"Hallo Mili", sapa mama Aan,
"Salam kenal sayang, saya mama Aan. kamu panggil mama saja ya...biar cepat akrabnya",
"Hallo juga tan..eh...ma",
ucapku pada mama Aan,
Entah mengapa seperti ada perasaan yang hangat ketika aku menyebutnya dengan kata mama, mungkin karena aku sudah terlalu lama tidak memanggil mama semenjak mamaku meninggal beberapa tahun sebelumnya.
Aku merasa seperti mendengar suara mamaku sendiri, itu cukup membuat aku membangkitkan kenanganku terhadap mamaku.
"Mili, mama ingin sekali bertemu denganmu, dan mengobrol berdua, tetapi mama berada di luar kota sayang, jadi sabar ya mama akan datang menemuimu secepat mungkin, mama gak mau kamu bertindak gegabah dan jangan pernah berpikir untuk aborsi",
" berhenti berusaha menjadi manusia jahat sayang, aborsi itu adalah tindakan kejahatan, aborsi itu merupakan tindakan pembunuhan. Kita memang belum pernah bertemu tetapi mendengar Aan bercerita tentangmu mama yakin kamu itu orang baik sayang, jadi mama harap kamu bijak dalam menentukan pilihan, Jangan membuat kesalahan lagi dengan menggali kesalahan yang baru, mama janji akan bersama-sama membantu kalian sebisa mama",
Aku semakin tertekan dengan penuturan mama Aan.
" Aan itu sangat mencintaimu makanya dia sampai nekat berbuat itu. Aan semua cerita ke mama tentangmu. jadi mama harap kamu bisa untuk lebih bijak dalam mengambil tindakan",
"Tapi kuliahku tinggal skripsi ma, aku takut mengecewakan saudara - saudaraku dan aku tidak siap dengan ini semua ma",
ucapku memberanikan diri.
"Lalu siapa yang harus disalahkan? bagaimana bisa itu semua terjadi? trus untuk masalah kuliahmu, itu bisa dilanjutkan setelah menikah kan? apalagi tinggal skripsi bukankah itu sungguh mungkin untuk tetap menyelesaikannya? karir atau masa depan, apakah setelah menikah tidak bisa berkarir lagi? bisa sayang...semua itu tergantung usaha dan kemauan...jangan picik sayang...",
mama Aan begitu berapi -api.
"Tetapi jika kamu bilang kamu tidak mau menikah karena alasan tidak mau hidup bersama Aan dan tidak mencintainya sama sekali maka mama tidak dapat berbuat apa - apa.Maka kami pun tidak bisa memaksamu, tetapi ingat kami bukan tidak mau bertanggungjawab ya....., kami ingin menunjukkan tanggungjawab kami",
tandas mama Aan.
" Terimakasih sebelumnya ma, sebaiknya aku pertimbangkan dulu", jawabku lirih.
Aku melihat Aan dengan wajah memelas, yang membuatku semakin goyah lagi, tetapi bayangan akan rumitnya yang akan kuhadapi jika aku menikah saat itu membuatku semakin takut.
"Satu hal lagi, yang dikandunganmu adalah cucu mama, artinya darah kami, jadi kami berhak untuk itu.maaf jika mama kasar tetapi mama harus mengingatkan hal itu agar kamu tidak sembarangan dalam mengambil tindakan, untuk saat ini mama rasa cukup dulu mama bicara, mama tidak mau kamu stress, mengingat kamu masih hamil muda, janin masih rentan. Kamu istirahat saja, semoga setelah istirahat pikiranmu makin jernih, biar mama ngomong dulu sama Aan",
mama Aan mengakhiri pembicaraannya denganku.
Aan kembali berbicara dengan mamanya, gerakannya terlihat gelisah dan sesekali menatap ke arahku.
Aan menutup telponnya.
"Sayang...aku ingin menikahimu, kita akan hadapi bersama, aku tidak bisa melepasmu karena entah mengapa aku merasa bahwa jika aborsi itu dilakukan kamu akan mengakhirinya denganku juga, aku memang egois tapi itu karena aku mencintaimu",
Pinta Aan padaku sembari menggenggam erat kedua tanganku.
"Ini sudah larut malam, sebaiknya pulang dulu, besok kita bicarakan lagi", pintaku padanya.
" Aku disini saja menungguimu", ucapnya lirih
" Jangan, jika ketahuan ada pria yang menginap maka aku akan diusir dari sini", jawabku pelan.
" Jika begitu maka keluarlah bersamaku, kita habiskan malam bersama - sama agar kamu juga bisa menyakinkan diri untuk mengambil keputusan, anggap saja sebagai alat pengukur seberapa ingin kita bersama, aku ingin kamu harus tau betapa aku mencintaimu",
pintanya dengan wajah sendu.
Dia menatapku begitu dalam sehingga aku seakan tenggelam disana.
Matanya mampu membuat aku menyerah seketika. Aku pun mengangguk.
Kami bergegas keluar dari kamar kost, berjalan santai seakan tiada permasalahan yang sedang kami hadapi.
