"Huh–?"
Aku menatap gadis itu dengan heran. Kakak? Kenapa dia ingin memanggilku kakak? Seingatku aku sama sekali tidak pernah melakukan hal yang membuatnya tertarik kepadaku.
"A-anda mungkin tidak mengingat nya tetapi, Nona Livia sudah beberapa kali menyelamatkan saya dari maut, saat kita sedang melakukan misi bersama saya selalu menjadi target dari monster, dan hal itu selalu membuat saya berada dalam bahaya."
"Meski saya bisa menghindar dengan berpindah tempat secara berkala, sebagai pemanah energi sihir saya itu terbatas. Pada saat-saat seperti itu anda selalu menyelamatkan saya, dan cara anda melakukannya benar-benar membuat saya tersentuh." Anne menjelaskan alasannya dengan senyum kecil.
"Tapi, bukankah terlalu aneh jika kau memanggilku, kakak?" Aku menatapnya dengan heran, menurutku kami itu seumuran jika membandingkan tinggi dan sikap–
Tunggu, tinggi?
Jika diperhatikan tinggi kami itu hanya beda beberapa mili meter, dan melihat reaksi semua orang yang menganggap ku masih anak kecil–
"A-anne, ngomong-ngomong berapa usiamu?" Aku harus memastikan hal ini terlebih dahulu.
"Hm? Usiaku 14 Tahun."
Sudah tentu begitu! Normalnya hanya anak berusia 14 tahun yang sependek diriku! Sungguh, ku pikir selama ini kami seumuran!
"Begitu ya–" Karena Anne masih dalam masa pertumbuhan pasti dia akan terus bertambah tinggi. Sementara aku mungkin akan tetap seperti ini, gadis pendek yang menyedihkan.
"Kalau kau bisa menjelaskan alasan terbesarmu ingin memanggilku Kakak. Aku akan mempertimbangkannya." Ujarku yang membuat gadis itu tersenyum lebar.
"Aku menyukai nona Livia sejak pandangan pertama!"
"Jangan mengatakan hal yang ambigu semudah itu!"
"Ambigu?" Gadis itu memiringkan kepalanya. Sepertinya dia tidak mengerti arti dari kata 'ambigu'.
"Ehm! Bukan apa-apa."
Sepertinya aku menjadi terlalu sensitif mengingat perbedaan usia kami.
"Yah, terserahlah..." Kalau dia memang sebegitu menyukai diriku, maka biarkan dia melakukan apa yang dia mau.
"Apa boleh?" Gadis itu bertanya.
"Ya, tapi aku punya syarat."
"Syarat?"
"Kau tidak boleh berbicara secara formal kepadaku. Hal itu membuatku sangat tidak nyaman."
"Tentu, sesuai keinginan kakak!" Gadis itu langsung setuju tanpa memikirkannya lebih dahulu, terlebih dia langsung memanggilku kakak.
Setelah itu Anne membicarakan banyak hal denganku, ia terlihat sangat senang ketika menceritakan tentang dirinya sendiri. Kemudian ketika ia bertanya tentang diriku, aku hanya menceritakan pengalaman hidupku setelah keluar dari kurungan saja. Gadis itu sangat terkejut ketika mendengar bahwa aku belum genap satu tahun mempelajari sihir.
Sore harinya aku kembali menuju penginapan dengan perasaan yang baru, meski sedikit merepotkan memiliki adik ternyata bukan hal yang buruk. Apakah ini yang dirasakan Grace saat aku banyak bertanya kepadanya?
Lain kali mungkin aku harus minta maaf karena sudah merepotkan nya atas segala pertanyaan yang ku lontarkan.
"Permisi."
Seorang pria dengan wajah yang ditutupi topeng aneh menyapaku. Entah mengapa aku merasa bahwa orang ini mencurigakan.
"Siapa?"
"Ah, saya tidak ingin berbasa-basi. Anda Livia Void, bukan?"
Aku sama sekali tidak menggubris pertanyaannya, dilihat dari sisi mana pun orang ini terlihat mencurigakan.
"Tidak, kau salah orang. Namaku Lisa Violetta."
Pria itu tidak bergeming. Ia mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya kemudian mengalihkan perhatiannya dari kertas itu kepadaku secara bergantian.
"Ehm! Maaf, Nona. Sepertinya saya memang salah orang. Kalau begitu, permisi." Pria itu memasukkan kertas tersebut ke sakunya dan berjalan melewatiku. Sesaat aku dapat mendengarnya yang berdecak kesal sambil bergumam tidak jelas.
Orang yang aneh, aku penasaran dengan apa yang akan dilakukannya jika mengetahui bahwa diriku adalah Livia Void. Namun, demi keselamatanku aku tidak boleh sembarangan membocorkan informasi pribadi.
