Arc 1: SUFFERING; Chapter 5: Bala Bantuan

"Lepaskan! Aku bilang lepaskan tanganku!"

"Heh! Percuma saja kau melawan, tenaga budak rendahan sepertimu tidak sebanding denganku!"

Saat itu aku mendengar suara yang sangat berisik. Meski aku sudah sering mendengarnya, tetap saja aku tidak dapat terbiasa dengan suara tangisan penuh keputusasaan itu.

"Suara ini."

Aku membuka mataku dan melihat ke arah jeruji besi. Di sana aku dapat melihat dua siluet yang familiar, seorang pria bertubuh kekar yang sedang menarik tangan seorang gadis berambut pendek.

"Aku bilang lepaskan!"

"Diam!"

Plakk!!*

"GRACE!!"

"Sudah berkali-kali ku katakan agar jangan melawan! Semisal kau berani berontak seperti tadi, aku tak akan segan-segan menghajar mu untuk dijadikan contoh!" Pria itu berteriak dengan sangat keras.

Ada apa ini? Kenapa pria itu mencoba untuk menarik tangan Grace? Kenapa dia berteriak ke arahnya?

Saat aku sedang mencoba untuk mencerna situasi itu, aku langsung sampai pada sebuah kesimpulan yang sangat menakutkan.

"Tidak, jangan pergi- jangan tinggalkan aku!"

Setelah semua yang kami lalui bersama, aku tidak ingin kehilangan seseorang lagi di dalam hidupku.

Aku bangkit berdiri dengan kaki yang gemetaran, dengan wajah berlinang air mata aku pun berteriak. "LEPASKAN GRACE!" Aku berlari ke arah pria itu kemudian memukul-mukul tangannya yang menggenggam rantai leher Grace.

Air mata mengalir di wajahku, aku tidak ingin kehilangan lagi tidak untuk kedua kalinya! Meski aku merasa sangat takut hingga membuat kakiku gemetar tak karuan, aku ingin melindungi satu-satunya yang berharga bagiku saat ini!

Satu-satunya temanku, sudah ku anggap sebagai saudari. Satu-satunya yang tersisa dalam hidupku, aku tidak ingin ditinggalkan sendirian lagi!

"Bocah ini!"

Tatapan mata pria itu sangat menakutkan, aku sangat ingin berlari dan menjauh dari sana hingga dapat menyelamatkan diri. Tetapi-!

"Lepaskan Grace!" Teriakku dengan putus asa.

Pria itu terlihat merasa geram, ia mengambil rantai leherku dengan tangan kirinya kemudian menghempaskan ku ke lantai berbatu dengan sangat kuat.

BAMM!!*

"Arrrghh!!"

"LIVIA!!" Grace berteriak dengan sangat kencang. Samar-samar aku dapat mendengar Isak tangisnya yang menyedihkan.

"Sungguh, padahal hanya budak rendahan tapi kalian selalu melakukan perlawanan yang sia-sia." Pria itu berdiri kemudian membelakangi ku. "Sangat menyebalkan, padahal suasana hatiku sebelumnya sangat baik."

Pria itu mengambil rantai leher Grace dan menyeretnya keluar dari sel, dengan pandangan yang kabur aku dapat melihat gadis itu tertunduk lemah sambil mengeluarkan air mata.

"Livia..." Gumam Grace dengan sangat pelan.

Mendengar namaku disebut olehnya, aku hanya bisa mengutuk diriku sendiri sambil menangis sejadi-jadinya. Rasa sakit di punggungku tidaklah seberapa, hatiku terasa tercabik-cabik karena tidak dapat melindungi seseorang yang berharga bagiku.

"A-aku, kenapa aku selemah ini?" Aku bertanya kepada diriku sendiri sambil terisak-isak. Betapa tidak berdaya nya diriku dihadapan kekuatan yang sangat besar.

...****************...

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, setiap harinya akan ada setidaknya satu budak yang datang dan pergi dari tempat ini. Sungguh, dari mana mereka mendapatkan semua budak itu? Apakah mereka menjajah suatu negara?

Apapun jawabannya aku sudah tidak peduli lagi. Untuk apa aku bertahan hidup? Apa karena aku tidak menerima kabar dari orang tuaku? Bisa jadi mereka sudah dilenyapkan oleh kelompok yang membakar rumahku.

Tetapi satu harapan kecil di hatiku berkata bahwa mereka masih hidup di suatu tempat. Apa karena alasan itu aku masih menjalani keseharian di sel ini meski telah kehilangan satu-satunya temanku?

Tubuhku masih terasa sakit, pria itu benar-benar menghantamkan ku ke lantai tanpa menahan tenaganya.

"Grace.." Semoga gadis itu baik-baik saja.

Meski kemungkinannya kecil, aku berharap suatu saat nanti aku dapat bertemu kembali dengannya dalam keadaan sehat.

Beberapa bulan berlalu....

BOMM!!*

Getaran yang sangat hebat tiba-tiba mengguncang seluruh penjara bawah tanah. Apa yang sedang terjadi di luar sana? Apa kerajaan sudah membentuk tim penyerbuan?

Sebuah harapan menyinari hatiku, aku melangkah ke jeruji besi dan menggenggamnya dengan kedua tanganku. Semoga apa yang ku harapkan benar-benar terjadi!

"Aku akan segera keluar dari sini!" Pikirku dengan semangat.

Beberapa menit kemudian terdengar banyak sekali hentakan kaki dari lorong bawah tanah. Ratusan prajurit dengan jubah berlambang perisai dan pedang memasuki penjara bawah tanah. Seorang dari mereka mengenakan zirah emas, sepertinya dia adalah pemimpin dari para prajurit tersebut.

"Bergerak!" Prajurit berzirah emas itu memerintahkan.

Secara serentak seluruh prajurit pun langsung berlari ke segala arah dan menghancurkan setiap jeruji besi yang mereka temui. Budak-budak yang mereka temukan pun langsung dibawa ke permukaan dengan aman.

Akhirnya apa yang kami harapkan pun terjadi, sekarang kami bebas dan dapat melakukan apapun yang kami inginkan!

"Grace-!"

Aku terdiam saat menoleh kebelakang, tidak ada seorangpun di sana yang membalas panggilan ku. Di dekat piring kayu yang tergeletak di sebelah dinding penjara, aku dapat melihat Grace yang sedang duduk sambil tersenyum ke arahku.

Saat aku mengedipkan mata, Grace menghilang digantikan oleh retakan besar di dinding.

Air mataku menetes, padahal akhirnya tim penyelamat sudah datang. Tanpa kehadiran Grace apa yang bisa kulakukan? Kenapa baru sekarang?

Aku terdiam di tempat dengan pikiran terus yang melayang ke berbagai arah. Sementara itu seorang prajurit tiba di depan sel dan menghancurkan jeruji besi itu dengan sangat mudah.

Saat prajurit itu melihatku ia sempat terdiam selama beberapa saat. Setelahnya prajurit itu tidak berbicara sepatah katapun dan langsung menggendongku menuju permukaan.

...****************...

"Ini bagianmu, dengan ini kau bebas." Prajurit itu memberikan sekantung uang kepadaku.

Aku bebas? Kenapa baru sekarang?

Seharusnya aku merasa senang karena sudah bebas dari neraka itu, tetapi kenapa tidak sedikitpun aku merasakannya? Kenapa aku justru merasa sangat marah?

Meski aku ingin meluapkan amarahku kepada prajurit di hadapanku, aku tidak memiliki hak untuk melakukannya. Dia hanya menjalankan tugas dari atasannya, dan atasannya juga mungkin baru mengetahui lokasi tempat ini.

Tanganku berdarah, sepertinya aku terlalu kuat mengepalnya.

"Nak, tanganmu terluka." Prajurit itu berlutut sambil melihat ke arah tanganku yang mengeluarkan darah.

"Itu bukan apa-apa, tuan." Jawabku spontan.

"Tidak-tidak." Pria itu melepas helmnya dan berkata. "Itu harus dirawat segera, kau tidak boleh mengabaikan luka seperti itu." Ujarnya dengan raut wajah marah.

Setelah itu prajurit tersebut membawa ku ke tenda medis, di sana ada banyak sekali budak yang sedang dirawat.

"Lisa!" Prajurit itu berteriak.

"Ya? Tunggu sebentar!" Suara seorang wanita terdengar dari kejauhan.

Beberapa saat kemudian, terlihat seorang wanita berpakaian perawat berlari ke arah kami.

"Ada apa, Leon?" wanita itu bertanya.

"Tolong rawat gadis ini, sepertinya tangannya terluka. Juga, tolong sekalian periksa seluruh tubuhnya. Mungkin ada luka tersembunyi di beberapa tempat." Ujar Leon yang dengan tepat menusuk diriku. Sepertinya dia curiga aku menyembunyikan luka lain setelah melihat darah di tanganku.

Beberapa menit kemudian...

"A-apa-apaan ini?!" Wanita bernama Lisa itu sedikit berteriak. "Bagaimana bisa kau bertahan hidup dengan luka separah ini? Kalau Leon tidak memberitahuku untuk memeriksa seluruh tubuhmu, mungkin luka ini akan semakin parah hingga membunuhmu!"

"Apa memang separah itu? Padahal rasa sakitnya hanya bertahan selama beberapa hari." Jawabku yang membuat wanita itu terlihat marah.

"Kau ini ya–!" Wanita itu menatapku dengan tajam.

Namun, dia segera menahan amarahnya dan mendekat ke arahku. "Bagaimana bisa kau mendapatkan luka ini? Sejak kapan?" Lisa bertanya dengan lembut.

Kemudian aku menceritakan kisah hari itu kepadanya dengan sangat rinci, hal ini sekaligus meluapkan sebagian emosiku yang terpendam. Aku pun menangis saat mengingat kepergian Grace.

Lisa mendengarkan ceritaku dengan sepenuh hati tanpa memotong satu kata pun. Terlihat sebutir air mata diwajahnya, namun wanita itu segera mengusapnya dengan tangan.

"Begitu ya, pasti sangat berat rasanya." Ia mengusap kepalaku dengan lembut. Hal ini membuatku merasa nyaman dan mengantuk, apa aku boleh tidur? Meski aku ingin menahan diri, rasa kantuk ini semakin menjadi-jadi hingga kesadaranku perlahan jatuh kedalam mimpi.

Keesokan harinya, aku terbangun dan menemukan Lisa yang sedang duduk disebelah tempat tidurku sambil mencatat sesuatu diatas meja.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanyaku dengan pelan.

Wanita itu berhenti menulis dan menoleh ke arahku. "Menulis kondisi pasien, bagaimana denganmu? Apakah rasa sakitnya sudah berkurang?" Lisa bertanya sambil tersenyum.

"Sedikit, punggungku masih terasa perih." Jawabku dengan jujur.

"Baguslah, dalam beberapa bulan luka itu akan sembuh sepenuhnya. Selama waktu itu kau tidak boleh bergerak terlalu aktif, aku mengatakan ini demi kesembuhanmu." Kata Lisa dengan penuh ketulusan.

"Beberapa bulan? Apa kalian akan terus berada di tepat ini selama itu?" Tanyaku dengan heran.

"Tentu saja tidak, kami akan kembali ke Ibukota untuk melaporkan keberhasilan misi. Sebelum itu kami akan singgah di beberapa kota, perjalanan menuju Ibukota itu membutuhkan waktu selama 3 bulan penuh. Kalau bukan karena gerbang teleportasi yang rusak, perjalanan ini hanya akan berakhir dalam satu hari."

Terpopuler

Comments

『Minecraft』

『Minecraft』

Pasti itu prajurit Kekaisaran yang mau nyelamatin anak-anak yang ditawan sama itu penculik

2024-04-20

0

『Minecraft』

『Minecraft』

Pak, dia masih anak kecil lho—

2024-04-20

0

Pangeran

Pangeran

dibanting wskekskssksk

2024-04-17

0

lihat semua
Episodes
1 Arc 1: SUFFERING; Chapter 1: Buku Harian Livia
2 Arc 1: SUFFERING; Chapter 2: Rasa Takut
3 Arc 1: SUFFERING; Chapter 3: Budak
4 Arc 1: SUFFERING; Chapter 4: Berharap
5 Arc 1: SUFFERING; Chapter 5: Bala Bantuan
6 Arc 1: SUFFERING; Chapter 6: Bakat
7 Arc 1: SUFFERING; Chapter 7: Serikat
8 Arc 1: SUFFERING; Chapter 8: Sihir
9 Arc 1: SUFFERING; Chapter 9: Misi pertama
10 Arc 1: SUFFERING; Chapter 10: Rekan
11 Arc 1: SUFFERING; Chapter 11: Sihir Spasial
12 Arc 1: SUFFERING; Chapter 12: Elemen Kegelapan
13 Arc 1: SUFFERING; Chapter 13: Kristal Hitam
14 Arc 1: SUFFERING; Chapter 14: Lagi dan lagi
15 Arc 1: SUFFERING; Chapter 15: Teman Baik
16 Arc 1: SUFFERING; Chapter 16: Kota Ollin
17 Arc 1: SUFFERING; Chapter 17: Pembunuh
18 Arc 1: SUFFERING; Chapter 18: Anne Avantie
19 Arc 1: SUFFERING; Chapter 19: Sepotong Jejak
20 Arc 1: SUFFERING; Chapter 20: Orge
21 Arc 1: SUFFERING; Chapter 21: Orge Leader
22 Arc 1: SUFFERING; Chapter 22: Pertikaian Bangsawan
23 Arc 1: SUFFERING; Chapter 23: Pakaian baru
24 Arc 1: SUFFERING; Chapter 24: Ethelyne
25 Arc 1: SUFFERING; Chapter 25: Latihan
26 Arc 1: SUFFERING; Chapter 26: Pertempuran singkat
27 Arc 1: SUFFERING; Chapter 27: Pembunuh di siang hari
28 Arc 1: SUFFERING; Chapter 28: Dean
29 Arc1: SUFFERING; Chapter 29: Kasmaran
30 Arc 1: SUFFERING; Chapter 30: Sepotong Jejak Lainnya
31 Arc 1: SUFFERING; Chapter 31: Pedagang Angkuh
32 Arc 1: SUFFERING; Chapter 32: Bandit
33 Arc 1: SUFFERING; Chapter 33: Kota Ureia
34 Arc 1: SUFFERING; Chapter 34: Penginapan Malam Kelam
35 Arc 1: SUFFERING; Chapter 35: Beruntung!
36 Arc 1: SUFFERING; Chapter 36: Serikat Dagang
37 Arc 1: SUFFERING; Chapter 37: Reruntuhan
38 Arc 1: SUFFERING; Chapter 38: Sergapan
39 Arc 1: SUFFERING; Chapter 39: Sangat Gigih
40 Arc 1: SUFFERING; Chapter 40: Kembali
41 Arc 1: SUFFERING; Chapter 41: Blink
Episodes

