Arc 1: SUFFERING; Chapter 3: Budak

Hari itu sangatlah menakutkan, aku tidak tahu harus berbuat apa saat mereka membakar rumah, jadi aku hanya bisa berlari dan terus berlari seperti seorang pengecut yang meninggalkan tanggung jawabnya.

Meski aku ingin melawan sekalipun, aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku masihlah anak-anak.

Udara dingin dan langit yang gelap, sampai kapan keadaan menyiksa ini akan terus berlanjut? Tubuhku sama sekali tidak dapat digerakkan, mulut ini pun sudah kering dan kaku. Apa aku akan berakhir di tempat seperti ini?

...****************...

Saat aku membuka mata, cahaya matahari yang begitu cerah menerpa wajahku yang dingin, aku bertanya-tanya di dalam kepalaku tentang bagaimana semua ini bisa terjadi? Semuanya terlalu mendadak, kepalaku sama sekali tidak dapat mencerna apa yang telah terjadi beberapa waktu lalu.

"Huh..?"

Sepertinya aku baru saja berhalusinasi, yang menerpa wajahku sama sekali bukanlah cahaya matahari, melainkan sebuah lentera yang digantung tepat di atas wajahku.

Mataku melirik ke sekitar, ini adalah ruangan yang sangat asing bagiku, terlebih lagi aku sama sekali tidak sendiri di dalam sini.

Ketika aku mencoba untuk bangun, aku merasa sesuatu benda yang aneh telah memperberat leher dan kedua tanganku untuk digerakkan, belum lagi benda-benda aneh itu dihubungkan oleh rantai yang cukup besar.

"Ini.."

Aku sama sekali tidak tahu apa yang telah dikenakan pada leher dan kedua tanganku.

"To-tolong jangan aku!! Tidaaakk!!"

Secara tiba-tiba aku mendengar suara teriakan seorang gadis dari ruangan lain, aku tidak tahu mengapa ia berteriak, namun hal yang membuatku terpaku selama beberapa detik adalah, kenyataan bahwa aku bersama beberapa orang anak lainnya telah dikurung di dalam sebuah penjara.

Aku tahu ruangan ini penjara sebab ayah pernah menjelaskan kepadaku bahwa semua penjahat akan di kurung di dalam penjara sebelum diadili. Saat itu ayah menggambar jeruji besi pada selembar kertas, dan itu sangatlah mirip dengan apa yang aku lihat sekarang.

Plakk!!*

Suara tamparan yang sangat keras terdengar, hal tersebut menyadarkan ku dari lamunan sementara.

"Jangan berteriak kepadaku, dasar budak!!" Kata-kata itu berasal dari seorang pria bertubuh besar yang cukup kekar.

"Kalau kau tidak mau diperlakukan dengan baik, maka akan kulakukan dengan cara sebaliknya!"

Sesaat setelah pria itu membentak, suara teriakan kesakitan seorang gadis pun terdengar disepanjang lorong tempat mereka berjalan, aku mendengar suara itu semakin dekat setiap saatnya.

Ketika mereka lewat di depan penjara yang mengurung ku, aku dapat melihat pria bertubuh besar itu dengan jelas. Di tangannya ia memegang rantai yang cukup besar, itu terlihat sama dengan apa yang terpasang di tubuhku saat ini.

Pria itu seakan sedang menarik sesuatu saat memegang rantai tersebut, karena lorong yang terlalu gelap aku tidak dapat melihatnya dengan jelas.

Namun saat pria itu sudah hampir melewati penjara ini, terlihat seorang gadis 17 tahun dengan pakaian lusuh sedang memegang sesuatu di lehernya sambil berteriak, gadis itu terseret di lantai dan terus ditarik dengan kasar oleh pria di depan sana.

Tubuhku bergetar dan nafasku terasa sesak, apa yang baru saja ku lihat? Itu sangat menyeramkan! Bagaimana bisa mereka memperlakukan seseorang dengan cara yang sangat buruk seperti itu? Apa suatu saat aku akan diperlakukan dengan cara yang sama? Apa rantai ini dipasangkan dengan tujuan seperti itu?

Di saat aku sedang hanyut dalam pemikiran buruk yang tiada habisnya, seseorang memegang pundak ku dari belakang dengan lembut, tangannya kecil dan terasa agak kasar.

Ketika aku menoleh kebelakang, aku dapat melihat seorang gadis berambut pendek yang menatapku dengan lembut.

"Jangan takut, kau akan kehilangan akal jika terus memikirkannya." Gadis itu berkata dengan suara yang lemah.

Aku tidak tahu harus berkata apa di situasi itu, dengan senyuman hangat ia mengelus kepalaku kemudian berkata. "Aku akan menemani mu, ok? Jadi, jangan takut dan atur pernapasan mu."

Suaranya begitu halus dan menenangkan. Aku tidak tahu dia siapa, tapi melalui ekspresinya aku tahu bahwa dia sudah cukup lama berada di tempat ini.

