Arc 1: SUFFERING; Chapter 14: Lagi dan lagi

Sesampainya di kota aku tidak langsung pergi menuju serikat, aku cukup lelah setelah menyelidiki desa itu selama satu jam. Tidak, aku lebih lelah saat perjalanan pergi dan pulang karena jaraknya yang sangat jauh. Penyelidikan hanya menguras tenaga mentalku saja.

"Pak, aku pesan satu jus buahnya."

"Baik, Nona."

Aku berhenti sebentar disebuah toko yang menjual minuman segar. Lima menit kemudian pria paruh baya itu memberikan pesananku dan aku membayar dengan harga yang diminta olehnya.

Sluurrpp*

"Haaahhh..." Aku kembali hidup.

Aku meminum jus buah ku dengan perlahan sambil berjalan menuju gedung serikat dengan santai. Aku tidak merasa bahwa aku harus buru-buru, sebab sejak awal aku tidak melihat reaksi aneh dari kristal hitam itu.

Sepuluh menit berjalan akhirnya aku sampai di gedung serikat dan langsung melapor ke Amelia.

"Bagaimana dengan penyelidikannya, Nona?" Amelia bertanya sambil tersenyum.

"Tidak sulit namun tidak mudah juga, aku mendapatkan info yang cukup berguna, mungkin?" Aku tidak tahu informasi yang kumiliki berguna atau tidak.

"Begitu ya, kalau begitu anda harus segera melapor ke ruangan ketua serikat. Beliau berpesan jika anda sudah tiba, saya harus menyampaikan bahwa Nona harus segera menemui beliau di ruangannya."

"Ke ruangannya?"

"Benar!"

Dan begitulah aku sedang berjalan menuju ruangan ketua serikat di lantai tiga. Saat aku sampai di lantai tiga, aku melihat beberapa orang dengan pakaian mewah keluar dari sebuah ruangan dengan ekspresi marah. Mereka sama sekali tidak melihat ke arahku saat sedang berjalan, bahkan seorang dari mereka dengan sengaja menyenggol bahuku.

"Dasar jelata." Ujarnya dengan lantang.

Yah, orang-orang seperti mereka ada banyak di dunia ini. Ibu berkata jika aku bertemu dengan orang-orang seperti mereka lebih baik aku mengabaikannya karena mereka adalah orang bodoh.

Saat aku berjalan ke depan, terlihatlah sebuah papan yang bertuliskan "Ruangan Ketua Serikat." Orang-orang bodoh itu sepertinya keluar dari ruangan ini sebelumnya. Ada urusan apa ya orang bodoh seperti mereka dengan ketua serikat?

Saat aku ingin mengetuk pintu ruangan tersebut, aku merasakan firasat yang sangat buruk sehingga tidak jadi mengetuk pintu itu.

Bagaimana ini, aku merasa sangat gugup karena belum pernah bertemu orang sehebat Ketua Serikat. Bangunan yang besar ini, dan semua orang yang mendaftar menjadi anggotanya berada dibawah kendali Ketua Serikat.

Karena saking gugupnya aku berdiam diri di depan pintu masuk selama 5 menit tanpa berbuat apa-apa.

"Kapan kau akan masuk? Mau sampai kapan kau berdiri di depan ruanganku?!" Terdengar suara tegas yang sangat berat dari dalam ruangan.

Saat aku mendengar suara itu, aku merasa terintimidasi oleh aura penindasan yang sangat pekat. Sepertinya orang itu marah karena aku hanya berdiri saja di depan ruangannya.

"Pe-permisi." Aku membuka pintu ruangan tersebut dan melihat seorang pria paruh baya berambut putih, dengan jenggot yang tebal. Ia mengenakan jubah hitam yang mirip dengan milikku, aura yang merembes keluar dari tubuhnya juga terlihat menakutkan.

"Wajahnya terlihat kesal." Gumam ku sambil menelan ludah dengan kasar.