Updated 41 Episodes

1
Arc 1: SUFFERING; Chapter 1: Buku Harian Livia
2
Arc 1: SUFFERING; Chapter 2: Rasa Takut
3
Arc 1: SUFFERING; Chapter 3: Budak
4
Arc 1: SUFFERING; Chapter 4: Berharap
5
Arc 1: SUFFERING; Chapter 5: Bala Bantuan
6
Arc 1: SUFFERING; Chapter 6: Bakat
7
Arc 1: SUFFERING; Chapter 7: Serikat
8
Arc 1: SUFFERING; Chapter 8: Sihir
9
Arc 1: SUFFERING; Chapter 9: Misi pertama
10
Arc 1: SUFFERING; Chapter 10: Rekan
11
Arc 1: SUFFERING; Chapter 11: Sihir Spasial
12
Arc 1: SUFFERING; Chapter 12: Elemen Kegelapan
13
Arc 1: SUFFERING; Chapter 13: Kristal Hitam
14
Arc 1: SUFFERING; Chapter 14: Lagi dan lagi
15
Arc 1: SUFFERING; Chapter 15: Teman Baik
16
Arc 1: SUFFERING; Chapter 16: Kota Ollin
17
Arc 1: SUFFERING; Chapter 17: Pembunuh
18
Arc 1: SUFFERING; Chapter 18: Anne Avantie
19
Arc 1: SUFFERING; Chapter 19: Sepotong Jejak
20
Arc 1: SUFFERING; Chapter 20: Orge
21
Arc 1: SUFFERING; Chapter 21: Orge Leader
22
Arc 1: SUFFERING; Chapter 22: Pertikaian Bangsawan
23
Arc 1: SUFFERING; Chapter 23: Pakaian baru
24
Arc 1: SUFFERING; Chapter 24: Ethelyne
25
Arc 1: SUFFERING; Chapter 25: Latihan
26
Arc 1: SUFFERING; Chapter 26: Pertempuran singkat
27
Arc 1: SUFFERING; Chapter 27: Pembunuh di siang hari
28
Arc 1: SUFFERING; Chapter 28: Dean
29
Arc1: SUFFERING; Chapter 29: Kasmaran
30
Arc 1: SUFFERING; Chapter 30: Sepotong Jejak Lainnya
31
Arc 1: SUFFERING; Chapter 31: Pedagang Angkuh
32
Arc 1: SUFFERING; Chapter 32: Bandit
33
Arc 1: SUFFERING; Chapter 33: Kota Ureia
34
Arc 1: SUFFERING; Chapter 34: Penginapan Malam Kelam
35
Arc 1: SUFFERING; Chapter 35: Beruntung!
36
Arc 1: SUFFERING; Chapter 36: Serikat Dagang
37
Arc 1: SUFFERING; Chapter 37: Reruntuhan
38
Arc 1: SUFFERING; Chapter 38: Sergapan
39
Arc 1: SUFFERING; Chapter 39: Sangat Gigih
40
Arc 1: SUFFERING; Chapter 40: Kembali
41
Arc 1: SUFFERING; Chapter 41: Blink

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!