Jika tidak salah, 3 hari sudah berlalu dan aku hanya menulis di buku harian ku seperti biasanya. Terkadang aku menggambar hal-hal tidak jelas, dan melamunkan berbagai kejadian yang tidak masuk akal.
Untuk makanan ada banyak, Ibu telah menyiapkan berbagai jenis makanan yang akan bertahan selama seminggu penuh, ia bahkan telah menandainya seperti mana yang harus dimakan hari ini dan mana yang harus di makan untuk besok atau lusa.
Sejujurnya aku sama sekali tidak mengerti tentang apa alasan Ayah melarang ku untuk pergi keluar dari rumah. Selama beberapa hari ini, tidak seorang pun datang ke rumah dan mengetuk pintu. Kalau bukan karena teknik melamun ku yang mencapai level maksimal, sudah dipastikan aku akan menjadi gila seketika karena tidak berinteraksi dengan siapapun selama beberapa hari.
Terkadang aku berbicara sendiri seperti saat ini, terkadang aku melakukan hal-hal aneh seperti berlari mengelilingi rumah dan melompat-lompat tidak jelas di ruang tengah. Terkadang aku juga berfikir untuk keluar dari rumah meski hanya sebentar, tetapi saat mengingat pesan dari ayah, aku langsung mengurungkan niat ku dan menjauh dari pintu rumah.
"Langit-langit menjadi gelap, apa ini sudah malam?" Gumam ku.
Dengan segera aku langsung mengambil korek diatas meja, kemudian menyalakan api untuk menghidupkan Lentera seperti biasanya. Lentera ini merupakan salah satu-satunya penerangan yang bisa ku gunakan di dalam rumah, jika aku tidak menyalakannya maka rumah ini akan menjadi sangat gelap.
"Huh.."
Sebenarnya aku merasa sangat bosan karena hampir setiap minggunya Ayah dan Ibu pergi meninggalkan ku sendirian di rumah. Mereka tidak ingin membawaku karena masih terlalu kecil, mereka baru mengizinkan ku untuk ikut jika sudah remaja dan butuh 2 tahun lagi agar aku seutuhnya menjadi gadis remaja.
Baru kali ini Ayah menyuruhku untuk tidak keluar dari rumah, padahal sebelumnya sama sekali tidak seperti ini. Selama ini aku selalu bersabar dan sepertinya penantian tersebut akan segera berakhir dalam dua tahun.
Entah aku berbicara kepada siapa tetapi, kalau tidak seperti ini aku akan menjadi gila karena harus sendirian di dalam rumah selama satu minggu penuh.
"Sebaiknya aku makan terlebih dahulu sebelum tidur, kemarin aku tidak sempat makan karena ketiduran." Aku tertawa kecil.
Dengan malas aku berjalan ke dapur untuk mengambil makanan yang telah disiapkan oleh Ibu berhari-hari yang lalu.
Pada saat itu.
Tok..tok..tok..
Seseorang mengetuk pintu rumah, aku yang berada di dapur pun terdiam membeku karena sangat terkejut, aku tidak tahu harus berbuat apa dan bertanya-tanya di dalam hati mengenai kejadian ini.
"Apa yang harus aku lakukan?!" Aku masih terdiam seperti patung karena terlalu syok.
Tok..tok..tok...
Ayah berpesan untuk tidak merespon ketukan pintu, tetapi bagaimana caranya agar aku dapat menahan diri jika tamunya terus mengetuk pintu dengan sangat keras? Hal tersebut membuat ku panik hingga membuat otakku secara refleks menggerakkan tubuh untuk bersembunyi dibawah meja makan.
Aku sangat ketakutan, biasanya jika seseorang datang untuk bertamu mereka akan mengetuk sambil mengeluarkan suara untuk memanggil pemilik rumah. Namun, seseorang yang mengetuk pintu rumah ku terus-menerus mengetuk pintu rumah tanpa mengeluarkan suaranya sama sekali.
Tok..Tok..Tok..
"Sudah berapa lama ia mengetuk seperti itu? Apa aku harus membuka pintunya? Mengapa ia tidak mau berhenti? Mengapa ia tidak pergi saja? Aku takut, sangat menakutkan! Ayah..."
Air mataku menetes, namun aku harus menahan suara tangisanku agar tidak terdengar. Jika semisal seseorang yang mengetuk pintu rumah mendengar suara tangisan ku, dia pasti akan langsung mendobraknya dan sesuatu yang buruk akan terjadi!
TOK..TOK..TOK...
Aku tidak tahu sudah berapa lama ia mengetuk pintu, apa tangannya sama sekali tidak terasa sakit? Terlebih lagi dia mengetuk dengan sangat keras, aku harap ia segera pergi dari sini.
