Menikah pasrah

Akhirnya tibalah hari yang dinantikan yaitu hari pernikahanku, semua telah dipersiapkan oleh keluarga Aan tanpa ada yang harus aku lakukan.

Namun aku harus menerima apapun itu baik dari pakaian maupun tata cara adat pernikahan.

Aku di rias selayaknya pengantin, namun pada saat aku di rias ternyata keluargaku datang, kakak - kakakku dan abangku.

Aku terharu melihat kehadiran mereka walaupun aku tahu pasti hati mereka terpaksa dan sedih, mengingat kami adalah keluarga batak tetapi tidak sedikitpun ada adat Batak disebutkan di sana.

Aku menemui kakak dan abangku, mereka hanya bisa menangis melihat pernikahanku yang spontan.

Mereka betul-betul menunjukkan wajah-wajah kekecewaan terhadapku bahkan abangku yang paling bungsu tidak mampu untuk menemuiku dan lebih memilih tetap berada di dalam mobil, yang pada akhirnya aku sendiri yang mendatanginya.

Begitu melihatku datang dan menyapanya Ia hanya berusaha membuang muka,

" Lakukanlah dengan baik dek, tak ada yang bisa untuk menghalangimu, semua sudah takdir!, mungkin inilah yang terbaik," pesan abangku.

Pada akhirnya ia menitikkan air mata melihat keadaanku yang sudah hamil.

Aku meminta mereka untuk tetap berada di acara itu, namun sayangnya memang ada kekecewaan tersendiri yang terselip di hatiku saat itu.

Melihat cara keluarga Aan menyambut keluargaku sangat tidak ramah.

Mereka cenderung mengabaikan sehingga hal ini membuat kakak dan abangku pun tidak nyaman.

Setelah akad nikah selesai kakak dan abangku pun menemui aku serta memberikan kado seperti selayaknya tradisi yang terjadi di keluarga kami, yakni perhiasan emas lengkap.

Aku tidak menyangka di dalam kekecewaan yang telah mereka rasakan, mereka tetap mengingat dan melakukan apa yang menjadi kebiasaan ataupun tradisi di dalam keluarga kami.

Keluarga kami selalu memiliki tradisi apabila anak perempuannya menikah maka akan dibekali dengan perhiasan emas lengkap dan itu ternyata tetap berlaku kepadaku walaupun aku telah menghancurkan dan membuat malu keluarga dengan caraku yang hina.

Aku merasa tidak layak untuk menerima itu, namun kakakku bilang bahwa mereka sangat ikhlas dan harus melaksanakan tradisi yang sudah menjadi darah daging di keluarga.

Aku hanya bisa menangis sembari mendengar nasehat - nasehat mereka.

"Bisa saja kamu menikah dengan suku jawa yang menjadi pilihan hatimu, adikku...,

boleh saja kamu berpindah agama berdasarkan keinginan hatimu adikku,

tetapi ingatlah sejauh apapun engkau melangkah dalam hidupmu, kamu tetaplah boru ni raja ito...

Jadi besar harapan kami bahwa engkau akan tetap melangkah dan menjalani rumah tanggamu dengan baik dan senantiasa berpegang teguh pada ikatan suci pernikahan. setelah ini adalah menjaga nama baik keluarga suamimu, jadilah menantu dan istri yang baik, dengan begitu kami pun keluargamu akan merasa baik - baik saja dan bahagia",

pesan abangku padaku seraya memelukku dan menangis.

"Kepadamu juga lae...., engkau telah memilih adikku menjadi istrimu,

maka sayangi dia, jaga dia, banyak sabar dalam menghadapi sifatnya,

kami menyayanginya maka kami berharap engkau pun menyayanginya,

engkau bisa memarahinya , menegurnya jika ada salah tetapi jangan sampai mengangkat tanganmu terhadapnya, karena itu akan membuat kami sakit, saling menyayangi dan menghargailah kalian",

pesan abangku pada Aan dan menyalaminya.

Setelah memberikan perhiasan itu mereka langsung meminta izin kepadaku pulang dengan alasan bahwa pekerjaan yang tidak bisa mereka tinggalkan begitu juga dengan anak-anak yang saat itu pada sekolah.

Aku tidak bisa berbuat banyak karena aku tahu yang terjadi bukan seperti itu, mereka betul-betul tidak nyaman dengan cara keluarga Aan menyambut keluargaku.

Kesedihan terbesarku saat itu adalah melepas kepergian mereka pada saat acara pernikahanku sama sekali baru dimulai.

Aku betul-betul kecewa saat itu kepada keluarga Aan namun aku tidak bisa mengungkapkannya, aku hanya bisa menyembunyikannya di hatiku sembari berharap kakak dan abang-abangku selamat sampai ke tujuan.

Jauh dari lubuk hatiku yang paling dalam aku merasa bersalah dan sangat ingin meminta maaf karena telah membuat mereka terhina baik dengan caraku maupun dengan sikap keluarga Aan.

Acara semakin siang semakin ramai, tapi di hatiku tetap terasa sunyi dan sepi karena aku tidak mengenali siapa mereka, siapa yang datang ke pernikahanku.

Aku tidak tahu hubungan apa semua mereka yang datang tetapi yang ku tahu aku hanya bisa menyambut mereka dengan senyuman yang masih kumiliki saat itu.

Sungguh ini bukan harapanku, di hari pernikahanku ternyata kesedihan itu muncul di saat hari yang berbahagia seperti yang biasa dikatakan orang, tetapi bagiku hari pernikahanku adalah hari yang sangat menyedihkan.

Aku hanya diam mengikuti begitu saja acara yang telah mereka siapkan, karena jujur saja setiap detail acara itu pun aku tidak mengerti.

Aku bagai boneka yang hanya diatur seperti yang mereka mau saat itu.

Kesedihanku agak memudar ketika menjelang sore hari teman-teman kampus dan teman-teman organisasiku berdatangan, hal ini membuat aku merasa bahagia.

Namun sayangnya teman terdekatku Lia dan Erik tidak datang.

Mereka betul-betul menunjukkan kekecewaannya terhadapku, dan betul-betul tidak ingin melihat aku menikah.

Namun aku paham apa yang mereka maksud, tujuan mereka adalah baik terhadapku namun sayangnya aku tidak bisa merespon dengan baik maksud mereka.

Menyusul kemudian kawan-kawan Aan pun berdatangan juga memberikan selamat kepada kami.

Aan terlihat sangat bahagia dan selalu berbisik-bisik kepada salah satu temannya, yang membuat perhatianku agak merasa aneh tetapi tetap saja aku hanya bisa memperhatikan dan hanya itu yang bisa kulakukan.

Semakin malam acara semakin ramai,

dengan hiburan yang telah mereka siapkan, semua terlihat gembira.

Mungkin hanya aku yang berbeda menyikapi keramaian itu saat itu.

Aku merasa sangat merasa lelah, aku meminta pada Aan untuk mengantarku terlebih dulu ke kamar, karena pinggangku seperti mau patah rasanya.

Aan bertanya pada orangtua dan keluarga yang ada, dan respon mereka baik dan segera membantuku untuk menuju kamar.

Aku membaringkan tubuhku menyamping, sembari pakaian pengantin yang kukenakan saat itu diganti agar aku lebih leluasa. Aku dibantu sama ipar dan ponakan dan tentunya Aan.

Setelah selesai aku pun tetap berada dikamar.

Namun beberapa sanak saudara akan pulang jadi mereka diarahkan untuk kekamar saja, karena mereka mengetahui keadaanku yang memang sudah hamil. mereka memakluminya.

Aku menyuruh Aan untuk diluar saja menemui tamu. Aku merasa tidak enak hati jika pengantin sudah berada di kamar sementara acara belum selesai dan masih ada tamu yang berdatangan.

Aan pun menurut saja, setelah mencium kening dan mengucapkan terimakasih, ia pun segera bergegas pergi keluar.

Aku memang heran setiap kali Aan mengucapkan terimakasih, namun entah mengapa aku tidak berniat untuk memperjelas ucapannya.

Sepanjang pernikahan hari itu,

Aan selalu mengucapkan terimakasih kepadaku.

Episodes
1 Kenikmatan Sesaat
2 Diluar nalar
3 Nikmat yang terlarang
4 Tak terbendung
5 Tersadar akan nikmat
6 Merajut asa
7 Godaan
8 Harus menikah
9 pertentangan
10 Ijin Paksa
11 Ijin yang tak bertepi
12 Muallaf
13 Menikah pasrah
14 Perangkap cinta
15 Mengurai Takdir
16 Mengurai takdir selanjutnya
17 Bahagia yang menyakitkan
18 Muallafku kupertanyakan
19 Muallaf karena suami
20 Menguji diri
21 Mencoba yang terbaik
22 Sandiwara tak terduga
23 Jebakan
24 Harapan
25 Awal yang baik, menyakitkan.
26 Perlawanan
27 Mencoba lebih baik
28 Kehangatan ditengah kesakitan
29 Perlakuan berbeda
30 Bersama yang terpaksa
31 Salah yang benar
32 Terpaksa karena harus
33 Uji coba yang tragis
34 Salah tempat
35 Merangkak
36 Refleksi diri
37 Suasana berbeda
38 Membuka mata
39 Terpuruk, Harus berdiri
40 Sandiwara terkadang dibutuhkan
41 Pelarian
42 Sebab Akibat
43 Kendali diri
44 Kerapuhan
45 Niat yang salah
46 Buah Simalakama
47 Kebutuhankah atau keinginan
48 Kenyataan pahit
49 Proses berliku
50 Usaha yang kemelut
51 Jalan terbaik
52 Berusaha Saling Melupakan
53 Sakit Tetapi Harus
54 Melawan Rasa
55 Pindah Kembali
56 Fokus pada karir
57 Terlahir kembali
58 Titik Baru Harapan
59 Kerikil Kehidupan
60 Bantuan dadakan
61 Demi Uang
62 Tidak Seperti Yang Terlihat
63 Tidak tertakar dan Tertukar
64 Dilema batin
65 Agama Turunan
66 Diam tidak didengar, maka bicaralah
67 Kerja keras tidak selalu tentang Uang
68 Penulis Skenario Terbaik
69 Jodoh main - main
70 Ujian Kesetiaan
71 Badai yang menguatkan
72 Menilai rasa
73 Perasaan Atau Kenyamanan?
74 Modus atau Tulus
75 Perjodohan
76 Misteri mertua
77 Misteri Mulai Terungkap
78 Pernikahan tersembunyj
79 Topeng Dan Luka
80 Harapan Tetap Ada
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Kenikmatan Sesaat
2
Diluar nalar
3
Nikmat yang terlarang
4
Tak terbendung
5
Tersadar akan nikmat
6
Merajut asa
7
Godaan
8
Harus menikah
9
pertentangan
10
Ijin Paksa
11
Ijin yang tak bertepi
12
Muallaf
13
Menikah pasrah
14
Perangkap cinta
15
Mengurai Takdir
16
Mengurai takdir selanjutnya
17
Bahagia yang menyakitkan
18
Muallafku kupertanyakan
19
Muallaf karena suami
20
Menguji diri
21
Mencoba yang terbaik
22
Sandiwara tak terduga
23
Jebakan
24
Harapan
25
Awal yang baik, menyakitkan.
26
Perlawanan
27
Mencoba lebih baik
28
Kehangatan ditengah kesakitan
29
Perlakuan berbeda
30
Bersama yang terpaksa
31
Salah yang benar
32
Terpaksa karena harus
33
Uji coba yang tragis
34
Salah tempat
35
Merangkak
36
Refleksi diri
37
Suasana berbeda
38
Membuka mata
39
Terpuruk, Harus berdiri
40
Sandiwara terkadang dibutuhkan
41
Pelarian
42
Sebab Akibat
43
Kendali diri
44
Kerapuhan
45
Niat yang salah
46
Buah Simalakama
47
Kebutuhankah atau keinginan
48
Kenyataan pahit
49
Proses berliku
50
Usaha yang kemelut
51
Jalan terbaik
52
Berusaha Saling Melupakan
53
Sakit Tetapi Harus
54
Melawan Rasa
55
Pindah Kembali
56
Fokus pada karir
57
Terlahir kembali
58
Titik Baru Harapan
59
Kerikil Kehidupan
60
Bantuan dadakan
61
Demi Uang
62
Tidak Seperti Yang Terlihat
63
Tidak tertakar dan Tertukar
64
Dilema batin
65
Agama Turunan
66
Diam tidak didengar, maka bicaralah
67
Kerja keras tidak selalu tentang Uang
68
Penulis Skenario Terbaik
69
Jodoh main - main
70
Ujian Kesetiaan
71
Badai yang menguatkan
72
Menilai rasa
73
Perasaan Atau Kenyamanan?
74
Modus atau Tulus
75
Perjodohan
76
Misteri mertua
77
Misteri Mulai Terungkap
78
Pernikahan tersembunyj
79
Topeng Dan Luka
80
Harapan Tetap Ada

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!