Bahagia yang menyakitkan

Kelahiran Putriku yang mungil dan cantik memberikan angin segar dalam hidupku.

Di tengah kelelahan hidup yang kujalani dan kesakitan hati , aku harus bersyukur diberikan putri yang kuat dan sehat.

Walaupun kenyataan hidup yang sangat pahit di tengah kenikmatanku memiliki seorang bayi dan dalam menjalani proses masa nifasku.

Banyak hal yang menyakitkan yang kutemui, diantaranya ketika aku menjalani proses nifasku,aku harus berjuang sendirian mulai dari merawat bayiku dan merawat diriku sendiri.

Suamiku sama sekali tidak mengerti dan bahkan

tidak mau mengerti. Itu terbukti dari beberapa pekerjaan yang harusnya bisa dilakukannya tetapi cenderung harus membutuhkan paksaan dan membutuhkan permohonan yang harus kulakukan agar dia mau mengerjakannya.

Aku betul-betul sendirian dalam menghadapinya,

tetapi melihat putri kecilku aku semangat dan berusaha mengabaikan rasa sakit yang kumiliki, berusaha mengabaikan rasa kecewa terhadap suami dan keluarga, dan banyak hal lainnya.

Aku tidak mau stress karena itu akan berakibat fatal kepada putriku dan diriku sendiri.

Aku mencoba menghibur diriku dengan memberikan perhatian penuh kepada bayiku.

Aku berharap saat ini hanyalah kekecewaan sesaat yang akan membuat semuanya dalam kebahagiaan nyata di depan mata.

Setelah persalinanku berselang satu hari, aku harus bergerak mencuci memasak untuk diriku sendiri karena tidak ada yang melakukannya itu untukku, termasuk suamiku.

Aku berusaha untuk tetap bertahan walaupun terasa sangat menyakitkan.

Ayah mertua dan mama mertua beserta adik iparku masih tetap berada di kampung halaman mertuaku.

Nenek, mama dari mama mertuaku baru saja meninggal setelah aku melahirkan.

Dan aku berharap setelah mereka datang maka aku akan lebih diperhatikan dan mungkin akan lebih dirawat dengan baik.

Saat ini yang bisa kuharapkan adalah bantuan dari nenek beserta Om, tapi mereka pun tidak bisa melakukan banyak hal mengingat nenek sudah berumur dan yang lainnya juga harus bekerja.

Aku betul-betul baru menyadari betapa suamiku tidak bisa diharapkan dalam hal apapun.

Dia bahkan bisa tertidur lelap ketika malam hari bayiku menangis, dan aku harus bergerak bangkit sendiri mengurus dan merawatnya.

Sementara aku masih dalam masa pemulihan.

Suamiku menyayangiku dengan cara yang berbeda, dengan cara yang aneh dan dengan cara yang tidak bisa diterima akal.

Dia juga menyayangi bayiku tetapi tidak berusaha untuk mewujudkan atau memberikan perhatian lebih nyata, hanya kata-kata dan ucapan semata.

Satu minggu setelah proses kelahiran,

ayah mertua dan yang lainnya pulang.

Aku berharap ini membawa angin segar dalam kehidupanku, setidaknya mereka akan membantu aku sedikit dalam proses pemulihan dan perbaikan mental yang telah beberapa hari terasa lelah dan tertekan.

Namun ternyata hal itu sangat berbanding terbalik dengan apa yang aku harapkan, aku semakin tertekan.

Mereka sama sekali tidak peduli dan bahkan cenderung mengabaikanku.

Mereka sibuk dengan segala aktivitas mereka tanpa berpikir bagaimana perasaanku.

Sungguh sangat tragis nasibku!

Sebegitu tragisnya nasibku, bahkan untuk pakaian yang dikenakan bayiku itu berasal dari baju-baju bekas yang disumbangkan atau yang diberikan oleh keluarga dari pihak ayah mertuaku.

Tidak ada satu buah baju pun yang baru yang dapat aku belikan dengan keadaanku yang tidak memiliki uang.

Aku sama sekali tidak merasakan bagaimana keseruan belanja untuk kepeeluan bayiku.

Semua hanya modal pemberian orang lain, dan bahkan untuk pembiayaan proses kelahiran putriku pun itu dibiayai oleh ayah mertuaku.

Hal ini yang membuat mereka semakin tidak perduli, karena merasa membuat beban mereka semakin bertambah saja dengan kehadiranku belum lagi dengan masalah biaya kuliahku yang sebelumnya.

Menyakitkan !!.