"Namaku Grace, aku sudah cukup lama berada di tempat ini, jadi jangan terlalu kaku saat berbicara dengan ku, ok?" Ia berkata dengan senyum kecil diwajahnya.

Meski aku belum mengenalnya terlalu dekat, melalui cara perkenalannya ini aku tahu bahwa ia adalah orang baik, namun tidak sepenuhnya seperti itu.

"Li-livia.."

Lidahku masih terlalu sulit untuk digerakkan, sepertinya aku akan kesulitan untuk berbicara selama beberapa waktu.

"Livia? Apa itu namamu?" Ia bertanya, dan aku hanya dapat mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.

"Nama yang indah! Sangat cocok dengan wajahmu yang begitu cantik." Ujarnya, "Tetapi, di tempat ini kecantikan adalah sebuah kutukan, sebaiknya kau menutupi wajahmu yang seperti bidadari itu dengan lumpur." Katanya sambil menatapku dengan serius.

"Ke-na-pa?" Aku memiringkan kepala karena merasa heran.

"Kau akan menjadi seperti gadis tadi jika berwajah cantik." Jelasnya dengan singkat, hingga membuatku merinding dan terdiam di tempat.

"Me-mengapa?" Aku bertanya.

"Karena kita adalah budak, sebagian orang diluar sana menginginkan budak yang cantik untuk dijadikan mainan, jadi selama kau jelek maka kau tidak akan diperlakukan seperti tadi." Jelas Grace dengan senyum masam.

"Mainan?" Aku memiringkan kepala.

"Ah.. jadi kau termasuk gadis yang masih polos yah-" Dia menggumamkan hal aneh yang sama sekali tidak ku mengerti.

Grace menatapku kemudian mengangguk,

"Maksudku berkata akan dijadikan mainan adalah, kau tidak akan dapat hidup dengan tenang jika mereka mengambil mu, setiap harimu akan dipenuhi dengan rasa takut." Ucapnya dengan ekspresi jelek.

Yah, kurang lebih aku mengerti maksud ucapannya. Jika mereka mengambilku maka pada saat itu aku sudah berakhir.

"Mati?" Aku bertanya.

"Em.. kau tidak akan langsung mati tapi, yah~ pada akhirnya juga akan menjadi seperti itu." Ucapnya dengan begitu mudah.

"Kalau begitu..."

Grace menatapku yang kebingungan dengan rumit, aku tidak mengerti mengapa ia memasang wajah seperti itu.

Tanpa berkata sepatah katapun gadis itu langsung menarik ku ke sudut ruangan. Di sana ada sedikit air yang menggenang di atas tanah.

"Air itu berasal dari hujan yang menembus atap ruangan ini, hampir keseluruhan atap ruangan ini berlubang jadi aku selalu kesulitan di buatnya." Grace menggeleng karena tidak ingin mengingat masa lalu. "Tetapi, berkat itu kita dapat menutupi wajah kita jadi tidak semua hal selalu berdampak buruk, pasti akan ada sedikit keuntungan yang terselip." Lanjutnya.

Grace mengambil sedikit air dengan tangannya kemudian membasahi tanah yang tak jauh dari genangan itu

Tanah yang sudah basah di ambilnya, kemudian didekatkan pada wajahku.

"Tutup matamu Livia, ini tidak lama jadi bertahanlah untuk sementara waktu sampai lumpur ini mengering di wajahmu."

Setelah ia mengatakan hal tersebut, aku menutup kedua mataku kemudian Grace segera menggosok lumpur itu ke wajahku dengan perlahan.

Terpopuler

Comments

xoxo_lloovvee

xoxo_lloovvee

Apa yg menangkap Livia orang yg sama yg membakar rumahnya ya?

