Sebelum benar-benar pergi meninggalkan desa Sureti. Dosen pembimbing meninggalkan beberapa nasehat pada Langit dan yang lainnya. Nasehat umum saja, seperti menjaga sopan santun terhadap warga sekitar dan juga jangan melakukan hal yang iya-iya. Karena mereka sekarang tinggal tanpa ada yang mengawasi, jadi dosen berharap agar mereka dapat menjaga dan melindungi satu sama lain.
Setelah melepas teman-temannya kembali kekota. Langit dan yang lainnya berkumpul diruang depan. Ruangan luas yang sebelumnya digunakan sebagai tempat para mahasiswa tidur. Tapi sekarang akan kosong, karena Langit, Haris dan Rio bisa menempati kamar tidur yang lainnya.
"Kita mulai dari mana untuk memecahkan misteri ini?"
Rio tampak bersemangat sekali. Apalagi setelah dirinya mendapat jatah kekuatan. Jatah..?. Oh Tuhan.., itu seperti pembagian sembako yang konsepnya siapa cepat dia dapat. Hahaha Rio tertawa sendiri atas pemikirannya.
"Siapa cepat dia dapat" gumam Rio
"Apa?" Haris seprti mendengar jika Rio mengatakan sesuatu.
"Siapa yang ingat urutan saat kita terjebak dilumpur?" sepertinya Rio memiliki pemikiran akan satu hal.
"Maksudnya?" Sarah dan yang lainnya tidak mengerti apa yang Rio ingin coba sampaikan.
"Setelah Reta siapa yang selanjutnya terjebak didalam lumpur?" Rio ingin sekali membuktikan apakah dugaannya benar.
"Aku" Sarah menunjuk dirinya sendiri.
"Setelahnya?" tuntut Rio
"Haris berusaha menarik tanganku, setelah itu...bukannya kamu menarik tangan Reta dan kita berempat terjebak" Sarah menjawab seraya mengingat kejadian tempo hari.
"50%"
"Apa yang 50%?" kali ini Reta yang membuka suara. Dia sedikit kesal sebenarnya Rio ini ingin mengatakan apa. Kenapa berputar-putar dan terkesan main tebak-tebakan.
"Kebenaran atas dugaanku"
"Apa sih. Kamu menduga apa?. Yang jelas jangan mengawang-ngawang" Reta benar terlihat kesal dibuatnya.
"Kamu tambah manis kalau lagi ngomel" Rio nyengir memperlihatkan tampang manisnya yang begitu saxy.
Masih sempat saja dirinya menebar gombalan disaat serius seperti ini. Percayalah wajah Reta seketika memerah. Entah karena marah atau tersipu dengan gombalan receh yang Rio lontarkan.
Semua yang ada di sana tampak tersenyum melihat tingkah sepasang anak manusia yang kebetulan memiliki inisial yang sama.
"Langit mendapatkan jatah kekuatan pertama kali, setelah itu Clara lalu aku" Rio langsung memasang tampang seriusnya.
"Kita urutkan yang masuk pertama Reta, kemudian Sarah, Haris lalu aku dan selanjutnya Clara dan Langit" Rio menunjuk pada temannya satu persatu.
"Jika menggunakan konsep jatah bagi sembako, maka siapa yang pertama dapat kekuatan itu, harusnya kamu" jari telunjuk Rio mengarah pada Reta.
Tapi anehnya. Semua orang yang awalnya serius kini berubah pias. Konsep jatah bagi sembako yang digunakan Rio menyita perhatian. Kenapa masuk dalam pembahasan mereka. Apa hubungannya dengan semua ini. Percayalah diantara makhluk yang ada, Reta yang paling ingin melempar kepala Rio.
"Oh My God. Apa-apaan dengan bagi sembako?. Kamu ini sebenarnya kenapa?. Apa karena bisa melihat dalam gelap jadi kamu berniat untuk bagi-bagi sembako dalam kegelapan dan siapa cepat dia dapat, begitu?" Reta tidak dapat menahan kekesalan nya lagi.
"Gak mesti gelap manis, terangpun tetap siapa cepat dia dapat"
Oh Tuhan. Rio malah serius menanggapi omelan Reta.
Clara dan yang lainnya saling pandang bahkan tertawa kecil, Langit geleng-geleng kepala melihatnya.
"Jelaskan, apa dugaan mu?" Langit bersuara
Rio segera kembali ke mode serius cek. Dan menjelaskan dugaan yang ada di dalam pikirannya.
"Menurut ku, kita mendapat jatah kekuatan berbanding terbalik dengan urutan kita saat terjebak dilumpur. Kamu pahamkan maksudku, Lang?"