Di saat aku sudah pasrah dan tidak tahu harus berbuat apa, secara tiba-tiba suara ketukan itu menghilang.
"Sudah berhenti?" Aku berbisik dengan suara yang sangat pelan.
Ketukan itu benar-benar berhenti, apa dia sudah kelelahan atau semacamnya? Aku mulai bertanya-tanya di dalam hati.
Sebenarnya pintu rumah ini memiliki sebuah lubang yang sangat kecil untuk mengintip seseorang yang berada persis di depan pintu, posisinya berada di tengah-tengah dan tidak terlihat jika dari luar.
Aku pergi menuju pintu dengan mengendap-endap, berusaha agar suara sekecil apapun tidak terdengar ketika aku berjalan dengan sangat perlahan.
Tinggi lubang ini sama persis dengan mata ku, berkatnya aku tidak perlu menunduk ataupun jinjit untuk mengintip keluar.
Ketika aku menutup sebelah mata dan mulai memfokuskan pandangan ku pada lubang tersebut, tampaklah beberapa orang berpakaian aneh yang membawa banyak senjata dipunggung mereka, beberapa dari mereka juga membawa obor.
Aku mematung di depan pintu, siapa sangka jumlah mereka akan menjadi sangat banyak
"Aku sama sekali tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan..."
Di saat aku sedang fokus memperhatikan orang-orang asing itu, aku mencium bau aneh yang berbau seperti kayu terbakar, dari mana asalnya itu? Juga, entah mengapa aku merasa udara di rumah ini semakin panas.
Saat aku menyadarinya, atap rumah ku telah terbakar dengan sangat hebat.
"Mustahil, sejak kapan-?!"
Tidak ada waktu untuk berdiam diri, dengan sigap aku langsung berlari menuju pintu belakang sesuai dengan arahan dari Ayah, tentu aku berusaha agar suara langkah kakiku tidak terdengar keluar.
Penyebaran apinya sangatlah cepat, mengapa bisa secepat itu? Apakah mereka menggunakan minyak tanah sebagai pemicu kebakarannya?
Ketika aku sampai di dapur, setengah dari ruangan itu telah ditelan oleh api yang membara, beruntung pintu belakang rumah ini tidak hanya satu.
Aku langsung berlari menuju kamar Ayah dan Ibu, di sana ada sebuah pintu yang mengarah langsung keluar rumah, meski tampak mencolok namun aku tidak memiliki pilihan lain selain keluar melalui pintu ini.
Ketika aku ingin membuka pintu, aku sama sekali tidak dapat menariknya meski sudah mengeluarkan segenap tenagaku.
"Mengapa? Apa ini sedang macet?" Aku mengintip dari lubang kuncinya.
Ternyata pintu itu dikunci, betapa bodohnya diriku padahal aku sendiri yang menguncinya.
Seingatku kuncinya ada di ruangan ini juga, aku membuka laci-laci di kamar itu dengan terburu-buru sebab api akan segera menjalar keruangan ini dan membakar semuanya hingga hangus!
"Di mana, di mana kuncinya? Kumohon, kumohon tunjukkan dirimu!" Aku bergumam dengan suara kecil.
Setelah di laci aku mencarinya di lemari dan membongkar satu persatu pakaian dari dalam sana, hingga akhirnya menemukan kunci pintu yang sudah aku cari sejak tadi.
"Cepat sekali!" Ujarku dengan kaget saat melihat api yang sudah merambat masuk ke dalam ruangan ini.
Dengan segera aku langsung membuka pintu tersebut kemudian keluar dengan terburu-buru sambil terus berlari tanpa arah tujuan. Aku sama sekali tidak memperlambat langkah ku, meskipun nafasku sudah terasa sangat sesak aku terus berlari sekuat tenaga agar para penjahat itu tidak menemukan jejak ku sama sekali.
"Mengapa ini terjadi?" Aku bertanya di dalam hati.
Meski Ayah sudah memperingati ku mengenai hal ini, tetap saja aku tidak dapat menerimanya setelah menjadi kenyataan, apa kedua orangtuaku telah menyinggung beberapa orang jahat? Apa alasan mereka membakar rumahku? Apa untuk membalaskan dendam?
"Hahh!! Hahh!! Hahh!!" Dadaku terasa sangat sakit tapi aku tidak bisa berhenti sekarang, mereka akan menemukanku jika aku berhenti berlari!
"Ayah... Ibu... Ku harap kalian baik-baik saja!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Amara
Aku udah negatif thingking yang di luar itu monster besar
2024-05-09
0
🎀
apa orang tuanya ikut sekte sesat gitu ya?
2024-05-09
0
🎀
kayanya ada sesuatu deh
2024-05-09
0