Sarah melangkah menuju kamar yang ditempati Haris dan teman-temannya. Ditangannya terlihat kotak obat, sepertinya dia ingin mengobati luka yang Haris dapat saat pertarungan tadi.
"Tok... Tok... Tok..." suara pintu diketuk.
"Tok... Tok... Tok..." kembali Sarah mengetuk.
"Kemana?" gumam Sarah,karena tak mendapat respon dari dalam kamar.Apa Haris belum selesai mandi,pikirnya.
Saat berbalik ,Sarah dibuat terkejut karena Haris berada dibelakangnya.
"Akhhh!" pekik Sarah tertahan.
Hampir saja Sarah limbung jika Haris tidak cepat menangkap tubuhnya.Tangan Haris melingkar erat di pinggang Sarah.Tapi bukan itu yang membuat Sarah kehilangan nafas.Tubuh kekar yang sekarang masuk kedalam kornea matanya sungguh meresahkan.Kulit putih itu bersinar karena tetasan air.Sarah mengangkat pandangannya,dan kini matanya dapat menikmati pahatan yang sempurna. Rambut hitam yang setengah basah,wajah teduh yang kini sedang menatapnya dalam dan itu membuat Sarah benar-benar kehilangan jiwanya sesaat.
"Aku pakai baju dulu,nanti ku peluk lagi" bisik Haris seraya membenarkan posisi Sarah.
Sarah yang mendengarnya langsung mengalihkan pandangan. Dia malu karena sudah tertangkap saat mengagumi tubuh polos pria chindo ini.
"Masuklah" kata Haris "Kau ingin mengobati lukaku kan"
Dengan senang hati Haris mengizinkan Sarah untuk mengobati lukanya. Ia melirik Sarah yang kini masuk kedalam kamar dengan menggenggam erat kotak obat ditangannya. Haris segera memasang kaos hitam lengan panjangnya. Ia cukup kedinginan karena mandi malam tapi tidak menggunakan air hangat.
"Kemarilah" Haris merentangkan kedua tangannya.
Sarah menatapnya heran. Alisnya bahkan sampai berkerut. Apa yang mau dilakukan Haris.
"Bukankah kau ingin memastikan aku baik-baik saja?" Haris sebenarnya gemas melihat raut wajah Sarah.
"Maka peluklah aku" Haris langsung menarik tangan Sarah. Mendekapnya erat dalam pelukan hangat.
"Aku baik-baik saja" gumam Haris.
"Tapi kau terluka" tak kalah pelan Sarah membalas.
Haris melerai pelukannya,menatap pada gadis yang kini berdiri tepat didepannya.
"Itu tidak penting. Ada yang lebih penting dari itu" kata Haris.
"Apa?" dengan wajah polosnya Sarah bertanya.
"Apa sekarang kita sudah pacaran? Kau menerima aku menjadi pria satu-satunya?" Haris memang pandai memanfaatkan situasi.
"Tidak" kata Sarah.
Haris mengangkat sebelah alisnya. "Tapi tadi kau mengkhawatirkan ku Sarah. Itu tandanya kau peduli padaku" ucap Haris lembut.
"Emm..Ya aku khawatir" kata Sarah.
"Itu berarti kau memiliki perasaan pada ku" dari suaranya Haris terlihat sedikit kesal. Hanya sedikit.Karena dia masih berusaha untuk menahannya.
"Ya.. Sepertinya begitu" pelan Sarah mengucapkannya.
Haris terdiam sesaat,menatap Sarah yang kini juga menatapnya seraya tersenyum jahil.
"Kau mengerjaiku ya?" Haris tersenyum kemudian menarik Sarah kembali masuk dalam pelukannya.
"Sudah lepaskan,luka mu harus segera diobati" kata Sarah.
"Itu tidak penting. Sekarang katakan apa kita sudah resmi pacaran?" Haris tetap menahan Sarah dalam pelukannya.