Langit terdiam. Seprtinya dia sedang memikirkan apakah dugaan Rio benar.
"Selanjutnya Haris?"
"Hmm..." Rio menganggukan kepalanya
"Kenapa denganku" Haris yang merasa namanya disebut buka suara.
"Mendapat jatah kekuatan selanjutnya"
Reta yang mendengar Rio mengatakan kalau Haris orang yang berikutnya akan mendapat kekuatan mengangkat sebelah alisnya. Kenapa Haris? Kenapa tidak dirinya atau Sarah.
"Kenapa Haris?" kerena tidak tahan menyimpan akhirnya dia bertanya.
"Karena kamu terakhir, manis" sungguh nampaknya Rio sekarang suka sekali menggoda Reta, dengan memasang wajah tengilnya membuat Reta mendengus kesal.
"Setelah itu apa baru aku?" Sarah sepertinya mulai memahami arah pembicaraan,dan Rio pun menganggukan kepala.
"Bagaimana kalau Haris belum menyadari kekuatannya, berarti Sarah dan Reta tidak akan memiliki kekuatan?"Clara memiliki pemikiran jika Haris tidak cepat menyadari maka sampai saat itu Sarah dan Reta tidak akan memiliki kekuatan.
"Bukan menyadari tapi mendapatkan jatah. Sesuai konsep jatah bagi sembako. Jadi Haris akan mendapatkan jatahnya. Setelah itu baru Sarah dan Reta"
"Dengan sendirinya kita akan menyadari kekuatan kita masing-masing" tambah Langit pada penjelasan Rio
"Kita akan mulai mencari jawaban dari TKP" lanjut Langit.
TKP. Tempat kejadian perkara. Kenapa sekarang berubah ganre jadi detektif setelah tadi bagi sembako. Reta tidak habis pikir dibuatnya.
"Kita akan datang kembali ke lokasi. Kita coba cari sesuatu disana mungkin akan mendapatkan petunjuk" Langit berencana mengajak yang lainnya untuk kembali ke lokasi lumpur tempat kejadian pertama kali mereka mengalami hal aneh.
"Sekarang?" tanya Clara.
"Kamu sudah makan?" bukannya menjawab Langit malah menanyakan hal lain.
Diantara wajah lain yang biasa saja, dapat terlihat raut Reta yang memutar bola matanya ketika mendengar pertanyaan Langit. Entah kenapa dia kesal saat Langit bicara. Dia juga kesal saat Rio bicara semakin bertambahlah rasa kesalnya setelah mendengar dirinya orang terakhir yang akan mendapat jatah kekuatan. Jatah?kenapa kepalanya tiba-tiba memikirkan konsep jatah. Sial. Reta merutuk dalam pikirannya.
"Semua sudah sarapan pagi, kecuali kamu"
Mereka memang sudah sarapan bersama sebelum dosen dan mahasiswa kembali kekota, tapi tidak dengan Langit Pagi pagi sekali dosen pembimbing mengajaknya pergi keluar. Entah kemana Clara hanya bisa menduga jika itu adalah hal penting karena Langit dan pak dosen sampai melewatkan sarapan pagi mereka.
"Aku sudah makan sayang, bersama pak Amar diwarung ujung jalan"
Clara hanya menganggukan kepalanya, ingin sekali dirinya protes atas panggilan Langit apalagi melihat semua temannya menatap mereka dengan tatapan yang membuat dia malu saja. Tapi lidahnya kelu untuk protes pada Langit seperti yang biasa ia lakukan.
"Sekarang saja kita keTKPnya!"
Reta langsung berdiri dari duduknya, bersiap untuk pergi ke TKP. Oh shit. Reta langsung mengacak rambut pendeknya. Sekarang malah konsep TKP Langit yang ada di kepalanya.
Semua ikut berdiri menyusul Reta untuk bersiap pergi kelokasi kawasan air terjun. Sepertinya lebih cepat lebih baik karena mereka hanya memiliki waktu satu minggu. Selanjutnya mereka semua akan disibukkan dengan tugas kuliah yang menggunung.
Mereka menuju lokasi air terjun menggunakan sepeda motor yang sebelumnya memang sudah disewa saat melakukan riset. Langit hanya perlu memperpanjang sewa rumah beserta tiga sepeda motor untuk keperluan transportasi selama mereka berada di desa Sureti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Anita Jenius
Aku mampir kak.
lanjut ceritanya ya.
2024-04-03
1
Suryavajra
wah.. kayaknya ini clue...
2024-03-31
1
Rona Risa
keren ceritanya kak... gak ketebak 👏👏👏
2024-03-28
1