Aku mengutuk diriku, mengutuk nasibku dan mengutuk segala sesuatu yang ada pada diriku.

Betapa bodoh dan tololnya aku !,

Aku membenci suamiku tetapi aku lebih membenci diriku sendiri yang tidak pandai dalam menjaga diri.

Selama proses nifas berlangsung hanya bisa menyesali semua yang telah terjadi tanpa bisa kembali lagi ,.

Aku harus berjalan walau tertatih, aku harus bertahan walaupun perih .

Saat ini aku tak bisa memikirkan diri sendiri karena sudah ada bayi yang harus aku rawat yang harus kujaga dan yang harus kulindungi.

Setelah beberapa hari di rumah mama mertua dan adik iparku lebih memilih untuk kembali ke luar kota, dengan alasan mereka memiliki banyak pekerjaan, walaupun di hati aku mengerti bahwa mereka cenderung menghindari.

Satu bulan berlalu

Seperti umumnya yang dilakukan oleh masyarakat setelah kelahiran bayi adalah acara kekahan.

Mertuaku berencana akan melakukan proses tersebut untuk putri kecilku.

Sebenarnya di dalam hati aku menolak karena aku tahu ini akan semakin membuat posisiku tertekan karena akan mengeluarkan biaya dari kantong mereka lagi.

Sementara suamiku tidak pernah berpikir dan tidak pernah merasa terbeban ketika semua biaya untuk keperluan anak istrinya ditanggung oleh orang tuanya sendiri.

Perang batin semakin merajalela dalam diriku.

"Oh Tuhan Sadarkan suamiku.... sudah banyak tekanan-tekanan kuhadapi ditambah lagi dengan acara kekahan putriku akan seperti apa lagi yang akan ku lalui nantinya",

jeritku dalam hati.

Ketika aku mencoba untuk menolak, seperti biasa ayah Mertuaku tidak pernah mendengarkan.

Aku tidak berani untuk menguraikan alasan dalam penolakan karena terlalu berat dan terlalu sakit.

Aku harus menerima semua keputusan dan keinginan mereka.

Sebenarnya aku pun mulai memahami alasan mereka mengadakan acara itu adalah agar terlihat di lingkungan masyarakat bahwa semua terkesan baik, dan tentunya gengsi dan harga diri yang mereka miliki.

Namun kenyataannya ada hati yang mereka sakiti tanpa mereka sadari atau bahkan mereka tidak peduli.

Kembali lagi aku hanya bisa meratapi diri dan menerima semua perlakuan itu sembari dalam hati ku berpikir suatu saat nanti pasti akan ada jalan untuk mengakhiri.

Terjadilah kesibukan dalam mempersiapkan acara tersebut.

Aku hanya berusaha mengikuti tanpa memperdebatkan sama sekali,

kembali seperti patung yang hanya bisa bergerak sesuai dengan apa yang mereka inginkan,

dan Aku mengingat kembali ketika pernikahanku terjadi, hampir sama, nyaris sama.

Aku hanya boneka tidak lebih dari itu.

Yang paling menyakitkan di tengah kesibukan itu suamiku sendiri cenderung menghindariku dan lebih banyak menyibukkan diri dengan seluruh keluarganya.

"Tak pernahkah terlintas di hatinya untuk mempertanyakan bagaimana keadaanku bagaimana perasaanku?", jerit hatiku lagi.

Di tengah-tengah kesendirian yang kurasakan ternyata nenek memahami apa yang kurasakan,

" Untuk saat ini terima saja", ucap nenek kepadaku.

"Jika suatu saat kamu sudah yakin dengan langkah yang kamu pikirkan dan yang akan kamu tempuh, maka nenek hanya bisa berdoa yang terbaik untukmu dan bayimu", lanjut nenek lagi.

Tidak hanya nenek saja ternyata Om dari suamiku pun memahami dan menyadari penuh kenyataan itu.

" Om tidak bisa berbuat banyak tetapi Om tahu kamu kuat, maka Om yakin kamu bisa melewatinya dan apapun keputusanmu nantinya om hanya bisa mendoakanmu saja", sahut om juga kepadaku.

Aku terkadang berpikir, Apakah mereka memberikan kode keras supaya aku mengambil tindakan tegas untuk tidak bersama atau bagaimana?

Semakin bimbang, apa yang harus kulakukan?

Aku tidak memungkiri rasa bahagia yang kumiliki karena kehadiran putri kecilku dalam hidupku.

