapter 11: Sihir Spasial
12 Arc 1: SUFFERING; Chapter 12: Elemen Kegelapan
13 Arc 1: SUFFERING; Chapter 13: Kristal Hitam
14 Arc 1: SUFFERING; Chapter 14: Lagi dan lagi
15 Arc 1: SUFFERING; Chapter 15: Teman Baik
16 Arc 1: SUFFERING; Chapter 16: Kota Ollin
17 Arc 1: SUFFERING; Chapter 17: Pembunuh
18 Arc 1: SUFFERING; Chapter 18: Anne Avantie
19 Arc 1: SUFFERING; Chapter 19: Sepotong Jejak
20 Arc 1: SUFFERING; Chapter 20: Orge
21 Arc 1: SUFFERING; Chapter 21: Orge Leader
22 Arc 1: SUFFERING; Chapter 22: Pertikaian Bangsawan
23 Arc 1: SUFFERING; Chapter 23: Pakaian baru
24 Arc 1: SUFFERING; Chapter 24: Ethelyne
25 Arc 1: SUFFERING; Chapter 25: Latihan
26 Arc 1: SUFFERING; Chapter 26: Pertempuran singkat
27 Arc 1: SUFFERING; Chapter 27: Pembunuh di siang hari
28 Arc 1: SUFFERING; Chapter 28: Dean
29 Arc1: SUFFERING; Chapter 29: Kasmaran
30 Arc 1: SUFFERING; Chapter 30: Sepotong Jejak Lainnya
31 Arc 1: SUFFERING; Chapter 31: Pedagang Angkuh
32 Arc 1: SUFFERING; Chapter 32: Bandit
33 Arc 1: SUFFERING; Chapter 33: Kota Ureia
34 Arc 1: SUFFERING; Chapter 34: Penginapan Malam Kelam
35 Arc 1: SUFFERING; Chapter 35: Beruntung!
36 Arc 1: SUFFERING; Chapter 36: Serikat Dagang
37 Arc 1: SUFFERING; Chapter 37: Reruntuhan
38 Arc 1: SUFFERING; Chapter 38: Sergapan
39 Arc 1: SUFFERING; Chapter 39: Sangat Gigih
40 Arc 1: SUFFERING; Chapter 40: Kembali
41 Arc 1: SUFFERING; Chapter 41: Blink
Episodes

Updated 41 Episodes

1
Arc 1: SUFFERING; Chapter 1: Buku Harian Livia
2
Arc 1: SUFFERING; Chapter 2: Rasa Takut
3
Arc 1: SUFFERING; Chapter 3: Budak
4
Arc 1: SUFFERING; Chapter 4: Berharap
5
Arc 1: SUFFERING; Chapter 5: Bala Bantuan
6
Arc 1: SUFFERING; Chapter 6: Bakat
7
Arc 1: SUFFERING; Chapter 7: Serikat
8
Arc 1: SUFFERING; Chapter 8: Sihir
9
Arc 1: SUFFERING; Chapter 9: Misi pertama
10
Arc 1: SUFFERING; Chapter 10: Rekan
11
Arc 1: SUFFERING; Chapter 11: Sihir Spasial
12
Arc 1: SUFFERING; Chapter 12: Elemen Kegelapan
13
Arc 1: SUFFERING; Chapter 13: Kristal Hitam
14
Arc 1: SUFFERING; Chapter 14: Lagi dan lagi
15
Arc 1: SUFFERING; Chapter 15: Teman Baik
16
Arc 1: SUFFERING; Chapter 16: Kota Ollin
17
Arc 1: SUFFERING; Chapter 17: Pembunuh
18
Arc 1: SUFFERING; Chapter 18: Anne Avantie
19
Arc 1: SUFFERING; Chapter 19: Sepotong Jejak
20
Arc 1: SUFFERING; Chapter 20: Orge
21
Arc 1: SUFFERING; Chapter 21: Orge Leader
22
Arc 1: SUFFERING; Chapter 22: Pertikaian Bangsawan
23
Arc 1: SUFFERING; Chapter 23: Pakaian baru
24
Arc 1: SUFFERING; Chapter 24: Ethelyne
25
Arc 1: SUFFERING; Chapter 25: Latihan
26
Arc 1: SUFFERING; Chapter 26: Pertempuran singkat
27
Arc 1: SUFFERING; Chapter 27: Pembunuh di siang hari
28
Arc 1: SUFFERING; Chapter 28: Dean
29
Arc1: SUFFERING; Chapter 29: Kasmaran
30
Arc 1: SUFFERING; Chapter 30: Sepotong Jejak Lainnya
31
Arc 1: SUFFERING; Chapter 31: Pedagang Angkuh
32
Arc 1: SUFFERING; Chapter 32: Bandit
33
Arc 1: SUFFERING; Chapter 33: Kota Ureia
34
Arc 1: SUFFERING; Chapter 34: Penginapan Malam Kelam
35
Arc 1: SUFFERING; Chapter 35: Beruntung!
36
Arc 1: SUFFERING; Chapter 36: Serikat Dagang
37
Arc 1: SUFFERING; Chapter 37: Reruntuhan
38
Arc 1: SUFFERING; Chapter 38: Sergapan
39
Arc 1: SUFFERING; Chapter 39: Sangat Gigih
40
Arc 1: SUFFERING; Chapter 40: Kembali
41
Arc 1: SUFFERING; Chapter 41: Blink

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!