"Emm.."
"Apa? Emm..Emm..Emm.." kesal Haris.
Sarah tertawa dalam pelukan Haris. Sungguh lucu ternyata, mengerjai pria chindo ini.
"Kamu senang sekali ya" geram Haris. Dia sungguh senang, bisa melihat wanita yang ia cintai tersenyum bahagia saat bersamanya.
"Sekarang katakan, kalau kita sudah resmi pacaran" Haris sebenarnya paham dengan gelagat Sarah,tapi dia ingin kepastian. Dia bahkan menuntut ikrar jadian.
"Seperti anak remaja saja" tukas Sarah.
"Oh...tentu. Karena kau kekasih pertamaku" kata Haris.
"Bohong" Sarah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Haris.
"Tidak percaya ya sudah. Sekarang cepat katakan kita pacaran. Kalau tidak... Aku akan mencium mu!" ancam Haris.
Sarah yang mendengarnya kaget. Dengan cepat ia ingin melepaskan pelukan,tapi haris mendekapnya erat.
"Iya..Iya.. Udah lepas dulu ini" kata Sarah sembari berontak dalam pelukan Haris.
"NO!!" kata Haris.
"IYA,SEKARANG KITA pacaran" semakin keujung suara Sarah mengecil. Dia benar-benar malu.
Haris dengan cepat melerai pelukannya. Menjauhkan sedikit tubuh kekasihnya agar ia bisa menatap wajah yang kini terlihat memerah. Haris tersenyum sumringah,dirinya benar-benar bahagia.
"I love you. I love you so much" Haris mengatakannya sambil terus menghujani kepala Sarah dengan ciuman-ciuman kecil.
"Sudah. Sekarang kita obati luka mu,yang lain pasti sedang menunggu kita" kata Sarah.
"Baiklah, cintanya aku" Haris melerai pelukan dan membawa sarah duduk berhadapan.
Dengan telaten dan pelan, Sarah mengobati luka Haris. Mengoleskan salep terutama di leher prianya yang nampak memerah bekas cengkraman makhluk itu.
Selesai Sarah mengobati luka Haris. Mereka segera menuju ruang depan,dimana semua temannya sudah menunggu.
"Ini yang dinamakan musibah membawa berkah" Rio menatap pada sepasang anak manusia yang datang dengan cara bergandengan tangan.
Haris yang merasa jika Rio menyindirnya hanya memberikan senyum renyahnya. Dia tidak peduli Rio ingin mengatakan apa. Sekarang dia benar-benar bahagia jadi jangan ganggu kebahagiaannya.
"Kalian pacaran?" tanya Clara,setelah Sarah dan Haris duduk berdampingan.
"Emm.." Sarah menganggukan kepalanya.
"Baguslah. Bagaimanapun kepastian itu penting" kali ini Reta mengatakn dengan melirik tajam pada Clara yang ada disebelahnya. Clara hanya balas memanyunkan bibirnya.
"Sekarang ceritakan. Bagaimana makhluk itu menyerang mu,Ris?" melihat wanitanya disudutkan,Langit dengan cepat mengalihkan pembicaraan.
"Dia kembali ingin membawa Sarah,dia ingin merebut Sarah dariku!" kata Haris sedikit mengeluarkan emosinya.
Jika Langit hanya diam menyimak,tapi Rio tidak. Kepalanya manggut-manggut. Fokusnya bukan pada cerita Haris,tapi pada sikap temannya itu yang kini bahkan lebih dari sebelum mereka pacaran. Emosinya meningkat,jika itu menyangkut Sarah. Apa aku akan seperti itu jika jatuh cinta?. Sempat terlintas pertanyaan itu dikepala Rio. Tapi dengan cepat ia menyingkirkannya.
"Ada hal penting yang harus kita cari tahu" kata-kata Haris menarik kesadaran Rio yang sempat melanglang buana entah kemana.