Setelah sampai di penginapan, aku langsung menyantap makan malamku dan kembali ke kamar sambil mewaspadai sekitar. Aku punya firasat buruk tentang pria yang mendatangiku hari ini.
Tok* tok* tok*
"..." Entah kenapa aku selalu merinding saat mendengar suara ketukan pintu, apa ini yang dinamakan trauma?
Selain itu...
Tok* tok* tok*
Adegan ini benar-benar persis dengan yang terjadi di masa lalu. Kalau sudah begini, aku tidak punya pilihan lain selain menghadapi sesuatu yang akan muncul dari balik pintu itu.
"Tenebris."
Aku menggunakan elemen kegelapan tingkat pertama untuk melindungi tubuhku, setelahnya aku memanifestasikan elemen kegelapan menjadi beberapa bilah pedang yang melayang di sekitarku.
Elemen kegelapan tingkat pertama memiliki sifat yang korosif, hanya bersentuhan saja dapat membuat segala sesuatu lenyap tanpa sisa. Ini adalah kartu terkuat yang aku miliki, meskipun aku memiliki kendali atas elemen kegelapan tingkat kedua, dengan kemampuanku saat ini aku belum cukup kuat untuk mengendalikannya!
Datanglah! Siapapun itu, aku akan membuatnya menghilang dari dunia ini tanpa bekas!
BAMM!!
Pintu kamarku di dobrak dengan sangat kasar, di luar sana terlihat sebuah siluet yang tampak familiar. Dia adalah pria bertopeng yang sebelumnya menanyakan namaku.
"Selamat malam, Nona Lisa. Karena beberapa hal mengganjal pikiran, saya pun datang untuk meminta saran dari anda." Pria itu berjalan memasuki ruangan.
"Apa kau tidak pernah diajari jika memasuki kamar gadis dimalam hari adalah hal tabu?"
"Tentu saja pernah, tapi apakah anda seorang gadis?"
"Ck.." Pria ini sedang menyinggung tinggi badanku!
"Yah, mari kita kesampingkan semua masalah sepele itu. Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan kepada anda secara langsung, dan saya janji tidak akan lama."
"..." Karena dia memakai topeng, aku sama sekali tidak dapat membaca ekspresinya.
"Apakah nama Anda benar-benar Lisa Violetta?" Pria itu bertanya dengan nada rendah.
"Aku sudah mengatakannya kepadamu tadi sore." Jawabku dengan singkat.
"Hm.." Pria itu tampak meragukan ku.
"Kalau begitu, apakah anda pernah melihat orang di dalam gambar ini?" Pria itu mengambil secarik kertas dari sakunya dan menunjukkannya kepadaku.
Saat melihat gambar sepasang kekasih di dalam gambar itu, jantungku sempat berhenti berdetak sesaat. Beruntung aku dapat dengan mudah mengendalikan ekspresi wajahku.
Sambil memasang wajah tidak tertarik, aku berkata kepadanya. "Huh? Kau datang malam-malam mengunjungiku dan membuat semua keributan ini hanya untuk menunjukkan gambar sepasang kekasih kepadaku? Apa kau sedang bercanda?" Ujarku dengan tatapan tajam.
Pria itu tersentak kemudian melipat kertas itu dan memasukkannya lagi kedalam saku. "Begitu ya, anda tidak mengenal mereka." Pria itu tampak kecewa.
"Maaf mengganggu, saya yang akan menanggung biaya perbaikannya anda tidak perlu mengkhawatirkannya." Pria itu berkata sambil berjalan keluar dari ruangan.
Setelah pria itu menunjukkan gambar tersebut, aku sangat yakin bahwa dia ada kaitannya dengan pelaku pembakaran rumahku! Gambar yang ditunjukkannya adalah gambar kedua orang tuaku semasa muda, aku pernah melihatnya terpajang di kamar mereka.
Dengan ini aku sudah menemukan sepotong jejak dari pelaku atas kejadian itu. Pria itu, aku sudah menandainya dengan sihir kegelapan.
Dia tidak akan pernah bisa lari dari pandanganku. Sebelum dia membongkar semua rahasia dari penyergapan itu, aku tidak akan pernah melepaskannya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Zeils
Penulisnya terlihat buru-buru bukan? Maaf saja, aku tidak punya banyak waktu untuk menulis.
2024-04-23
7
Chaos Endless
Pengennya Livia nabok pala si topeng, tapi setelah baca detailnya aku sadar kalau sintopeng lebih kuat dari Liv.
2024-04-23
1
Shara Erdyna
rajin" up Thor meski agak aneh
2024-04-23
0