Sampai pada akhirnya didepan sebuah penginapan, Aan segera menarik tanganku dan memasuki sebuah kamar yang cukup nyaman.
Aan membuat tempatku berbaring senyaman mungkin, setelah aku berbaring, Aan pun membaringkan tubuhnya disampingku, seraya mengelus perutku dan menciuminya.
" Hai sayang....ini ayah, ayah berusaha untuk membuat bunda nyaman bersama kita nak..",
aku terbelalak mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Aan, kalimat itu mampu membangkitkan perasaan yang aneh dalam diriku, seakan naluri keibuanku keluar begitu saja dan mengikuti gerakan tangan Aan yang membelai perutku.
Semakin aku mengelus perutku, semakin terasa ikatan yang terjalin, ditambah lagi perlakuan Aan yang mengakui dirinya sebagai ayah membuatku tidak dapat berpikir hal lain lagi selain menikmati suasana itu dan membayangkan anak ini lahir ke dunia.
Aan memelukku, dan memejamkan matanya disampingku.
"bunda....",
lagi- lagi aku dikejutkan dengan ulah Aan yang membuat aku mampu merasakan sensasi sesuai dengan yang dikatakannya.
"Jika nanti anak kita lahir maka aku dipanggilnya ayah dan kamu akan dipanggil bunda, oh....indah sekali",
hayal Aan dan kembali menciumi perutku.
kreeek
perutku bunyi, kelaparan.
"Wah bunda lapar dek, adek juga ya? sebentar ya ayah pesan makanan dulu",
katanya lagi membuat aku tersenyum pada ulahnya.
Aku hanya duduk melihat semua tindakan - tindakannya yang konyol namun mampu menyiratkan makna yang dalam dihatiku.
Setelah memesan lewat service room, Aan kembali mendekatiku,
"Sabar ya sayang, lagi dipesan, sebentar lagi makanannya akan datang",
ucapnya pada perutku sambil meletakkan kepalanya diperutku, seperti ada magnet yang menuntunku membelainya.
Aan membiarkan aku mengusap kepalanya kemudian ia mengubah posisinya menjadi terlentang dan menjadikan pahaku sebagai bantalnya, sambil sesekali menciumi perutku.
" Bunda....bukankah hal ini sangat menyenangkan dan nyaman?", tanya Aan padaku
"Berhentilah memanggilku bunda, aku merasa geli mendengarnya", protesku.
"Kenapa nda? ",Aan semakin menjadi
Aku memasang wajah kesal tetapi tidak berpengaruh apa - apa malah semakin menjadi memanggilku.
" Aku sungguh sangat mencintaimu, aku membutuhkanmu...hari - hariku seperti dineraka setelah pertemuan kita yang terakhir, aku teramat merindukanmu, merindukan semuanya...tentangmu...",
bisik Aan ditelingaku membuat aku merasa seperti berada diawang - awang.
Aku hanya memejamkan mata dan menikmati setiap bisikan dan sentuhannya.
Tetapi aku merasa ada perbedaan hasrat yang tumbuh dalam diriku, apakah benar wanita hamil semakin tinggi birahinya? karena ada gejolak yang sangat besar dari dalam diriku saat ia berbisik dan menciumku.
Maka kembali kami melakukan hal maksiat itu. Memang nafsu adalah penghancur segala hal.
Aku merasa betapa bersyukurnya seseorang yang bisa menahan hawa nafsunya dan menjaga kesuciannya.
" Kita harus nikah, karena aku inginkan ini semua",
disela aksinya
" Iya kita harus menikah", jawabku begitu saja,
Mendengar jawabanku, Aan semakin semangat dan sangat bahagia.
" Bunda engkau adalah istriku, aku adalah suamimu, jadi tidak ada lagi batasan apapun diantara kita",
sembari tetap melakukan aksinya,
Aku hanya pasrah dan menganggukkan kepala begitu saja.
Masih dalam keadaan sedang beraksi,
tiba- tiba
permisi....pesanan....
?embuat wajahnya jadi kecewa dan segera menyelimuti tubuhku, beranjak sembari melilitkan handuk begitu saja di tubuhnya.
Terlihat pesanan makanan datang, aku menutup wajahku dengan selimut, menahan malu.
Begitu petugas berlalu aku membuka wajahku, dan melihat Aan memandangiku.
Aku melihatnya memasang muka ditekuk, yang pada akhirnya membuatku tidak tega padanya, menyuruhnya untuk menyelesaikan dulu baru makan.
" Kamu sungguh mengerti mauku",
Ucapan demi ucapan yang dikeluarkannya mampu menghipnotisku.
" istriku...aku mencintaimu",
Ucapnya seraya menyudahi segala aktivitasnya atas diriku.
Masih dengan nafas tersengal,
" aku tidak akan membiarkanmu lepas dariku, kita harus menikah bagaimanapun caranya?",
Aku hanya mengangguk.
Malam kami lewati bersama, Aan berusah menyakinkan aku untuk membulatkan niat untuk menikah saja.
Aan berusaha membujuk, merayu dan bahkan mengikat aku dengan kenikmatan agar aku terbungkus.
Dan itu berhasil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments