Ijin Paksa

drrrrrt....drrrt...

"Hallo kak ini aku Mili",

"Oh iya apa dek?", jawab kakakku yang tertua

"Kakak lagi ngapain?", tanyaku basa basi.

" Ini baru pulang jualan, baru saja nyampe dirumah", jelas kakak tertuaku.

"Oh..gitu,...", responku sembari memutar otak, bagaimana aku harus menyampaikan niatku.

"Gimana skripsimu? udah sampai mana? bisa gak tahun ini selesai?",

Pertanyaan beruntun yang akan selalu keluar dari mulut kakak- kakakku.

Hal inilah yang membuatku tidak pernah mau menelpon kakak, karena mereka akan senantiasa menekan supaya aku cepat wisuda, dengan alasan bahwa keadaan semakin sulit, ekonomi semakin payah dan banyak hal lainnya.

Mereka selalu berpandangan bahwa aku tidak pernah serius dalam melakukan tugas-tugas kuliahku, termasuk dalam mengerjakan skripsiku.

Aku sudah pernah berusaha menjelaskan kesulitan-kesulitan yang kuhadapi pada saat pengerjaan skripsi, terutama masalah biaya.

Aku berharap mereka mau membantu aku dengan menambah biaya yang biasanya mereka kirimkan kepadaku setiap bulannya, karena kebutuhan dalam pengerjaan skripsi itu semakin bertambah, tetapi mereka mengatakan bahwa keadaan ekonomi sedang sulit, dan aku tidak mungkin memaksa untuk itu.

pada akhirnya membuatku terkendala dalam pengerjaan skripsi, ditambah lagi aku yang tidak memiliki komputer sehingga aku harus senantiasa ke rental komputer dan otomatis itu akan menambah biaya lagi. Akhirnya aku sibuk mencari kerja tambahan, tetapi tetap saja kurang.

"Jangan main - main dek, buru selesaikan skripsinya, kami gak mungkin terus - menerus bisa membiayaimu loh...", terang kakakku lagi.

Aku sudah terbiasa mendengar itu, aku bahkan sudah hafal kalimat lanjutan yang akan keluar dari mulut kakakku.

Maka aku berniat untuk menghentikan percakapannya,

" Iya tenang aja ka, aku gak akan minta biaya kuliah lagi mulai dari sekarang...", jawabku.

Tentu saja hal itu membuat kakakku bingung.

" Kok bisa?",

Nada suara yang terdengar bahagia itu jelas di telingaku.

" Sudah siap skripsimu? kapan sidangmu? trus wisudanya kapan?",

cecar kakakku yang memang memiliki karakter ambisius.

"Belum siap...", jawabku lagi.

"Maksudnya gimana? belum siap tapi gak ada biaya kuliah lagi, apa dapat beasiswa? ditanggung oleh pihak kampus?", beruntun pertanyaan kakakku.

"Nggak, tapi ada keluarga yang bakal membiayai penyelesaian skripsiku",

Aku berusaha untuk tenang, sebenarnya jantungku sudah berdetak tak karuan.

"Hah? siapa? baik benar...apa keluarga itu tau kehidupan kita maka mau bantu?", tanya kakakku penasaran.

" Aku akan nikah ka, jadi skripsiku akan kuselesaikan setelah menikah",

Dengan segala keberanian akhirnya bisa juga kusampaikan inti dari tujuanku.

"Bah! mulutmulah...gak ada otak kau!, yang serius kau kalau ngomong, jangan keterlalua..!!", teriak kakakku ditelpon.

" Serius aku ka, aku mau nikah!", berusaha menyakinkan kakakku.

" Gak ada..gak ada...gak ada itu, kuliah belum siap, kerja juga belum, enak aja mulutmu ngomong nikah. gak bisa!", sewot kakakku.

" Gak ada pernikahan sebelum wisuda dan kerja dulu!", tambah kakakku kesal.

Aku diam mendengarkan saja.

" Kau dengar itu hah! cepat kau siapkan skripsimu dan cepat cari kerja!", teriaknya lagi.

"Aku serius ka mau nikah, bahkan sekarang aku sudah dikeluarga laki - laki tinggalnya", jawabku lagi.

"Apanya kau? betulannya itu?", tanyanya tak percaya.

" Iya ka, sudah beberapa hari ini aku dibawa kerumah pihak laki - laki, bahkan sudah mempersiapkan pesta pernikahan", terangku pelan.

" Hah! hebat ya...tanpa ada pemberitahuan atau lamaran? hebat kali bah..., orang mana hah? ", tanyanya lagi.

" Orang sini, jawa tapi mamanya batak", jawabku.

"Jawa?agama?", cecar kakakku lagi.

" Islam ka", jawabku.

" Apa? trus kau muallaf jadinya?", tandas kakakku lagi.

" Seriusnya ini? jangan main - main kau...kutelpon nanti yang lain ya, awas kau!", ancam kakakku.

" Iya loh ka, serius aku. makanya kakak kukabari supaya kakak sampaikan ke saudara yang lain", jawabku lagi.

Mendengar penjelasan itu, kakakku semakin gila, yang pada akhirnya ia bilang akan berbicara dengan saudara yang lain dulu.

Kakak tertuaku menikah dan kebetulan muallaf juga, maka sedikit banyaknya aku berharap ia lebih bisa menerima keputusanku.

Beruntungnya kakakku menikah pada saat ayah dan ibuku masih hidup, dan bahkan aku masih SD. Ayahku seorang yang memiliki pengalaman hidup yang banyak dan cenderung berpikir terbuka, sehingga ketika kakakku memutuskan menikah dan muallaf, ayahku merestui.

Aku berharap aku pun bisa direstui.

Episodes
1 Kenikmatan Sesaat
2 Diluar nalar
3 Nikmat yang terlarang
4 Tak terbendung
5 Tersadar akan nikmat
6 Merajut asa
7 Godaan
8 Harus menikah
9 pertentangan
10 Ijin Paksa
11 Ijin yang tak bertepi
12 Muallaf
13 Menikah pasrah
14 Perangkap cinta
15 Mengurai Takdir
16 Mengurai takdir selanjutnya
17 Bahagia yang menyakitkan
18 Muallafku kupertanyakan
19 Muallaf karena suami
20 Menguji diri
21 Mencoba yang terbaik
22 Sandiwara tak terduga
23 Jebakan
24 Harapan
25 Awal yang baik, menyakitkan.
26 Perlawanan
27 Mencoba lebih baik
28 Kehangatan ditengah kesakitan
29 Perlakuan berbeda
30 Bersama yang terpaksa
31 Salah yang benar
32 Terpaksa karena harus
33 Uji coba yang tragis
34 Salah tempat
35 Merangkak
36 Refleksi diri
37 Suasana berbeda
38 Membuka mata
39 Terpuruk, Harus berdiri
40 Sandiwara terkadang dibutuhkan
41 Pelarian
42 Sebab Akibat
43 Kendali diri
44 Kerapuhan
45 Niat yang salah
46 Buah Simalakama
47 Kebutuhankah atau keinginan
48 Kenyataan pahit
49 Proses berliku
50 Usaha yang kemelut
51 Jalan terbaik
52 Berusaha Saling Melupakan
53 Sakit Tetapi Harus
54 Melawan Rasa
55 Pindah Kembali
56 Fokus pada karir
57 Terlahir kembali
58 Titik Baru Harapan
59 Kerikil Kehidupan
60 Bantuan dadakan
61 Demi Uang
62 Tidak Seperti Yang Terlihat
63 Tidak tertakar dan Tertukar
64 Dilema batin
65 Agama Turunan
66 Diam tidak didengar, maka bicaralah
67 Kerja keras tidak selalu tentang Uang
68 Penulis Skenario Terbaik
69 Jodoh main - main
70 Ujian Kesetiaan
71 Badai yang menguatkan
72 Menilai rasa
73 Perasaan Atau Kenyamanan?
74 Modus atau Tulus
75 Perjodohan
76 Misteri mertua
77 Misteri Mulai Terungkap
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Kenikmatan Sesaat
2
Diluar nalar
3
Nikmat yang terlarang
4
Tak terbendung
5
Tersadar akan nikmat
6
Merajut asa
7
Godaan
8
Harus menikah
9
pertentangan
10
Ijin Paksa
11
Ijin yang tak bertepi
12
Muallaf
13
Menikah pasrah
14
Perangkap cinta
15
Mengurai Takdir
16
Mengurai takdir selanjutnya
17
Bahagia yang menyakitkan
18
Muallafku kupertanyakan
19
Muallaf karena suami
20
Menguji diri
21
Mencoba yang terbaik
22
Sandiwara tak terduga
23
Jebakan
24
Harapan
25
Awal yang baik, menyakitkan.
26
Perlawanan
27
Mencoba lebih baik
28
Kehangatan ditengah kesakitan
29
Perlakuan berbeda
30
Bersama yang terpaksa
31
Salah yang benar
32
Terpaksa karena harus
33
Uji coba yang tragis
34
Salah tempat
35
Merangkak
36
Refleksi diri
37
Suasana berbeda
38
Membuka mata
39
Terpuruk, Harus berdiri
40
Sandiwara terkadang dibutuhkan
41
Pelarian
42
Sebab Akibat
43
Kendali diri
44
Kerapuhan
45
Niat yang salah
46
Buah Simalakama
47
Kebutuhankah atau keinginan
48
Kenyataan pahit
49
Proses berliku
50
Usaha yang kemelut
51
Jalan terbaik
52
Berusaha Saling Melupakan
53
Sakit Tetapi Harus
54
Melawan Rasa
55
Pindah Kembali
56
Fokus pada karir
57
Terlahir kembali
58
Titik Baru Harapan
59
Kerikil Kehidupan
60
Bantuan dadakan
61
Demi Uang
62
Tidak Seperti Yang Terlihat
63
Tidak tertakar dan Tertukar
64
Dilema batin
65
Agama Turunan
66
Diam tidak didengar, maka bicaralah
67
Kerja keras tidak selalu tentang Uang
68
Penulis Skenario Terbaik
69
Jodoh main - main
70
Ujian Kesetiaan
71
Badai yang menguatkan
72
Menilai rasa
73
Perasaan Atau Kenyamanan?
74
Modus atau Tulus
75
Perjodohan
76
Misteri mertua
77
Misteri Mulai Terungkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!