Muallafku kupertanyakan

Aku membuka pintu kamar sembari bersiap untuk mendengar apa yang akan menyakitkan selanjutnya.

Ternyata Aan masak dengan wajah sumringah tanpa merasa bersalah.

Begitu bahagia dengan acara yang sudah terlaksana.

"Wah...bidadariku tertidur lelap ya...kecapean ya sayang?...",

tanyanya pada putriku sembari mengecup keningnya.

Aku hanya diam.

" Bund...gak sangka rizky adek luar biasa, semua keluarga bisa berkumpul", sahutnya antusias.

" Bahkan keluarga mama dari kampung pada datang semua", tuturnya lagi.

"Tidak semua berkumpul, jangan melebih - lebihkan", jawabku ketus.

" Loh...semua bun...datang, saudara ayah semua datang, saudara mama semua datang, makanya siap ini kita keluar ya, kita sapa satu per satu", jawabnya.

" Sadar gak sih yang kekah itu anak siapa?", tanyaku mulai tersulut amarah.

"Putriku lah, darah dagingku. lucu bundamu dek...",

selorohnya sambil mengadu ke putriku.

" Dan itu hanya anakmu?",tanyaku lagi

"Hanya anakmu , anak ayah dan ibumu?, bukan anakku?",

tanyaku dengan emosi yang sudah memburu melihat sikapnya yang sudah keterlaluan.

" Anak kita berdua bun...! kenapa sih bun?", tanyanya tanpa menyadari apapun sama sekali.

" Jika anak kita, harusnya keluargaku juga berhak untuk tau dan diundang!!",

teriakku dengan suara pelan tertahan.

" Trus itu yang kau bilang dengan kumpul semua hah?, aku terlahir kedunia ini begitu saja tanpa ayah ibu dan saudara hah?! kamu sepele karena aku anak yatim piatu hah?",

aku sudah menemukan amarahku yang tertahan.

Aan terperanjat melihat kemarahanku.

" Sejak dari acara nikah sampai acara kekahan, aku melihat tak ada niat baik dari keluargamu memperlakukan keluargaku, mentang - mentang aku sudah hamil duluan sehingga tak layak dihargai gitu?",

pekikku lagi berbisik.

"Apa salahku sampai begitu teganya kamu membuatku seperti ini?!",

akhirnya tangisku pecah juga.

"Kuikuti semua sesuai keinginan keluargamu, bahkan Tuhanmu pun kujadikan Tuhanku, tapi tidak cukup juga hah? aku harus diam tidak bisa bicara untuk berpendapat, semakin terpenjara lagi karena aku dikasi makan sama mertua bukan sama suami!!", cecarku lagi.

" Kenapa sih bun? ada apa ini?", tanyanya lagi.

" Belum mengerti juga maksudku?", tanyaku padanya.

Aan hanya menggeleng.

" Bagaimana bisa kamu merasa semua keluarga sudah lengkap berkumpul di acara anakku, sementara engkau tidak mengundang keluarga dari pihakku? sebegitu tololkah ? atau memang sengaja dan tidak perduli?", jelasku padanya.

" Aku akan mencoba menanyakan pada mama",

jawabnya sambil berdiri hendak pergi.

Aku menahannya.

" Untuk kali ini, aku memohon dewasa sedikit, bijak dan pakai hati dan logikamu",

pintaku padanya.

" Kamu sudah menikah bahkan sudah punya anak, jadi tolong punya pendirian dan tanggungjawab sedikit, jangan semua kau limpahkan ke mama dan ayahmu! atau jangan - jangan kau menyetubuhi aku meminta ijin atau kau beritahu ke ayah dan mamamu ya?",sentilku

" Bunda....diam! ngawur kau!",

teriaknya segera keluar dari kamar.

Aku hanya bisa meratapi diri sendiri melihat kelakuannya.

Aku hanya bisa menangis sendirian didalam kamar.

Aku kembali menyesali kebodohanku dan berandai - andai jika tidak bertemu dengannya, mungkin saat ini aku masih bergaul dengan teman - temanku.

