Arc 1: SUFFERING; Chapter 9: Misi pertama

Bekerja sebagai petualang adalah tugas yang mudah dan sulit, pekerjaan yang datang tergantung permintaan yang diajukan oleh masyarakat kepada serikat. Tidak ada yang namanya paksaan karena seorang petualang berhak untuk mengambil misi yang diinginkannya.

Meski begitu, misi yang bisa diambil juga harus sesuai dengan peringkat yang dimiliki. Misalnya seorang petualang rank F hanya bisa mengambil misi rank E dan F, seorang petualang rank C hanya bisa mengambil misi rank E sampai B, dan seorang petualang rank S hanya bisa mengambil misi rank B sampai SS. Semua itu dilakukan agar setiap petualang dapat mengerjakan misi yang sesuai dengan kemampuan mereka.

"Aku ingin mengambil misi ini." Ujarku sambil menaruh selembar kertas di atas meja resepsionis.

Wanita itu melihat misi yang ku ambil kemudian memberikan stempel di atasnya. "Baik, kontraknya sudah dibuat. Selamat bekerja, Nona!" Wanita itu memberikan kertas misi kepadaku.

Tanpa berbasa-basi aku langsung keluar dari gedung serikat menuju hamparan rumput dibalik tembok kota. Disana ada berbagai jenis tanaman dengan bentuk yang beragam. Misi yang ku ambil adalah mengumpulkan sejenis tanaman obat yang katanya cukup sulit untuk dicari.

Yah, sebenarnya aku sudah bersiap jauh-jauh hari untuk melakukan misi ini.

Pada buku sihir dasar yang diberikan oleh gadis menara sihir itu, aku menemukan sebuah sihir yang akan berguna dalam misi ini.

"Vide."

Seketika persepsi ku meluas hingga sejauh 50 meter, aku dapat merasakan segala yang berada dalam radius 50 meter dengan sangat jelas.

"Ketemu." Aku langsung berlari ke Utara sambil mempertahankan sihir tersebut.

Beberapa menit kemudian aku dapat melihat sekumpulan bunga berwarna putih dengan tangkai berwarna biru di kejauhan. Kebetulan jumlahnya sesuai dengan misi yang aku ambil dari serikat.

Tanpa menunggu lebih lama lagi aku langsung memetik dari akarnya dengan berhati-hati. Tanaman obat ini akan menjadi tidak berguna jika akarnya dirusak, begitulah penjelasan yang tertera di kertas misi.

Setengah jam kemudian aku sudah selesai mengumpulkan semua tanaman obat itu dengan aman tanpa ada yang tertinggal. Karena jumlahnya sudah sesuai aku berniat untuk segera kembali ke serikat.

Hanya saja ditengah jalan aku menemui beberapa masalah.

"Goblin?" Aku pernah melihatnya di buku bergambar yang diberikan Ayah. Goblin adalah salah satu monster dengan kelincahan yang tinggi.

Mereka sering bergerak dalam kelompok untuk mencari mangsa. Goblin juga memiliki sedikit kecerdasan yang membuat mereka cukup sulit untuk dihadapi oleh pemula.

"Ah, sepertinya mereka sudah menyadari keberadaanku."

Dari kejauhan aku dapat melihat ketiga goblin itu sedang melirik ke arahku dengan tatapan tajam. Secara tiba-tiba mereka berpencar dan berlari ke arahku dengan sangat cepat.

Belati batu di tangan mereka juga terlihat cukup berbahaya jika diperhatikan lebih seksama, aku tidak boleh lengah meski hanya sepersekian detik!

"Sphera!"

Bola api muncul di kedua telapak tanganku, dua diantara goblin itu berlari dari sisi kanan dan kiri untuk menyergap ku, sementara goblin satunya berlari lurus ke arahku dari depan.

Kedua goblin melempar belati mereka secara serentak, pada saat itu tanpa ragu sedikitpun aku langsung menyatukan kedua bola api di tanganku dan melemparkannya ke arah goblin di depan sambil bergumam, "Soaring." Dan langsung melesat ke arah depan dengan dorongan elemen angin di kedua kakiku.

Masing-masing belati itu tidak mengenai apapun, sementara bola apiku langsung menghanguskan goblin di depan dalam beberapa detik.

Setelah kakiku menyentuh tanah, aku berbalik dan melihat kedua goblin yang langsung berlari ke arahku tanpa memperdulikan belati mereka yang tertancap di tanah.

Wajah mereka tampak marah karena temannya terbunuh olehku. Tentu aku tidak peduli dengan hal itu dan langsung menyiapkan dua bola api lainnya di kedua tanganku.

Setelah berlatih melempar bola selama dua hari penuh, aku cukup percaya diri dengan akurasi lemparan ku. "Lemparkan ini tidak akan meleset." Gumamku dengan percaya diri sambil mengambil ancang-ancang untuk melempar.

"Sekarang!" Aku melempar satu bola api ke arah goblin di sebelah kanan kemudian menghindar kesamping saat sebuah belati sedang melesat ke arahku.

Aku yakin lemparan ku tidak meleset, dengan tekad itu aku langsung mengabaikan goblin satunya dan bersiap-siap untuk lemparan kedua.

"Heh, meski punya sedikit kecerdasan siapa sangka makhluk itu akan melakukan zig-zag." Ujarku yang terheran-heran saat melihat tingkah goblin tersebut. "Tapi bukan masalah!"

Aku sudah berlatih untuk target yang bergerak! Bahkan seekor kelinci masih lebih lincah dari seekor goblin dalam melakukan zig-zag!

"Condense"

Seketika bola api ditanganku memadat membentuk ukuran yang lebih kecil namun lebih kuat dan lebih cepat. Setelah mengunci targetku yang semakin mendekat, tanpa ragu aku langsung melempar bola api itu dengan segenap kekuatan yang kumiliki.

Whush!!*

Bola api itu melesat jauh lebih cepat dari pada burung yang melesat, selayaknya peluru senapan jarak jauh bola api itu menembus tubuh goblin dan melewatinya dalam sekejap mata.

BOMM!!*

Ledakan kecil terpicu saat bola api menyentuh tanah. Sementara itu goblin tersebut langsung mati akibat tertembus oleh peluru api yang sangat panas dan mematikan.

"Padahal aku hanya mengambil misi untuk mengumpulkan tanaman obat, siapa sangka malah menjadi pemburuan goblin." Aku mengeluh sambil mencari kristal sihir di mayat-mayat goblin itu.

Jlebb*

"Aarghh?!"

Aku merasakan punggungku tertusuk oleh benda tajam, saat aku menoleh ke belakang aku dapat melihat seekor goblin yang sedang berlari ke arahku dengan liar.

Aku mencabut belati yang tertancap di punggungku kemudian berdiri dengan nafas yang memburu sambil mengulurkan tangan ke depan.

"INCAENDIUM!. Teriakku marah.

Sebuah lingkaran sihir berwarna merah pekat muncul di hadapanku dan mengeluarkan sembuan api yang sangat besar dan kuat.

Dalam sekejap goblin tersebut bersama pepohonan yang berada di belakangnya lenyap hangus tanpa jejak sejauh 15 meter. Aku mengeluarkan semburan air untuk memadamkan api dan langsung tergeletak di tanah setelah kehabisan energi sihir.

"Tanpa sadar aku menggunakan sihir tingkat dua." Gumamku menyesali perbuatanku sendiri. Aku terbawa perasaan karena merasa kesal diserang dari belakang secara diam-diam. Padahal kalau aku berpikir dengan tenang, satu bola api saja sudah cukup untuk membunuh Goblin itu tanpa mengorbankan hutan sejauh 15 meter.

Setelah beristirahat selama 10 menit dan merawat lukaku, aku mengambil ketiga kristal inti itu dan langsung kembali ke kota menuju serikat.

"Hmm, ternyata benar-benar ada misi pemburuan goblin. Jumlahnya ada 3 ekor dan berkeliaran di hamparan rumput sekitar tembok kota. Sepertinya misi ini baru saja dipajang." Tanpa ragu aku langsung membawa kertas misi itu ke meja resepsionis.

"Permisi, aku sudah menyelesaikan misiku." Ujarku sambil meletakkan 10 tangkai tanaman obat di atas meja.

"Wah, cepat sekali ya! Padahal orang lain sangat kesulitan untuk menemukan tanaman ini." Ucap wanita itu sambil memastikan jumlahnya.