"Jadi, siapa dan apa urusanmu mendatangiku?" Tanya pria itu langsung ke intinya, sepertinya dia bukan tipe orang yang suka berbasa-basi atau mungkin dia seperti itu karena sedang kesal?

"Ah, maaf karena sudah mengganggu waktu anda. Nama saya Livia Void, petualang rank D yang anda tugaskan untuk menyelidiki desa yang di invasi monster-"

"Ah begitu ya, kau orangnya ya!" Secara tiba-tiba senyum lebar terlukis di wajah pria paruh baya itu yang membuatku sangat terkejut.

"Maaf-maaf karena aku memasang wajah serius sebelumnya, aku sedang kesal karena beberapa orang aneh mendatangi ruanganku sebelumnya." Ucapnya sambil tertawa.

Orang-orang aneh, apa yang dia maksud adalah orang-orang bodoh itu?

"Jadi, bagaimana dengan penyelidikanmu, apa kau menemukan sesuatu yang berbahaya?" Pria itu bertanya setelah berhenti tertawa.

"Um.. saya tidak tahu apakah ini berbahaya atau tidak. Saat saya sedang menyelidiki desa itu, saya menemukan sebuah kristal hitam yang mengeluarkan aura yang sangat aneh. Saat berdiri di dekatnya saya merasa sesak dan tidak nyaman." Jawabku dengan jujur.

"Kristal hitam katamu?! Apa kau sungguh benar-benar melihat kristal hitam yang mengeluarkan aura aneh?" Tanya pria itu memastikan.

"Ya, kemudian setelah saya berniat untuk pergi dari desa saya menemukan sekelompok monster Tengkorak yang sebelumnya tidak ada di desa saat saya tiba disana." Ucapku menambahi.

"Begitu ya." Wajah pria paruh baya itu terlihat kusut.

"Ada apa ketua?" Aku bertanya karena penasaran.

"Kristal yang kau lihat itu, sebenarnya benda itu merupakan artefak yang dapat menarik perhatian monster." Jawab pria itu yang membuatku terkejut.

"Jadi-?!"

"Ya, invasi monster disebabkan oleh kristal hitam itu dan kemungkinan besar invasi yang lebih besar akan melanda kota ini." Perkataan yang dilontarkan pria itu membuatku semakin terkejut.

"Bagaimana bisa? Bukankah kristalnya ada di desa itu? Kita bisa mencegahnya jika kita segera bertindak."

"Kau benar, kalau desa itu di invasi kemarin atau beberapa hari lalu mungkin masih bisa dicegah. Namun, invasi itu terjadi bulan lalu. Setelah kristal itu bertahan selama satu bulan jumlah monster yang dapat di tarik olehnya pasti akan sangat besar. Tidak menutup kemungkinan invasi besar-besaran akan melanda kota ini."

Aku tidak tahu harus berkata apa lagi setelah mendengar semua itu.

"Apakah anda bisa memprediksi kapan itu terjadi?" Aku bertanya sambil berkeringat dingin.

"Kalau dilihat dari waktunya dan dari saat kau bertemu dengan monster Tengkorak itu. Invasinya akan terjadi besok!"

Jantungku langsung berdetak dengan keras, aku tidak dapat mempercayai apa yang kudengar barusan!

"Kita harus segera mengatur agar warga dapat diungsikan ke kota tetangga. Tidak menutup kemungkinan monster-monster itu juga akan menginvasi desa yang berada di sekitar kota ini." Ucap ketua serikat dengan tegas sambil berdiri dari kursinya.

Pria itu berjalan menuju pintu, namun sebelum itu ia berhenti di sebelahku dan berkata. "Kau juga harus mengungsi, serikat tidak bisa kehilangan orang berbakat seperti dirimu!" Ucap ketua serikat yang membuatku sangat terkejut.

"Ketua! Saya juga bisa bertarung!"

"Tidak, kau tidak bisa. Skala pertempuran ini sudah diluar kemampuan petualang dibawah rank B. Oleh karena itu seluruh petualang dibawah rank B juga akan ikut mengungsi ke kota tetangga!" Balas pria itu dengan ketus.

