Hari itu sangatlah menakutkan, aku tidak tahu harus berbuat apa saat mereka membakar rumah, jadi aku hanya bisa berlari dan terus berlari seperti seorang pengecut yang meninggalkan tanggung jawabnya.
Meski aku ingin melawan sekalipun, aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku masihlah anak-anak.
Udara dingin dan langit yang gelap, sampai kapan keadaan menyiksa ini akan terus berlanjut? Tubuhku sama sekali tidak dapat digerakkan, mulut ini pun sudah kering dan kaku. Apa aku akan berakhir di tempat seperti ini?
...****************...
Saat aku membuka mata, cahaya matahari yang begitu cerah menerpa wajahku yang dingin, aku bertanya-tanya di dalam kepalaku tentang bagaimana semua ini bisa terjadi? Semuanya terlalu mendadak, kepalaku sama sekali tidak dapat mencerna apa yang telah terjadi beberapa waktu lalu.
"Huh..?"
Sepertinya aku baru saja berhalusinasi, yang menerpa wajahku sama sekali bukanlah cahaya matahari, melainkan sebuah lentera yang digantung tepat di atas wajahku.
Mataku melirik ke sekitar, ini adalah ruangan yang sangat asing bagiku, terlebih lagi aku sama sekali tidak sendiri di dalam sini.
Ketika aku mencoba untuk bangun, aku merasa sesuatu benda yang aneh telah memperberat leher dan kedua tanganku untuk digerakkan, belum lagi benda-benda aneh itu dihubungkan oleh rantai yang cukup besar.
"Ini.."
Aku sama sekali tidak tahu apa yang telah dikenakan pada leher dan kedua tanganku.
"To-tolong jangan aku!! Tidaaakk!!"
Secara tiba-tiba aku mendengar suara teriakan seorang gadis dari ruangan lain, aku tidak tahu mengapa ia berteriak, namun hal yang membuatku terpaku selama beberapa detik adalah, kenyataan bahwa aku bersama beberapa orang anak lainnya telah dikurung di dalam sebuah penjara.
Aku tahu ruangan ini penjara sebab ayah pernah menjelaskan kepadaku bahwa semua penjahat akan di kurung di dalam penjara sebelum diadili. Saat itu ayah menggambar jeruji besi pada selembar kertas, dan itu sangatlah mirip dengan apa yang aku lihat sekarang.
Plakk!!*
Suara tamparan yang sangat keras terdengar, hal tersebut menyadarkan ku dari lamunan sementara.
"Jangan berteriak kepadaku, dasar budak!!" Kata-kata itu berasal dari seorang pria bertubuh besar yang cukup kekar.
"Kalau kau tidak mau diperlakukan dengan baik, maka akan kulakukan dengan cara sebaliknya!"
Sesaat setelah pria itu membentak, suara teriakan kesakitan seorang gadis pun terdengar disepanjang lorong tempat mereka berjalan, aku mendengar suara itu semakin dekat setiap saatnya.
Ketika mereka lewat di depan penjara yang mengurung ku, aku dapat melihat pria bertubuh besar itu dengan jelas. Di tangannya ia memegang rantai yang cukup besar, itu terlihat sama dengan apa yang terpasang di tubuhku saat ini.
Pria itu seakan sedang menarik sesuatu saat memegang rantai tersebut, karena lorong yang terlalu gelap aku tidak dapat melihatnya dengan jelas.
Namun saat pria itu sudah hampir melewati penjara ini, terlihat seorang gadis 17 tahun dengan pakaian lusuh sedang memegang sesuatu di lehernya sambil berteriak, gadis itu terseret di lantai dan terus ditarik dengan kasar oleh pria di depan sana.
Tubuhku bergetar dan nafasku terasa sesak, apa yang baru saja ku lihat? Itu sangat menyeramkan! Bagaimana bisa mereka memperlakukan seseorang dengan cara yang sangat buruk seperti itu? Apa suatu saat aku akan diperlakukan dengan cara yang sama? Apa rantai ini dipasangkan dengan tujuan seperti itu?
Di saat aku sedang hanyut dalam pemikiran buruk yang tiada habisnya, seseorang memegang pundak ku dari belakang dengan lembut, tangannya kecil dan terasa agak kasar.
Ketika aku menoleh kebelakang, aku dapat melihat seorang gadis berambut pendek yang menatapku dengan lembut.