Aku juga tidak bisa menghindari rasa sakit yang kuterima terutama oleh perlakuan suamiku yang tidak bertanggung jawab sama sekali, yang mengalihkan tanggung jawabnya malah kepada orang tuanya, sehingga membuat perdebatan di kalangan adik iparku yang tidak terima dan tentunya merasa cemburu atas kehadiranku.

Aku sangat dilema!!

Jika aku bergerak memutuskan untuk pergi,

ke mana aku harus pergi??,

Haruskah aku kembali ke keluargaku yang telah aku sakiti dan kecewakan?

Haruskah aku menyakiti mereka lagi?

tetapi jika bertahan aku sudah tidak sanggup.

Bagaimana caranya untuk memberi pelajaran kepada suamiku agar menyadari tanggung jawabnya atas diriku dan anakku?

Bagaimana bisa suamiku tidak peka terhadap diriku?

Memang pernikahan itu hanya memberikan perubahan yang nyata dan mengikat penuh kepada pihak wanita saja, dan hal itu tidak berlaku kepada pasangan prianya apalagi dengan jenis pria seperti suamiku yang tidak pernah menyadari akan tanggung jawab.

Aku menyalahkan semuanya,

menyalahkan diriku,

menyalahkan suamiku,

menyalahkan keluargaku,

menyalahkan keluarga suamiku,

Bahkan aku menyalahkan alam yang telah mempertemukan aku!

dan menyalahkan Tuhan yang telah memberikan aku suami sepertinya.

tangis batinku,

aku mempertanyakan betapa tidak adilnya hidup padaku, aku mengutuk nasibku yang terlahir dari keluarga yang biasa saja.

Mengutuk keadaanku ketika aku mencoba ,memperbaiki derajat hidupku,dengan nekat memaksa kuliah kepada kedua orang tuaku, namun di tengah perjuanganku, kedua orang tuaku meninggalkanku selamanya.

Disaat aku terjatuh dan menderita akan kehilangan orang tuaku,aku dicobai dengan kehidupan ekonomiku yang tidak mumpuni, sehingga aku harus bekerja mencari tambahan.

Tapi malah aku dipertemukan dengan suamiku.

Yang pada akhirnya aku merasa inilah jalan terakhir dalam hidupku untuk mengakhiri problema,

tetapi lebih dalam lagi aku harus menghadapi berikutnya?

Bagaimana mungkin Tuhan engkau memberikan aku cobaan seperti ini?

Apakah memang ini adalah Karma atas kesalahanku yang telah meninggalkan Tuhanku yang sebelumnya?

Apakah ini Karma bagi seorang mualaf sepertiku?

Banyak pertanyaan dan pertentangan di hatiku, Mengapa harus aku?

Aku hanya bisa berperang dalam hati.

Kenyataannya semua tetap terlaksana seperti keinginan mertua.

Dengan bangganya suamiku berdiri ditengah keluarga dan memberi potongan pertama pada rambut putriku, yang membuat aku muak.

Aan tersenyum bahagia dan hal itu membuat aku mual.

Banyak kemarahan yang telah kupendam dihati tapi kutahan demi putri tercintaku.

Aku hanya menyakini bahkan ada waktu yang tepat untuk meledakkan kemarahan yang tertimbun dihatiku.

Saat ini, berlakulah sesukamu!

bertingkahlah semaumu!

hirup udara sebanyak yang kau mampu dan tertawalah sepuasmu!.

Umpatan demi umpatan mengalir dipikiranku.

Acara itu pun terlaksana.

Namun melihat mimik putri kecilku seakan tidak bahagia.

Bsyiku gelisah dan tidak nyaman sama sekali.

Aku segera membawa kekamar untuk beristirahat dan berusaha menghindari kumpulan keluarga secepat mungkin.

Benar saja,

Putriku tersenyum ketika berada hanya berdua saja denganku dikamar, seakan menyampaikan pesan bahwa ia hanya ingin berdua saja bersamaku.

bayiku tertidur lelap.

Sampai beberapa saat kemudian,

tok

tok

Ketukan dipintu kamarku.

" Apalagi sesudah ini?", tanyaku dalam hati.