"Tetapi-!"

"Tidak ada penolakan, Livia. Kita tidak bisa kehilangan lebih banyak bibit muda di masa kritis ini!" Setelah mengatakan hal tersebut, ketua Serikat langsung keluar dari ruangan tanpa menutup pintu.

Lagi-lagi seperti ini, ketidakberdayaan yang kurasakan saat aku tidak dapat melakukan sesuatu yang berada di luar kemampuanku.

"Aku juga ingin berjuang, aku tidak ingin melarikan diri seperti sebelumnya!" Aku mengutuk diriku sendiri karena terlalu lemah.

Aku terjatuh, sekali lagi keputusasaan menyelimuti diriku.

Meski punya kekuatan, aku tidak bisa berbuat apa-apa karena kekuatan yang aku miliki belum cukup untuk mempertahankan apa yang ku anggap berharga. Menyedihkan, sangat menyedihkan, betapa tidak bergunanya diriku ini!

Di dalam ruangan yang hening itu, aku terduduk lemah sambil berlinang air mata. Sungguh, mengapa aku begitu lemah?

Terpopuler

Comments

Zeils

Zeils

Aku update 2 Chapter!!!! YAYYYY!!!
Hm?? kenapa kalian tidak berbahagia? apa kalian tidak senang aku update 2 chapter?

2024-04-19

2

Pangeran

Pangeran

Padahal scene nya sebagus itu! Tapi feel-nya kurang!! Ga mau tau harus revisi Thor!

2024-04-19

1

Azhazel

Azhazel

Maunya pengen bilang next doang, tapi ini harus direvisi sih!/Angry/

2024-04-19

0

lihat semua
Episodes
1 Arc 1: SUFFERING; Chapter 1: Buku Harian Livia
2 Arc 1: SUFFERING; Chapter 2: Rasa Takut
3 Arc 1: SUFFERING; Chapter 3: Budak
4 Arc 1: SUFFERING; Chapter 4: Berharap
5 Arc 1: SUFFERING; Chapter 5: Bala Bantuan
6 Arc 1: SUFFERING; Chapter 6: Bakat
7 Arc 1: SUFFERING; Chapter 7: Serikat
8 Arc 1: SUFFERING; Chapter 8: Sihir
9 Arc 1: SUFFERING; Chapter 9: Misi pertama
10 Arc 1: SUFFERING; Chapter 10: Rekan
11 Arc 1: SUFFERING; Chapter 11: Sihir Spasial
12 Arc 1: SUFFERING; Chapter 12: Elemen Kegelapan
13 Arc 1: SUFFERING; Chapter 13: Kristal Hitam
14 Arc 1: SUFFERING; Chapter 14: Lagi dan lagi
15 Arc 1: SUFFERING; Chapter 15: Teman Baik
16 Arc 1: SUFFERING; Chapter 16: Kota Ollin
17 Arc 1: SUFFERING; Chapter 17: Pembunuh
18 Arc 1: SUFFERING; Chapter 18: Anne Avantie
19 Arc 1: SUFFERING; Chapter 19: Sepotong Jejak
20 Arc 1: SUFFERING; Chapter 20: Orge
21 Arc 1: SUFFERING; Chapter 21: Orge Leader
22 Arc 1: SUFFERING; Chapter 22: Pertikaian Bangsawan
23 Arc 1: SUFFERING; Chapter 23: Pakaian baru
24 Arc 1: SUFFERING; Chapter 24: Ethelyne
25 Arc 1: SUFFERING; Chapter 25: Latihan
26 Arc 1: SUFFERING; Chapter 26: Pertempuran singkat
27 Arc 1: SUFFERING; Chapter 27: Pembunuh di siang hari
28 Arc 1: SUFFERING; Chapter 28: Dean
29 Arc1: SUFFERING; Chapter 29: Kasmaran
30 Arc 1: SUFFERING; Chapter 30: Sepotong Jejak Lainnya
31 Arc 1: SUFFERING; Chapter 31: Pedagang Angkuh
32 Arc 1: SUFFERING; Chapter 32: Bandit
33 Arc 1: SUFFERING; Chapter 33: Kota Ureia
34 Arc 1: SUFFERING; Chapter 34: Penginapan Malam Kelam
35 Arc 1: SUFFERING; Chapter 35: Beruntung!
36 Arc 1: SUFFERING; Chapter 36: Serikat Dagang
37 Arc 1: SUFFERING; Chapter 37: Reruntuhan
38 Arc 1: SUFFERING; Chapter 38: Sergapan
39 Arc 1: SUFFERING; Chapter 39: Sangat Gigih
40 Arc 1: SUFFERING; Chapter 40: Kembali
41 Arc 1: SUFFERING; Chapter 41: Blink
Episodes