"Hehe, aku hanya beruntung saja. Dan setelah itu aku ingin mengambil misi ini." Aku meletakkan kertas misi itu diatas meja.

"Hm? Apa anda yakin, Nona? Misi ini rank nya E, lho. Selain itu 3 ekor goblin bukalah perkara yang mudah untuk seorang pemula." Wanita itu bertanya sambil terheran-heran.

"Tapi aku sudah menyelesaikan misi itu, kok."

"Haha, Nona ini sangat pandai bercanda ya. Misi ini baru saja dipajang beberapa menit yang lalu, tidak mungkin anda bisa menyelesaikannya dalam waktu sesingkat itu." Ujarnya sambil tertawa kecil.

"Tidak, aku benar-benar menyelesaikannya kok. Saat perjalanan pulang aku bertemu dengan empat ekor goblin dan langsung membunuh ke empatnya." Jawabku sambil meletakkan tiga telinga goblin dan tiga kristal inti di atas meja. "Kristal inti goblin keempat beserta tubuhnya hangus terbakar, aku tidak dapat membawanya kembali."

"H-hah?! A-anda benar-benar menyelesaikannya?" Wanita itu tampak terkejut saat melihat barang bukti di atas meja.

"Ya, dan seperti yang kau katakan. Mereka bukan perkara yang mudah untuk pemula." Jawabku sambil tersenyum.

Terpopuler

Comments

Zeils

Zeils

Satu lagi hari dimana aku tidak bisa santai kecuali di malam hari. Tidak, sebenarnya setiap hari aku hanya bisa beristirahat di malam hari.
Chapter ini, aku menulisnya dengan terburu-buru. Meski kurang menarik, mungkin. Tetapi, aku harap kalian membacanya dari awal hingga akhir tanpa skip beberapa bagian./Smile/

2024-04-15

3

Lamp?y

Lamp?y

sejauh ini lumayan
cuma plotnya terlalu lambat
sejujurnya, penggambaran adegan fight nya lumayan bikin bosen
tapi gass lah baca chap selanjutnya
mari kita lihat character development si MC nya

2024-05-06

0

Chaos Endless

Chaos Endless

Lumayan, SFX nya gak banyak jadi tidak mengganggu. Penjelasannya gak ribet dan mudah dibayangkan.

2024-04-15

2

lihat semua
Episodes
1 Arc 1: SUFFERING; Chapter 1: Buku Harian Livia
2 Arc 1: SUFFERING; Chapter 2: Rasa Takut
3 Arc 1: SUFFERING; Chapter 3: Budak
4 Arc 1: SUFFERING; Chapter 4: Berharap
5 Arc 1: SUFFERING; Chapter 5: Bala Bantuan
6 Arc 1: SUFFERING; Chapter 6: Bakat
7 Arc 1: SUFFERING; Chapter 7: Serikat
8 Arc 1: SUFFERING; Chapter 8: Sihir
9 Arc 1: SUFFERING; Chapter 9: Misi pertama
10 Arc 1: SUFFERING; Chapter 10: Rekan
11 Arc 1: SUFFERING; Chapter 11: Sihir Spasial
12 Arc 1: SUFFERING; Chapter 12: Elemen Kegelapan
13 Arc 1: SUFFERING; Chapter 13: Kristal Hitam
14 Arc 1: SUFFERING; Chapter 14: Lagi dan lagi
15 Arc 1: SUFFERING; Chapter 15: Teman Baik
16 Arc 1: SUFFERING; Chapter 16: Kota Ollin
17 Arc 1: SUFFERING; Chapter 17: Pembunuh
18 Arc 1: SUFFERING; Chapter 18: Anne Avantie
19 Arc 1: SUFFERING; Chapter 19: Sepotong Jejak
20 Arc 1: SUFFERING; Chapter 20: Orge
21 Arc 1: SUFFERING; Chapter 21: Orge Leader
22 Arc 1: SUFFERING; Chapter 22: Pertikaian Bangsawan
23 Arc 1: SUFFERING; Chapter 23: Pakaian baru
24 Arc 1: SUFFERING; Chapter 24: Ethelyne
25 Arc 1: SUFFERING; Chapter 25: Latihan
26 Arc 1: SUFFERING; Chapter 26: Pertempuran singkat
27 Arc 1: SUFFERING; Chapter 27: Pembunuh di siang hari
28 Arc 1: SUFFERING; Chapter 28: Dean
29 Arc1: SUFFERING; Chapter 29: Kasmaran
30 Arc 1: SUFFERING; Chapter 30: Sepotong Jejak Lainnya
31 Arc 1: SUFFERING; Chapter 31: Pedagang Angkuh
32 Arc 1: SUFFERING; Chapter 32: Bandit
33 Arc 1: SUFFERING; Chapter 33: Kota Ureia
34 Arc 1: SUFFERING; Chapter 34: Penginapan Malam Kelam
35 Arc 1: SUFFERING; Chapter 35: Beruntung!
36 Arc 1: SUFFERING; Chapter 36: Serikat Dagang
37 Arc 1: SUFFERING; Chapter 37: Reruntuhan
38 Arc 1: SUFFERING; Chapter 38: Sergapan
39 Arc 1: SUFFERING; Chapter 39: Sangat Gigih
40 Arc 1: SUFFERING; Chapter 40: Kembali
41 Arc 1: SUFFERING; Chapter 41: Blink
Episodes