Masih melakukan kegiatan keorganisasian dan tentunya kemungkinan aku sudah bekerja sesuai dengan harapanku sebelumnya.

Aku teringat kembali dengan pacar yang kutinggalkan begitu saja,

apakah ini karma atas perlakuanku padanya?

Aku berusaha untuk intropeksi diri dengan semua yang kulalui saat ini,

tetapi harus sesakit inikah Tuhan?

Aku sungguh sendiri tak punya tempat untuk berbagi cerita , semua kehidupanku dirampas begitu saja oleh kesalahan semalam saja..

Aku disiksa tiada henti oleh orang yang menyatakan cinta dan tanggungjawabnya kepadaku.

Sungguh mengerikan!

Bayangan masa dulu membuatku semakin menyesali segala yang terjadi saat ini.

Aku mulai menyadari betapa jauhnya diriku saat ini dari Tuhan.

Aku berpikir sudah sekian lama aku tidak pernah menumpahkan airmataku dengan segala keluh kesahku kepada Sang Pencipta.

Aku terlalu memberi kepercayaan dan menyerahkan diriku kepada manusia sehingga aku tersakiti terus - menerus.

Entah mengapa malam itu aku berniat memohon ampun,tanpa kusadari bahwa aku sudah menjadi seorang yang berbeda dari sebelumnya.

Aku sadar bahwa caraku untuk berbicara dengan Tuhan tidak bisa menggunakan cara lamaku lagu karena kini aku sudah muallaf, aku sudah seorang muslim.

Maka aku berniat untuk berdoa berdasarkan aturan keislaman, tetapi aku kembali merasa sakit manakala aku tidak tau bagaimana caranya.

Aku tidak tau bagaimana berwudhu, apalagi sampai mengucapkan surat - surat Alquran.

Aku tidak tau bagaimana mengerjakan sholat, kembali aku dirundung dilema yang semakin mendalam.

Haruskah aku berdoa dengan cara yang kutau sebelumnya?

sementara aku menyadari bahwa aku bukanlah yang dulu.

Betapa sakit rasanya bahkan untuk mengadu ke Tuhan pun aku harus mengalami kesulitan.

Betapa luar biasanya hidupku menjalani sesuatu yang bahkan aku tidak memahaminya.

"Tuhan lihatlah aku, dengan segala kebodohanku.

Tuhan dengarlah hatiku..., betapa sombongnya aku bahkan untuk menemuimu pun aku tidak tau lagi bagaimana caranya.

Inikah caramu untuk menegurku? jika memang iya maka tunjukkan jalan bagiku!", batinku.

Aku selama ini hanya sekedar mengikuti tanpa memahami. hanya sekedar menghargai tanpa mengimani.

Sungguh aku telah berdosa.

Namun terbersit tanya dalam hatiku,

Apakah seperti itu yang diajarkan di islam? mematuhi orangtua dengan menjadi tidak bertanggungjawab terhadap anak istrinya?

Menomorsatukan ibu dan membiarkan istri?

a

Atau ini hukuman kepadaku karena telah menghianati Tuhanku yang sebelumnya?

Seperti inikah ajaran itu memperlakukanku?

begitu banyaknya pertanyaan, perdebatan dan umpatan kemarahan di dalam hatiku,

yang pada akhirnya membuatku lelah, dan tertidur.

keesokan paginya aku bangun,

dan seperti biasa aku mengerjakan pekerjaan rumah.

Masih ada beberapa anggota keluarga yang masih berkumpul.

Aku tetap memilih untuk menyibukkan diri dengan urusan dapur.

Namun, tidak bisa kupungkiri bahwa tangisanku semalam meninggalkan bekas yang tidak bisa ditutupi diwajahku.

Dan mungkin beberapa orang yang berada dalam rumah memperhatikannya, sementara suamiku terlihat sibuk dengan mama mertuaku.

Sampai tiba sarapan bersama,

" Kak...wajahmu kok sembab, mata bengkak? ada apa? kamu menangis ya?",

tanya salah satu saudara dari mama mertuaku.