Updated 41 Episodes

1
Arc 1: SUFFERING; Chapter 1: Buku Harian Livia
2
Arc 1: SUFFERING; Chapter 2: Rasa Takut
3
Arc 1: SUFFERING; Chapter 3: Budak
4
Arc 1: SUFFERING; Chapter 4: Berharap
5
Arc 1: SUFFERING; Chapter 5: Bala Bantuan
6
Arc 1: SUFFERING; Chapter 6: Bakat
7
Arc 1: SUFFERING; Chapter 7: Serikat
8
Arc 1: SUFFERING; Chapter 8: Sihir
9
Arc 1: SUFFERING; Chapter 9: Misi pertama
10
Arc 1: SUFFERING; Chapter 10: Rekan
11
Arc 1: SUFFERING; Chapter 11: Sihir Spasial
12
Arc 1: SUFFERING; Chapter 12: Elemen Kegelapan
13
Arc 1: SUFFERING; Chapter 13: Kristal Hitam
14
Arc 1: SUFFERING; Chapter 14: Lagi dan lagi
15
Arc 1: SUFFERING; Chapter 15: Teman Baik
16
Arc 1: SUFFERING; Chapter 16: Kota Ollin
17
Arc 1: SUFFERING; Chapter 17: Pembunuh
18
Arc 1: SUFFERING; Chapter 18: Anne Avantie
19
Arc 1: SUFFERING; Chapter 19: Sepotong Jejak
20
Arc 1: SUFFERING; Chapter 20: Orge
21
Arc 1: SUFFERING; Chapter 21: Orge Leader
22
Arc 1: SUFFERING; Chapter 22: Pertikaian Bangsawan
23
Arc 1: SUFFERING; Chapter 23: Pakaian baru
24
Arc 1: SUFFERING; Chapter 24: Ethelyne
25
Arc 1: SUFFERING; Chapter 25: Latihan
26
Arc 1: SUFFERING; Chapter 26: Pertempuran singkat
27
Arc 1: SUFFERING; Chapter 27: Pembunuh di siang hari
28
Arc 1: SUFFERING; Chapter 28: Dean
29
Arc1: SUFFERING; Chapter 29: Kasmaran
30
Arc 1: SUFFERING; Chapter 30: Sepotong Jejak Lainnya
31
Arc 1: SUFFERING; Chapter 31: Pedagang Angkuh
32
Arc 1: SUFFERING; Chapter 32: Bandit
33
Arc 1: SUFFERING; Chapter 33: Kota Ureia
34
Arc 1: SUFFERING; Chapter 34: Penginapan Malam Kelam
35
Arc 1: SUFFERING; Chapter 35: Beruntung!
36
Arc 1: SUFFERING; Chapter 36: Serikat Dagang
37
Arc 1: SUFFERING; Chapter 37: Reruntuhan
38
Arc 1: SUFFERING; Chapter 38: Sergapan
39
Arc 1: SUFFERING; Chapter 39: Sangat Gigih
40
Arc 1: SUFFERING; Chapter 40: Kembali
41
Arc 1: SUFFERING; Chapter 41: Blink

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!