"Pria tua yang kita temui di jalan menuju air terjun. Dialah yang menolong ku" kata Haris.
Haris menatap semua temannya.
"Yang buat aku merinding?" tanya Reta.
"Emm.." angguk Haris.
"Aku pikir dia tahu semua ini. Kata-katanya di air terjun waktu itu juga sedikit aneh. Dia mengatakn tidak usah dicari, karena dia sudah melaksanakan tugasnya " jelas Haris pada semua temannya.
"Ku rasa itu seperti pesan tersembunyi yang ia berikan. Tidak mungkin dia menanggapi hilangnya gelang Reta seperti itu" lanjut Haris.
"Apa itu artinya dia meminta kita untuk tidak mencari lumpur itu lagi,karena lumpur itu sudah melaksanakan tugasnya" sahut Rio.
"Dan tugasnya adalah memberi kita kekuatan" sambung Reta cepat."Tapi aku belum dapat" raut wajahnya berubah masam.
"Sebentar lagi,karena sepertinya kekasih ku ini sudah mendapatkan kekuatan." Haris menatap Sarah. "Hanya saja dia belum menyadarinya".
Raut wajah Sarah bingung,dia tidak mengerti dengan yang dikatakan Haris.
"Kamu ingat sayang. Paman itu mengatakan kalau kamu sebenarnya bisa membantu ku,saat aku bertarung dengan makhluk bajingan itu" Haris masih saja membara jika membicarakn makhluk yang tak berhati.
"Jadi aku yakin, kekuatan mu sudah ada. Mungkin kamu tertekan ingin pulang, jadi kamu tidak menyadarinya" tutur Haris lembut,ia mengusap rambut panjang Sarah yang berwarna pirang kecoklatan.
"Tolong...Tolong... Pembahasan ini jangan diselingi dengan ikan panas" Reta mengibas-ngibaskan tangan pada wajahnya seperti orang yang kepanasan.
"Iklan manis, bukan ikan" celetuk Rio.
Reta menatapnya dongkol. Kemudian mengarahkan jari tengah dan telunjuk kematanya lalu kearah Rio,dan selanjutnya menggorok lehernya sendiri. Dia memberi ancaman pada Rio. Sungguh Rio yang melihatnya benar-benar dibuat gemes oleh gadis yang mudah meledak-ledak ini.
"Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Clara,dia hanya tersenyum melihat kelakuan Reta.
"Kali ini kamu yang harus melakukan sesuatu" kata Haris menatap Clara, dan itu membuat Langit langsung menegakkan duduknya.
Haris menatap Langit yang kini tengah memberinya tatapan tajam."Kamu harus meminta Langit untuk pergi kekantor desa. Lalu mencari identitas paman yang telah membantu ku". Kata Haris,ia membalas tatapan Langit dengan tersenyum jahil.
Clara kemudian menatap pada Langit."Kamu bisa kan,Lang?. Hal seperti ini mudah untuk mu" dengan raut wajah yang membuat Langit bergetar,Clara mengatakannya.
Langit melirik kesemua temannya yang kini serempak menahan senyum.
"Lang?" panggil Clara.
"Em..." deheman Langit terdengar tidak semangat.
"Apa?" tanya Clara.
"Iya sayang.Iya" tekan Langit.
Sontak semua temannya tertawa puas,melihat Langit yang benar-benar tidak berdaya jika dihadapan Clara.
"Down. Misi selanjutnya adalah KANTOR DESA" kata Rio bersemangat.
Dia sungguh bahagia karena Haris dan Sarah kembali. Dia yakin jika bersama mereka pasti bisa menemukan semua jawaban atas misteri ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Amelia
trio bucin ❤️❤️❤️
2024-04-25
0
Rona Risa
haha bahagianya haris 😁
2024-04-17
1
Rona Risa
langsung gak pake lama 😂
2024-04-17
1