Aku hanya menundukkan wajah sambil menggelengkan kepala.

" Kamu ribut ya sama suamimu?", tanyanya lagi.

"Tidak tan", jawabku singkat sambil berusaha mencari kegiatan yang bisa mengalihkan pembicaraan.

Namun tetap saja jika mamak - mamak sudah bersuara jiwa ghibahnya akan segera berontak tetap penasaran dan mencari tau.

" An, binimu kenapa?", tanyanya lagi pada suamiku.

" Gak ada apa - apa tante",

jawab suamiku sembari melirik ke arahku.

" Ya sudahlah, biasanya pasangan muda ada percekcokan, sarapan saja kita", sahut mama mertuaku.

Usai sarapan saudara mama mertuaku akan segera pulang kekampung, dan semua keluarga pergi mengantarkan ke stasiun.

Hanya aku dan putri kecilku yang dirumah.

Setelah mereka berangkat, aku membawa putriku ke belakang rumah untuk mencari angin segar.

Aku bertemu dengan nenek.

"Wajahmu ndok...terlihat sekali...tapi mau gimana lagi? ayah mertuamu itu anakku, jadi aku tau bagaimana dia, tapi mama mertuamu ya ...ora ngerti aku..walaupun ia mantuku tapi terasa asing...dari dulu ya begitu...sibuk dengan pikirannya sendiri sama kemauannya sendiri",

ucap nenek panjang lebar.

Putri kecilku sudah berada dipangkuan nenek,

" Oalah putuku...kasian nengok bundamu...yang baik yo...jangan nyusahin bundamu lagi,",

celetuk nenek pada putriku.

" Nek...kok bisa ya tidak mengundang keluargaku?",

Tanyaku pada nenek dan tidak terasa airmataku menetes lagi

" Itulah yang juga kami herankan sama om mu",

jawab nenek padaku.

"Tapi kamu lihat sendiri kan, apa pernah nenek didengari kalo ngomong?gak pernah toh...", sahut nenek lagi.

"Apa sebaiknya aku pergi saja ya nek? toh aku disini pun sendiri saja, punya suami tapi kayak gak bersuami nek...aku malu nek...aku juga tertekan dengan adik iparku, mereka gak terima, cemburu kayaknya kalau ayah ikut menafkahiku", gumamku.

Nenek hanya menatapku, dan menasehati agar apapun yang akan kulakukan sebaiknya mengadu dulu sama Allah.

" Bagaimana bisa nek, sholat aja aku gak tau, apaku berdoa dengan caraku yang dulu ya nek..."

sahutku asal pada nenek.

Nenek menjelaskan banyak hal atas pertanyaanku.

Beliau mengatakan ujian seorang mualaf itu memang selalu lebih banyak, seorang muallaf itu akan melalui banyak cobaan dan godaan, karena seorang muallaf harus diyakinkan dengan proses hidup yang dilaluinya.

Nenek menyuruhku untuk belajar sholat dengan banyak cara, berlatih langsung maupun membaca buku.

Nenek juga berjanji akan mengajariku langsung, namun setelah mama mertuaku pulang ke luar kota.

