Diluar nalar

Setelah pertemuan itu, aku gelisah sendiri, nyaris sampai menjelang pagi tidak sedikitpun mataku terpejam. Aku penasaran dengan sosok aan, aku merasa sepertinya dia bukan tipe seperti itu, yang dingin dan cuek.

Entah mengapa aku menyakini bahwa dia adalah sosok yang periang dan ramah, itu terlihat dari mimik dan gerakannya, tapi entahlah yang pasti pikiranku dipenuhi olehnya.

" Ya tuhan...mili...kamu gak tidur?",

Kina tiba tiba membuat pikiranku yang terbang menjadi lepas landas seketika.

" gak bisa loh kin...", jawabku santai.

Kina akhirnya duduk dari tidurnya.

"ada apa?, kamu punya masalah?",

Tanya Kina lagi dengan wajah ngantuknya, aku kemudian mengikutinya untuk mengatur posisi duduk.

" Aku penasaran dengan Aan Kin, entah mengapa dari tadi dia selalu ada di kepalaku",

jawabku dengan harapan Kina mau bercerita tentang Aan padaku, karena tentunya Kina pasti tau karena mereka adalah teman.

" Menurutku gak ada yang menarik dengannya",

jawab Kina sekenanya saja sambil menahan ngantuk.

" Masa sih? tapi kok menurutku beda ya...", jawabku lagi penasaran.

" Aduh...Mili... temanku yang datang tadi banyak loh, masa kamu tertarik sama Aan? gak ah...aku gak setuju...",

Kina menggerutu sembari kembali berbaring lagi, namun aku tetap menahan Kina agar tidak tidur. aku selalu ingin tau tentang Aan lagi dan lagi.

Kina antara setengah sadar menjawab setiap pertanyaanku, dan akhirnya Kina menyerah dan akan menyuruh mereka datang lagi siang ini.

Tepat pukul 10.00 WIB, rombongan Aan dan Ari datang. rencananya minggu siang ini akan barbequean di sungai dekat rumah Kina. Aku pun tentunya sangat bersemangat untuk ikut.

Seperti biasa aku menggunakan kaos dan celana pendek, sendal jepit dengan rambut dikuncir satu dibelakang. Kami segera bergerak ke sungai yang akan dituju setelah menyiapkan semuanya.

Para pria semua sibuk dengan membawa berbagai peralatan yang dibutuhkan nantinya, sementara yang cewek - cewek membawa peralatan pribadi masing - masing seperti make up, alat mandi.

Aku berjalan dengan Ari. Ari sosok yang sangat menyenangkan, dan dewasa. Selain terlihat Ari juga yang paling akrab dengan Aan.

Aku segera berlari meninggalkan rombongan mendekati sungai dan ternyata suasananya ramai. Banyak juga pengunjungnya.

Semua sibuk menyiapkan tempat dan perapian, aku sesekali mencuri pandang terhadap sosok Aan, ia sibuk membuat perapian, setelah perapian siap ia menyuruh yang lain untuk menyiapkan panggangan dan mulai terlihat sibuk mengipas.

Aku hanya sebagai penonton yang baik, karena sebenarnya diantara rombongan ini aku hanya mengenal Kina, selebihnya aku baru mengenal mereka semua.

"Mili...sini gabung....", ajak Ari.

aku segera bergabung dengan mereka, Aan menyodorkan ayam yang sudah matang padaku tanpa mengucapkan sepatah katapun. aku segera menyantapnya, dan mengatakan enak sambil melihatnya dan berusaha bersikap lebih ramah dari biasanya, ia membalas sambil tersenyum dan itu membuatku semakin penasaran.

Setelah makan bersama, maka semua bisa bebas, ada yang mandi, ada yang main gitar , bahkan ada yang main kartu dengan hukuman yang kalah jongkok.

Aku melihat Kina , Ari dan Aan bermain kartu, maka aku bergabung dengan mereka. Aku duduk disamping Aan yang artinya kemungkinan saling menutup jalan atau memotong bisa kami lakukan, dan benar saja ketika aku membuang kartu, Aan spontan mengumpat kasar yang membuat aku sedikit syok mendengarnya,aku tidak menyangka saja ternyata sosoknya tidak setenang yang terlihat.

" Wah...sepertinya permainan ini akan membangunkan macan yang tidur",

gurauku sambil melirik padanya, dan ia langsung paham.

" Bahkan akan segera menerkam mangsanya",

balasnya lagi sambil agak lebih mendekatkan diri padaku hampir berbisik, aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.