Episodes
1 Kenikmatan Sesaat
2 Diluar nalar
3 Nikmat yang terlarang
4 Tak terbendung
5 Tersadar akan nikmat
6 Merajut asa
7 Godaan
8 Harus menikah
9 pertentangan
10 Ijin Paksa
11 Ijin yang tak bertepi
12 Muallaf
13 Menikah pasrah
14 Perangkap cinta
15 Mengurai Takdir
16 Mengurai takdir selanjutnya
17 Bahagia yang menyakitkan
18 Muallafku kupertanyakan
19 Muallaf karena suami
20 Menguji diri
21 Mencoba yang terbaik
22 Sandiwara tak terduga
23 Jebakan
24 Harapan
25 Awal yang baik, menyakitkan.
26 Perlawanan
27 Mencoba lebih baik
28 Kehangatan ditengah kesakitan
29 Perlakuan berbeda
30 Bersama yang terpaksa
31 Salah yang benar
32 Terpaksa karena harus
33 Uji coba yang tragis
34 Salah tempat
35 Merangkak
36 Refleksi diri
37 Suasana berbeda
38 Membuka mata
39 Terpuruk, Harus berdiri
40 Sandiwara terkadang dibutuhkan
41 Pelarian
42 Sebab Akibat
43 Kendali diri
44 Kerapuhan
45 Niat yang salah
46 Buah Simalakama
47 Kebutuhankah atau keinginan
48 Kenyataan pahit
49 Proses berliku
50 Usaha yang kemelut
51 Jalan terbaik
52 Berusaha Saling Melupakan
53 Sakit Tetapi Harus
54 Melawan Rasa
55 Pindah Kembali
56 Fokus pada karir
57 Terlahir kembali
58 Titik Baru Harapan
59 Kerikil Kehidupan
60 Bantuan dadakan
61 Demi Uang
62 Tidak Seperti Yang Terlihat
63 Tidak tertakar dan Tertukar
64 Dilema batin
65 Agama Turunan
66 Diam tidak didengar, maka bicaralah
67 Kerja keras tidak selalu tentang Uang
68 Penulis Skenario Terbaik
69 Jodoh main - main
70 Ujian Kesetiaan
71 Badai yang menguatkan
72 Menilai rasa
73 Perasaan Atau Kenyamanan?
74 Modus atau Tulus
75 Perjodohan
76 Misteri mertua
77 Misteri Mulai Terungkap
78 Pernikahan tersembunyj
79 Topeng Dan Luka
80 Harapan Tetap Ada
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Kenikmatan Sesaat
2
Diluar nalar
3
Nikmat yang terlarang
4
Tak terbendung
5
Tersadar akan nikmat
6
Merajut asa
7
Godaan
8
Harus menikah
9
pertentangan
10
Ijin Paksa
11
Ijin yang tak bertepi
12
Muallaf
13
Menikah pasrah
14
Perangkap cinta
15
Mengurai Takdir
16
Mengurai takdir selanjutnya
17
Bahagia yang menyakitkan
18
Muallafku kupertanyakan
19
Muallaf karena suami
20
Menguji diri
21
Mencoba yang terbaik
22
Sandiwara tak terduga
23
Jebakan
24
Harapan
25
Awal yang baik, menyakitkan.
26
Perlawanan
27
Mencoba lebih baik
28
Kehangatan ditengah kesakitan
29
Perlakuan berbeda
30
Bersama yang terpaksa
31
Salah yang benar
32
Terpaksa karena harus
33
Uji coba yang tragis
34
Salah tempat
35
Merangkak
36
Refleksi diri
37
Suasana berbeda
38
Membuka mata
39
Terpuruk, Harus berdiri
40
Sandiwara terkadang dibutuhkan
41
Pelarian
42
Sebab Akibat
43
Kendali diri
44
Kerapuhan
45
Niat yang salah
46
Buah Simalakama
47
Kebutuhankah atau keinginan
48
Kenyataan pahit
49
Proses berliku
50
Usaha yang kemelut
51
Jalan terbaik
52
Berusaha Saling Melupakan
53
Sakit Tetapi Harus
54
Melawan Rasa
55
Pindah Kembali
56
Fokus pada karir
57
Terlahir kembali
58
Titik Baru Harapan
59
Kerikil Kehidupan
60
Bantuan dadakan
61
Demi Uang
62
Tidak Seperti Yang Terlihat
63
Tidak tertakar dan Tertukar
64
Dilema batin
65
Agama Turunan
66
Diam tidak didengar, maka bicaralah
67
Kerja keras tidak selalu tentang Uang
68
Penulis Skenario Terbaik
69
Jodoh main - main
70
Ujian Kesetiaan
71
Badai yang menguatkan
72
Menilai rasa
73
Perasaan Atau Kenyamanan?
74
Modus atau Tulus
75
Perjodohan
76
Misteri mertua
77
Misteri Mulai Terungkap
78
Pernikahan tersembunyj
79
Topeng Dan Luka
80
Harapan Tetap Ada

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!