Episodes
1 Kenikmatan Sesaat
2 Diluar nalar
3 Nikmat yang terlarang
4 Tak terbendung
5 Tersadar akan nikmat
6 Merajut asa
7 Godaan
8 Harus menikah
9 pertentangan
10 Ijin Paksa
11 Ijin yang tak bertepi
12 Muallaf
13 Menikah pasrah
14 Perangkap cinta
15 Mengurai Takdir
16 Mengurai takdir selanjutnya
17 Bahagia yang menyakitkan
18 Muallafku kupertanyakan
19 Muallaf karena suami
20 Menguji diri
21 Mencoba yang terbaik
22 Sandiwara tak terduga
23 Jebakan
24 Harapan
25 Awal yang baik, menyakitkan.
26 Perlawanan
27 Mencoba lebih baik
28 Kehangatan ditengah kesakitan
29 Perlakuan berbeda
30 Bersama yang terpaksa
31 Salah yang benar
32 Terpaksa karena harus
33 Uji coba yang tragis
34 Salah tempat
35 Merangkak
36 Refleksi diri
37 Suasana berbeda
38 Membuka mata
39 Terpuruk, Harus berdiri
40 Sandiwara terkadang dibutuhkan
41 Pelarian
42 Sebab Akibat
43 Kendali diri
44 Kerapuhan
45 Niat yang salah
46 Buah Simalakama
47 Kebutuhankah atau keinginan
48 Kenyataan pahit
49 Proses berliku
50 Usaha yang kemelut
51 Jalan terbaik
52 Berusaha Saling Melupakan
53 Sakit Tetapi Harus
54 Melawan Rasa
55 Pindah Kembali
56 Fokus pada karir
57 Terlahir kembali
58 Titik Baru Harapan
59 Kerikil Kehidupan
60 Bantuan dadakan
61 Demi Uang
62 Tidak Seperti Yang Terlihat
63 Tidak tertakar dan Tertukar
64 Dilema batin
65 Agama Turunan
66 Diam tidak didengar, maka bicaralah
67 Kerja keras tidak selalu tentang Uang
68 Penulis Skenario Terbaik
69 Jodoh main - main
70 Ujian Kesetiaan
71 Badai yang menguatkan
72 Menilai rasa
73 Perasaan Atau Kenyamanan?
74 Modus atau Tulus
75 Perjodohan
76 Misteri mertua
77 Misteri Mulai Terungkap
78 Pernikahan tersembunyj
79 Topeng Dan Luka
80 Harapan Tetap Ada
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Kenikmatan Sesaat
2
Diluar nalar
3
Nikmat yang terlarang
4
Tak terbendung
5
Tersadar akan nikmat
6
Merajut asa
7
Godaan
8
Harus menikah
9
pertentangan
10
Ijin Paksa
11
Ijin yang tak bertepi
12
Muallaf
13
Menikah pasrah
14
Perangkap cinta
15
Mengurai Takdir
16
Mengurai takdir selanjutnya
17
Bahagia yang menyakitkan
18
Muallafku kupertanyakan
19
Muallaf karena suami
20
Menguji diri
21
Mencoba yang terbaik
22
Sandiwara tak terduga
23
Jebakan
24
Harapan
25
Awal yang baik, menyakitkan.
26
Perlawanan
27
Mencoba lebih baik
28
Kehangatan ditengah kesakitan
29
Perlakuan berbeda
30
Bersama yang terpaksa
31
Salah yang benar
32
Terpaksa karena harus
33
Uji coba yang tragis
34
Salah tempat
35
Merangkak
36
Refleksi diri
37
Suasana berbeda
38
Membuka mata
39
Terpuruk, Harus berdiri
40
Sandiwara terkadang dibutuhkan
41
Pelarian
42
Sebab Akibat
43
Kendali diri
44
Kerapuhan
45
Niat yang salah
46
Buah Simalakama
47
Kebutuhankah atau keinginan
48
Kenyataan pahit
49
Proses berliku
50
Usaha yang kemelut
51
Jalan terbaik
52
Berusaha Saling Melupakan
53
Sakit Tetapi Harus
54
Melawan Rasa
55
Pindah Kembali
56
Fokus pada karir
57
Terlahir kembali
58
Titik Baru Harapan
59
Kerikil Kehidupan
60
Bantuan dadakan
61
Demi Uang
62
Tidak Seperti Yang Terlihat
63
Tidak tertakar dan Tertukar
64
Dilema batin
65
Agama Turunan
66
Diam tidak didengar, maka bicaralah
67
Kerja keras tidak selalu tentang Uang
68
Penulis Skenario Terbaik
69
Jodoh main - main
70
Ujian Kesetiaan
71
Badai yang menguatkan
72
Menilai rasa
73
Perasaan Atau Kenyamanan?
74
Modus atau Tulus
75
Perjodohan
76
Misteri mertua
77
Misteri Mulai Terungkap
78
Pernikahan tersembunyj
79
Topeng Dan Luka
80
Harapan Tetap Ada

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!