Updated 41 Episodes

1
Arc 1: SUFFERING; Chapter 1: Buku Harian Livia
2
Arc 1: SUFFERING; Chapter 2: Rasa Takut
3
Arc 1: SUFFERING; Chapter 3: Budak
4
Arc 1: SUFFERING; Chapter 4: Berharap
5
Arc 1: SUFFERING; Chapter 5: Bala Bantuan
6
Arc 1: SUFFERING; Chapter 6: Bakat
7
Arc 1: SUFFERING; Chapter 7: Serikat
8
Arc 1: SUFFERING; Chapter 8: Sihir
9
Arc 1: SUFFERING; Chapter 9: Misi pertama
10
Arc 1: SUFFERING; Chapter 10: Rekan
11
Arc 1: SUFFERING; Chapter 11: Sihir Spasial
12
Arc 1: SUFFERING; Chapter 12: Elemen Kegelapan
13
Arc 1: SUFFERING; Chapter 13: Kristal Hitam
14
Arc 1: SUFFERING; Chapter 14: Lagi dan lagi
15
Arc 1: SUFFERING; Chapter 15: Teman Baik
16
Arc 1: SUFFERING; Chapter 16: Kota Ollin
17
Arc 1: SUFFERING; Chapter 17: Pembunuh
18
Arc 1: SUFFERING; Chapter 18: Anne Avantie
19
Arc 1: SUFFERING; Chapter 19: Sepotong Jejak
20
Arc 1: SUFFERING; Chapter 20: Orge
21
Arc 1: SUFFERING; Chapter 21: Orge Leader
22
Arc 1: SUFFERING; Chapter 22: Pertikaian Bangsawan
23
Arc 1: SUFFERING; Chapter 23: Pakaian baru
24
Arc 1: SUFFERING; Chapter 24: Ethelyne
25
Arc 1: SUFFERING; Chapter 25: Latihan
26
Arc 1: SUFFERING; Chapter 26: Pertempuran singkat
27
Arc 1: SUFFERING; Chapter 27: Pembunuh di siang hari
28
Arc 1: SUFFERING; Chapter 28: Dean
29
Arc1: SUFFERING; Chapter 29: Kasmaran
30
Arc 1: SUFFERING; Chapter 30: Sepotong Jejak Lainnya
31
Arc 1: SUFFERING; Chapter 31: Pedagang Angkuh
32
Arc 1: SUFFERING; Chapter 32: Bandit
33
Arc 1: SUFFERING; Chapter 33: Kota Ureia
34
Arc 1: SUFFERING; Chapter 34: Penginapan Malam Kelam
35
Arc 1: SUFFERING; Chapter 35: Beruntung!
36
Arc 1: SUFFERING; Chapter 36: Serikat Dagang
37
Arc 1: SUFFERING; Chapter 37: Reruntuhan
38
Arc 1: SUFFERING; Chapter 38: Sergapan
39
Arc 1: SUFFERING; Chapter 39: Sangat Gigih
40
Arc 1: SUFFERING; Chapter 40: Kembali
41
Arc 1: SUFFERING; Chapter 41: Blink

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!