Pada akhirnya ia kalah dan harus berjongkok selama permainan berlangsung, bisa duduk kalau menang. melihat ia berjongkok aku merasa sangat senang. aku bahkan berani mengejek dan menertawakannya. namun ia hanya memandangiku saja sembari senyum - senyum.

"Aku menang!",

teriakku lagi, yang artinya Aan akan tetap jongkok lagi. semua tertawa melihatnya yang sudah mulai gak nyaman, dan itu membuatku semakin senang melihatnya.

" Sepertinya kamu sungguh senang melihat orang menderita",

kata Aan padaku pelan, yang kubalas dengan anggukan sembari tersenyum mengejek.

Namun tiba - tiba ada tangan terasa menyentuh kepalaku dan mengacak - acak rambutku. Aan melakukannya dan hal itu membuatku seperti tersengat listrik.

Aku sungguh menyukai sentuhan itu sampai membuat jantungku berdetak tak karuan. namun aku berusaha tetap tenang agar tidak kelihatan salah tingkahnya.

" Kina, Mili udah punya pacar?,

tanya Roy salah satu pria yang ada dirombongan.

"Sudah, malah udah bertahun - tahun pun...",

Jawab Kina yang membuat aku panik entah mengapa. Baru kali ini aku ingin statusku yang sudah punya pacar disembunyikan.

" Oh iyanya...lagian seandainya pun belum punya, gak mungkin juga mau sama awak ya kan, anak kampus bos...!mana level...ya kan mil...?",

cecar Roy padaku yang membuat aku jadi salah tingkah. aku melirik Aan, dia terlihat santai saja.

Sore menjelang, tiba -tiba Aan ijin pulang duluan, alasan ada acara lain. Aan pulang bersama Roy.

" Mili...luan ya...",

Aan sambil melirik dan mengedipkan matanya padaku, aku berusaha santai membalasnya dengan anggukan. Tidak lama berselang kami pun pulang juga.

Rencanaku akan kembali langsung ke kostku sore itu juga, namun Kina menahan agar pulang keesokan harinya saja. Aku pun menurut saja mengingat kami sudah lama tidak bertemu.

Malam menjelang, setelah kami cerita akhirnya Kina merasa sudah ngantuk dan hendak tidur.

Aku meminta Kina agar memberiku nomor hp Aan. Kina merasa keberatan tetapi karena aku memaksa akhirnya diberikan juga.

Kina beranjak tidur, sementara aku berusaha menahan diri untuk tidak menghubunginya duluan. Namun semakin malam larut keinginanku untuk menghubunginya semakin tidak karuan, akhirnya aku telpon.

dreerrrt....dreeeet.....

"Halo..",

Aku langsung mengenali suara Aan, aku merasa kikuk sendiri.

" Halo...",

Aan kembali bersuara.

" Ini siapa ya ?",

tanya Aan membuat aku makin bingung harus ngomong apa.

" Halo, aku Mili",

jawabku sangat pelan takut terdengar oleh Kina. dan entah mengapa juga aku takut ketahuan sama Kina.

" Oh, Mili kebetulan aku ada di depan gang rumah Kina, aku kesana ya...kamu belum ngantuk kan?", tanya Aan.

"Oh iya...datang aja, aku belum ngantuk kok",

jawabku.

" ya udah kamu keluar ya, tunggu diteras ",

ucap Aan yang langsung saja kusetujui.

Aku menunggu diteras rumah hanya beberapa detik saja, Aan sampai.

Entah mengapa kami jadi kikuk. Awalnya agak merasa sungkan, yang pada akhirnya entah bagaimana ceritanya kami sudah duduk berdekatan bahkan sampai dempet.

Aan tetiba saja menciumku dan itu terjadi begitu saja bahkan berulang - ulang Aan melakukannya tanpa penolakan dariku.

Aan menarik tanganku dan membawaku menjauh dari rumah Kina. aku pun tidak menyadari kalau kami sudah sampai di hotel kelas melati dan Aan terlihat memesan kamar dan segera membawaku masuk.

Terpopuler

Comments

Yue Sid

Yue Sid

Kyaah, ga sabar buat lanjut!