"Jangan takut, kau akan kehilangan akal jika terus memikirkannya." Gadis itu berkata dengan suara yang lemah.
Aku tidak tahu harus berkata apa di situasi itu, dengan senyuman hangat ia mengelus kepalaku kemudian berkata. "Aku akan menemani mu, ok? Jadi, jangan takut dan atur pernapasan mu."
Suaranya begitu halus dan menenangkan. Aku tidak tahu dia siapa, tapi melalui ekspresinya aku tahu bahwa dia sudah cukup lama berada di tempat ini.
"Namaku Grace, aku sudah cukup lama berada di tempat ini, jadi jangan terlalu kaku saat berbicara dengan ku, ok?" Ia berkata dengan senyum kecil diwajahnya.
Meski aku belum mengenalnya terlalu dekat, melalui cara perkenalannya ini aku tahu bahwa ia adalah orang baik, namun tidak sepenuhnya seperti itu.
"Li-livia.."
Lidahku masih terlalu sulit untuk digerakkan, sepertinya aku akan kesulitan untuk berbicara selama beberapa waktu.
"Livia? Apa itu namamu?" Ia bertanya, dan aku hanya dapat mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.
"Nama yang indah! Sangat cocok dengan wajahmu yang begitu cantik." Ujarnya, "Tetapi, di tempat ini kecantikan adalah sebuah kutukan, sebaiknya kau menutupi wajahmu yang seperti bidadari itu dengan lumpur." Katanya sambil menatapku dengan serius.
"Ke-na-pa?" Aku memiringkan kepala karena merasa heran.
"Kau akan menjadi seperti gadis tadi jika berwajah cantik." Jelasnya dengan singkat, hingga membuatku merinding dan terdiam di tempat.
"Me-mengapa?" Aku bertanya.
"Karena kita adalah budak, sebagian orang diluar sana menginginkan budak yang cantik untuk dijadikan mainan, jadi selama kau jelek maka kau tidak akan diperlakukan seperti tadi." Jelas Grace dengan senyum masam.
"Mainan?" Aku memiringkan kepala.
"Ah.. jadi kau termasuk gadis yang masih polos yah-" Dia menggumamkan hal aneh yang sama sekali tidak ku mengerti.
Grace menatapku kemudian mengangguk,
"Maksudku berkata akan dijadikan mainan adalah, kau tidak akan dapat hidup dengan tenang jika mereka mengambil mu, setiap harimu akan dipenuhi dengan rasa takut." Ucapnya dengan ekspresi jelek.
Yah, kurang lebih aku mengerti maksud ucapannya. Jika mereka mengambilku maka pada saat itu aku sudah berakhir.
"Mati?" Aku bertanya.
"Em.. kau tidak akan langsung mati tapi, yah~ pada akhirnya juga akan menjadi seperti itu." Ucapnya dengan begitu mudah.
"Kalau begitu..."
Grace menatapku yang kebingungan dengan rumit, aku tidak mengerti mengapa ia memasang wajah seperti itu.
Tanpa berkata sepatah katapun gadis itu langsung menarik ku ke sudut ruangan. Di sana ada sedikit air yang menggenang di atas tanah.
"Air itu berasal dari hujan yang menembus atap ruangan ini, hampir keseluruhan atap ruangan ini berlubang jadi aku selalu kesulitan di buatnya." Grace menggeleng karena tidak ingin mengingat masa lalu. "Tetapi, berkat itu kita dapat menutupi wajah kita jadi tidak semua hal selalu berdampak buruk, pasti akan ada sedikit keuntungan yang terselip." Lanjutnya.
Grace mengambil sedikit air dengan tangannya kemudian membasahi tanah yang tak jauh dari genangan itu
Tanah yang sudah basah di ambilnya, kemudian didekatkan pada wajahku.
"Tutup matamu Livia, ini tidak lama jadi bertahanlah untuk sementara waktu sampai lumpur ini mengering di wajahmu."
Setelah ia mengatakan hal tersebut, aku menutup kedua mataku kemudian Grace segera menggosok lumpur itu ke wajahku dengan perlahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
🎀
Apa yg menangkap Livia orang yg sama yg membakar rumahnya ya?
2024-05-09
0
Lamp?y
bjir lah
kasian banget si MC
2024-05-04
0
Pangeran
budak ga tuh
2024-04-17
0