2024-05-09

0

Lamp?y

Lamp?y

bjir lah
kasian banget si MC

2024-05-04

0

Pangeran

Pangeran

budak ga tuh

2024-04-17

0

lihat semua
Episodes
1 Arc 1: SUFFERING; Chapter 1: Buku Harian Livia
2 Arc 1: SUFFERING; Chapter 2: Rasa Takut
3 Arc 1: SUFFERING; Chapter 3: Budak
4 Arc 1: SUFFERING; Chapter 4: Berharap
5 Arc 1: SUFFERING; Chapter 5: Bala Bantuan
6 Arc 1: SUFFERING; Chapter 6: Bakat
7 Arc 1: SUFFERING; Chapter 7: Serikat
8 Arc 1: SUFFERING; Chapter 8: Sihir
9 Arc 1: SUFFERING; Chapter 9: Misi pertama
10 Arc 1: SUFFERING; Chapter 10: Rekan
11 Arc 1: SUFFERING; Chapter 11: Sihir Spasial
12 Arc 1: SUFFERING; Chapter 12: Elemen Kegelapan
13 Arc 1: SUFFERING; Chapter 13: Kristal Hitam
14 Arc 1: SUFFERING; Chapter 14: Lagi dan lagi
15 Arc 1: SUFFERING; Chapter 15: Teman Baik
16 Arc 1: SUFFERING; Chapter 16: Kota Ollin
17 Arc 1: SUFFERING; Chapter 17: Pembunuh
18 Arc 1: SUFFERING; Chapter 18: Anne Avantie
19 Arc 1: SUFFERING; Chapter 19: Sepotong Jejak
20 Arc 1: SUFFERING; Chapter 20: Orge
21 Arc 1: SUFFERING; Chapter 21: Orge Leader
22 Arc 1: SUFFERING; Chapter 22: Pertikaian Bangsawan
23 Arc 1: SUFFERING; Chapter 23: Pakaian baru
24 Arc 1: SUFFERING; Chapter 24: Ethelyne
25 Arc 1: SUFFERING; Chapter 25: Latihan
26 Arc 1: SUFFERING; Chapter 26: Pertempuran singkat
27 Arc 1: SUFFERING; Chapter 27: Pembunuh di siang hari
28 Arc 1: SUFFERING; Chapter 28: Dean
29 Arc1: SUFFERING; Chapter 29: Kasmaran
30 Arc 1: SUFFERING; Chapter 30: Sepotong Jejak Lainnya
31 Arc 1: SUFFERING; Chapter 31: Pedagang Angkuh
32 Arc 1: SUFFERING; Chapter 32: Bandit
33 Arc 1: SUFFERING; Chapter 33: Kota Ureia
34 Arc 1: SUFFERING; Chapter 34: Penginapan Malam Kelam
35 Arc 1: SUFFERING; Chapter 35: Beruntung!
36 Arc 1: SUFFERING; Chapter 36: Serikat Dagang
37 Arc 1: SUFFERING; Chapter 37: Reruntuhan
38 Arc 1: SUFFERING; Chapter 38: Sergapan
39 Arc 1: SUFFERING; Chapter 39: Sangat Gigih
40 Arc 1: SUFFERING; Chapter 40: Kembali
41 Arc 1: SUFFERING; Chapter 41: Blink
Episodes

Updated 41 Episodes

1
Arc 1: SUFFERING; Chapter 1: Buku Harian Livia
2
Arc 1: SUFFERING; Chapter 2: Rasa Takut
3
Arc 1: SUFFERING; Chapter 3: Budak
4
Arc 1: SUFFERING; Chapter 4: Berharap
5
Arc 1: SUFFERING; Chapter 5: Bala Bantuan
6
Arc 1: SUFFERING; Chapter 6: Bakat
7
Arc 1: SUFFERING; Chapter 7: Serikat
8
Arc 1: SUFFERING; Chapter 8: Sihir
9
Arc 1: SUFFERING; Chapter 9: Misi pertama
10
Arc 1: SUFFERING; Chapter 10: Rekan
11
Arc 1: SUFFERING; Chapter 11: Sihir Spasial
12
Arc 1: SUFFERING; Chapter 12: Elemen Kegelapan
13
Arc 1: SUFFERING; Chapter 13: Kristal Hitam
14
Arc 1: SUFFERING; Chapter 14: Lagi dan lagi
15
Arc 1: SUFFERING; Chapter 15: Teman Baik
16
Arc 1: SUFFERING; Chapter 16: Kota Ollin
17
Arc 1: SUFFERING; Chapter 17: Pembunuh
18
Arc 1: SUFFERING; Chapter 18: Anne Avantie
19
Arc 1: SUFFERING; Chapter 19: Sepotong Jejak
20
Arc 1: SUFFERING; Chapter 20: Orge
21
Arc 1: SUFFERING; Chapter 21: Orge Leader
22
Arc 1: SUFFERING; Chapter 22: Pertikaian Bangsawan
23
Arc 1: SUFFERING; Chapter 23: Pakaian baru
24
Arc 1: SUFFERING; Chapter 24: Ethelyne
25
Arc 1: SUFFERING; Chapter 25: Latihan
26
Arc 1: SUFFERING; Chapter 26: Pertempuran singkat
27
Arc 1: SUFFERING; Chapter 27: Pembunuh di siang hari
28
Arc 1: SUFFERING; Chapter 28: Dean
29
Arc1: SUFFERING; Chapter 29: Kasmaran
30
Arc 1: SUFFERING; Chapter 30: Sepotong Jejak Lainnya
31
Arc 1: SUFFERING; Chapter 31: Pedagang Angkuh
32
Arc 1: SUFFERING; Chapter 32: Bandit
33
Arc 1: SUFFERING; Chapter 33: Kota Ureia
34
Arc 1: SUFFERING; Chapter 34: Penginapan Malam Kelam
35
Arc 1: SUFFERING; Chapter 35: Beruntung!
36
Arc 1: SUFFERING; Chapter 36: Serikat Dagang
37
Arc 1: SUFFERING; Chapter 37: Reruntuhan
38
Arc 1: SUFFERING; Chapter 38: Sergapan
39
Arc 1: SUFFERING; Chapter 39: Sangat Gigih
40
Arc 1: SUFFERING; Chapter 40: Kembali
41
Arc 1: SUFFERING; Chapter 41: Blink

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!