2024-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 Kenikmatan Sesaat
2 Diluar nalar
3 Nikmat yang terlarang
4 Tak terbendung
5 Tersadar akan nikmat
6 Merajut asa
7 Godaan
8 Harus menikah
9 pertentangan
10 Ijin Paksa
11 Ijin yang tak bertepi
12 Muallaf
13 Menikah pasrah
14 Perangkap cinta
15 Mengurai Takdir
16 Mengurai takdir selanjutnya
17 Bahagia yang menyakitkan
18 Muallafku kupertanyakan
19 Muallaf karena suami
20 Menguji diri
21 Mencoba yang terbaik
22 Sandiwara tak terduga
23 Jebakan
24 Harapan
25 Awal yang baik, menyakitkan.
26 Perlawanan
27 Mencoba lebih baik
28 Kehangatan ditengah kesakitan
29 Perlakuan berbeda
30 Bersama yang terpaksa
31 Salah yang benar
32 Terpaksa karena harus
33 Uji coba yang tragis
34 Salah tempat
35 Merangkak
36 Refleksi diri
37 Suasana berbeda
38 Membuka mata
39 Terpuruk, Harus berdiri
40 Sandiwara terkadang dibutuhkan
41 Pelarian
42 Sebab Akibat
43 Kendali diri
44 Kerapuhan
45 Niat yang salah
46 Buah Simalakama
47 Kebutuhankah atau keinginan
48 Kenyataan pahit
49 Proses berliku
50 Usaha yang kemelut
51 Jalan terbaik
52 Berusaha Saling Melupakan
53 Sakit Tetapi Harus
54 Melawan Rasa
55 Pindah Kembali
56 Fokus pada karir
57 Terlahir kembali
58 Titik Baru Harapan
59 Kerikil Kehidupan
60 Bantuan dadakan
61 Demi Uang
62 Tidak Seperti Yang Terlihat
63 Tidak tertakar dan Tertukar
64 Dilema batin
65 Agama Turunan
66 Diam tidak didengar, maka bicaralah
67 Kerja keras tidak selalu tentang Uang
68 Penulis Skenario Terbaik
69 Jodoh main - main
70 Ujian Kesetiaan
71 Badai yang menguatkan
72 Menilai rasa
73 Perasaan Atau Kenyamanan?
74 Modus atau Tulus
75 Perjodohan
76 Misteri mertua
77 Misteri Mulai Terungkap
78 Pernikahan tersembunyj
79 Topeng Dan Luka
80 Harapan Tetap Ada
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Kenikmatan Sesaat
2
Diluar nalar
3
Nikmat yang terlarang
4
Tak terbendung
5
Tersadar akan nikmat
6
Merajut asa
7
Godaan
8
Harus menikah
9
pertentangan
10
Ijin Paksa
11
Ijin yang tak bertepi
12
Muallaf
13
Menikah pasrah
14
Perangkap cinta
15
Mengurai Takdir
16
Mengurai takdir selanjutnya
17
Bahagia yang menyakitkan
18
Muallafku kupertanyakan
19
Muallaf karena suami
20
Menguji diri
21
Mencoba yang terbaik
22
Sandiwara tak terduga
23
Jebakan
24
Harapan
25
Awal yang baik, menyakitkan.
26
Perlawanan
27
Mencoba lebih baik
28
Kehangatan ditengah kesakitan
29
Perlakuan berbeda
30
Bersama yang terpaksa
31
Salah yang benar
32
Terpaksa karena harus
33
Uji coba yang tragis
34
Salah tempat
35
Merangkak
36
Refleksi diri
37
Suasana berbeda
38
Membuka mata
39
Terpuruk, Harus berdiri
40
Sandiwara terkadang dibutuhkan
41
Pelarian
42
Sebab Akibat
43
Kendali diri
44
Kerapuhan
45
Niat yang salah
46
Buah Simalakama
47
Kebutuhankah atau keinginan
48
Kenyataan pahit
49
Proses berliku
50
Usaha yang kemelut
51
Jalan terbaik
52
Berusaha Saling Melupakan
53
Sakit Tetapi Harus
54
Melawan Rasa
55
Pindah Kembali
56
Fokus pada karir
57
Terlahir kembali
58
Titik Baru Harapan
59
Kerikil Kehidupan
60
Bantuan dadakan
61
Demi Uang
62
Tidak Seperti Yang Terlihat
63
Tidak tertakar dan Tertukar
64
Dilema batin
65
Agama Turunan
66
Diam tidak didengar, maka bicaralah
67
Kerja keras tidak selalu tentang Uang
68
Penulis Skenario Terbaik
69
Jodoh main - main
70
Ujian Kesetiaan
71
Badai yang menguatkan
72
Menilai rasa
73
Perasaan Atau Kenyamanan?
74
Modus atau Tulus
75
Perjodohan
76
Misteri mertua
77
Misteri Mulai Terungkap
78
Pernikahan tersembunyj
79
Topeng Dan Luka
80
Harapan Tetap Ada

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!