lia dan erik terlihat sangat kecewa padaku karena memutuskan untuk menikah.
mereka membayangkan betapa rumit nantinya kehidupan yang harus kulewati.
" kamu sadar gak sih mil..." tanya lia padaku.
aku hanya mengangguk bertanda mengiyakan pertanyaan Lia, aku tidak punya pilihan lain selain menikah karena jika pun harus aborsi seperti yang disarankan, hal itu akan sangat membutuhkan dana yang besar. dan aku tak punya uang.
" sia-sia sudah perjuangan selama ini, terbayang gak sih betapa hancurnya perasaan saudara-saudaramu di kampung? Bagaimana kamu menjelaskan kepada mereka, di tengah perjuangan mereka dalam memenuhi segala biaya kuliahmu, pernahkah kau memikirkan mereka?" cecar lia padaku sambil menatap sinis kepada Aan yang berada di sampingku.
aku hanya diam tak bergeming.
"banyak mimpi yang kau kubur atas keputusanmu saat ini banyak harapan-harapan orang-orang yang menyayangimu yang telah engkau hancurkan dan pengorbanan saudara yang engkau sia-siakan, hanya karena nafsu. tapi terserah kamulah mungkin semua sudah kamu pikirkan baik-baik", Lia begitu sangat kecewa.
" Ya Sudahlah.... lakukan saja seperti yang engkau mau, kami hanya berusaha mengingatkan sebagai teman, namun pada akhirnya kamulah yang akan menjalani hidupmu",
"An, Kamu tahu nggak Mili anak yatim piatu? Terus kamu pernah nggak mencari tahu bagaimana dia bisa bertahan, berjuang untuk tetap bisa kuliah?, aku rasa kamu tidak pernah tahu dan tidak mencari tahu... dalam kekalutan hidup yang dialaminya, dia ingin mencari ketenangan, namun sayang sekali dia bertemu dengan manusia sepertimu", cecar erik.
Aan hanya diam mendengarkan.
" kamu bisa bayangkan ketika kamu kehilangan orang tua ayah ibu, hanya berharap pada saudara namun saudara pun tidak memahami keadaanmu, bahkan ketika engkau memiliki seorang kekasih yang menjadi tumpuan harapanmu dalam berbagi luka, tak dapat kau lakukan karena tidak adanya restu dari keluarga dan harus dipisahkan oleh jarak dan waktu, sebagai pembuktian atas cinta yang sudah dibangun rela berpisah dengan harapan akan bersama setelah bisa mewujudkan mimpi, belum dengan keadaan ekonomi yang tidak mumpuni, Apa kau tahu rasanya?", Lia semakin menjadi-jadi dengan amarahnya.
" dalam keadaan seperti itu seorang perempuan akan mudah hancur dan terbukti itu, kau dengan segala ketidaktahuanmu memanfaatkan kelemahan yang dimilikinya saat itu, Aku sebenarnya tidak mempermasalahkan seandainya ini terjadi karena atas dasar kalian memang suka sama suka, tetapi ini terjadi di luar nalar,...",
lia berhenti melanjutkan ucapannya, seraya mengambil tasnya yang tergeletak dilantai kamar kostku, mengajak erik untuk pergi.
" ya sudah lakukan saja yang menurutmu terbaik untukmu!", ucap lia padaku dan pergi.
ada rasa nyeri dihati, namun aku tidak dapat untuk memahami....
Aan menggenggam tanganku seakan berusaha menguatkan diriku.
*******
pada akhirnya aku ikut untuk tinggal bersama Aan ditengah keluarganya, mama Aan khawatir jika tidak tinggal dengan keluarga maka aku bisa berubah pikiran dan melakukan aborsi.
aku disambut dengan baik oleh keluarga Aan, dan melihat sosok ayah Aan yang berwibawa dan kalem, membuat aku mendapatkan sosok pengganti ayahku yang telah tiada. perhatian demi perhatian aku pun dapatkan dari semua pihak keluarga.
beberapa hari kemudian, keluarga mulai membicarakan pernikahan yang akan digelar, terlihat ayah Aan mendominasi semua keputusan, yang lain hanya sebagai pendengar. Aan adalah suku jawa maka akan diadakan pesta secara adat jawa, untuk adat bataknya sendiri ayah Aan bilang itu bisa dibicarakan di kemudian hari, yang penting menikah dengan adat jawa dulu. mamanya Aan suku batak, mereka beragama islam, dan aku kristen.
sebagai pengantin, yang harusnya pelaku utama dalam acara pernikahan itu harusnya dilibatkan tetapi untuk kami itu tidak berfungsi. kami hanya sebagai pendengar saja, tak ada yang mau meminta pendapat kami.
"segera hubungi keluarga terdekat ya mili, dan katakan jika kamu akan menikah!", kata ayah Aan padaku.
ketika seorang perempuan akan menikah, maka ia akan dilamar, setidaknya pihak keluarga datang untuk meminta ijin kepada pihak si perempuan, tetapi itu tidak terjadi padaku. aku meminta ijin sendiri kepada keluarga dan bahkan via telpon, betapa tidak berharganya aku dan betapa terhinanya keluargaku.
walaupun begitu tetap kulakukan sesuai perintah ayahnya.
entah mengapa jantungku berdebar, aku mengumpulkan kekuatan dan keberanian untuk menghubungi mereka.
drrt...drrt....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments