"Sayang, ini tidak benar. Tidak ada hal seperti itu di dunia nyata" Langit kekeh ingin mereka segera pulang.
"Tidak benar bagaimana. Jelas kamu melihatnya sendiri, yang lainnya juga melihat" balas Clara. Dia bahkan tidak protes lagi dengan panggilan sayang Langit padanya.
"Coba lagi saja" Reta memberi saran agar Clara mengulanginya.
Dan benar saja Clara menyambutnya semangat. "Aku akan mencobanya" Langit terlihat frustasi dengan keinginan wanitanya.
Clara meminta yang lainnya untuk sedikit menjauh. Dia bersiap untuk mencoba kekuatan barunya. Sungguh ia benar sangat meyakini bahwa dirinya memiliki kekuatan.
Hampir lima kali sudah Clara memukulkan telapak tangannya pada permukaan air. Tapi kenyataan yang ada tidak sesuai harapan.
"Lebih fokuskan diri mu, Ra" Sarah memberi saran.
Hingga beberapa kali percobaan, tetap tidak terjadi apapun.
"Sebaiknya kita pulang, ini sudah hampir siang" Langit benar-benar merasa tidak tenang.
"Jangan sampai dosen mencari kita dan menemukan kita berkeliaran disini" tambahnya lagi.
"Sejak kapan kamu peduli pada pendapat orang?"ucap Reta.
Langit hanya membalas dengan tatapan mata yang tajam.
"Perasaan apa yang kamu rasakan saat memukul air pertama kali, Ra?" terlalu lama diam mengamati akhirnya Haris buka suara juga.
"Tadi aku kesal pada Langit, dia mengabaikan ku"
"Wah... Wah... Apa ini. Seorang Langit Putra Nugraha mengabaikan Clara?" malah Reta yang menjawab. Dia kaget, karena si bucin Langit bisa mengabaikan Clara.
Sarah yang berada disampingnya langsung menyikut lengan sahabatnya itu. Menurut Sarah, Reta tidak perlu merespon dalam situasi seperti ini.
"Maka cobalah lakukan dengan perasaan seperti itu" saran Haris.
"Setuju, dan lebih fokuskan lagi dirimu" Rio menambahi. Jujur dia sangat penasaran dengan semua ini.
Clara menarik nafas dan memfokuskan dirinya, mencari rasa kesal pada Langit yang sampai saat ini belum juga menjawab pertanyaannya.
Hingga dirinya memukul permukaan air dan yang terjadi, air itu benar-benar terangkat. Ini sungguh luar biasa. Clara sangat merasa senang sekaligus kaget.
Dia pengendali air.
Clara terus mencoba kekuatannya beberapa kali, mengangkat air dari dasar sungai kemudian menghempaskannya.
"Dirimu pengendali air, Ra" Sarah takjub, sahabatnya sekarang memiliki kekuatan.
"Aku sangat senang dengan kekuatan ini" Clara bersorak riang. Dia berlari menghampiri sahabatnya dan langsung memeluk Sarah dan Reta bersamaan.
"Jadi sekarang kamu dan Langit memiliki kekuatan?" Reta mengatakan hal itu dan semuanya langsung mengarah pada Langit juga Clara.
"Sepertinya begitu" jawab Clara, karena Langit hanya diam saja.
"Apa aku juga memiliki kekuatan?" Reta pikir sepertinya dia juga memiliki kekuatan, karena jika Clara dan Langit bisa kenapa dia tidak.
"Coba saja"
Clara dan Sarah kaget dengan jawaban itu. Bukan pada jawabannya tapi pada orang yang mengatakannya. Dia Rio. Sepertinya dia sudah mulai terkontaminasi dengan khayalan tiga wanita tersebut tentang kekuatan element.
"Jika Clara pengendali air, aku bisa saja pengendali angin"
Reta langsung mengambil persiapan, bergerak seakan-akan dirinya mengumpulkan angin dan dapat mengendalikannya. Dia memutar kedua tangannya dan mengarahkan keberbagai penjuru arah berulang kali, tapi hasilnya nihil. Tidak ada apapun yang terjadi.
"Sepertinya bukan angin... Apa api?"
"Atau mungkin tanah" Rio benar-benar sudah teracuni dengan pemikiran tiga wanita itu.
"Kita harus segera kembali, sudah jam sebelas" melirik jam yang melingkar ditangannya, Langit mengajak mereka untuk kembali
"Tap..." perkataan Reta tidak selesai karena Langit memutusnya.
"Kita akan cari tahu nanti apa yang terjadi. Apakah kebetulan atau ada hal lain"
"Benar. Kurasa sebaiknya kita kembali, kerangku rasanya mungkin sudah membusuk" jawab Sarah.
"Jangan katakan apapun yang terjadi pada kita hari ini dengan orang lain. Kita belum mengetahui kebenarannya" Langit berkata seperti itu pada semua dengan suara tegas tak terbantah.
Mereka semua kembali kepenginapan. Meski sempat mendapat pertanyaan dari dosen pembimbing namun Sarah dan Haris dapat memberi alasan yang masuk akal.
Malam hari selesai makan malam. Mereka semua dikumpulkan oleh dosen pembimbing diruangan yang sangat luas. Bagian depan dari rumah yang mereka tempati. Rumah ini hanya memiliki dua kamar tidur dan itu digunakan oleh para mahasiswi.
"Riset telah selesai. Kita sudah mendapatkan bahan, jadi kita akan membagi kelompok untuk mengembangkan bahan yang sudah didapat" terang seorang dosen laki-laki pada semua mahasiswanya.
"Setelah ini kita mendapatkan hari libur selama satu minggu. Pengembangan bahan akan dilakukan secara berkelompok dengan waktu pengerjaan selama dua minggu,vakan ada dua kelompok. Jadi salah satu kelompok ada yang beranggota tujuh orang"
Clara and the geng berada disatu kelompok yaitu kelompok satu dan tentu sudah dapat dipastikan jika Langit berada di kelompok tersebut. Menyusul Haris yang berada satu kelompok dengan mereka, berbeda dengan Rio, dirinya berada di kelompok dua.
Selesai pembagian kelompok mereka semua bubar untuk beristirahat. Hingga hampir tengah malam rumah tersebut menjadi gelap gulita.
Semua penghuni sudah terlelap kecuali Haris dan Rio, mereka berada didapur, berniat ingin menyeduh kopi dan membahas hal yang menimpa mereka hari ini. Tapi malah gagal karena listrik yang padam.
"Apa tokennya habis?" Haris yang sudah duduk di kursi bersuara.
Rio menyingkap kain jendela dapur, agar bisa melihat keadaan diluar. "Sepertinya tidak, semua gelap gulita"
"Kamu membawa ponsel, nyalakan flashnya "Haris bertanya karena dia tidak membawa ponselnya kedapur.
Rio tidak menjawab, dirinya malah sibuk melakukan sesuatu kemudian membawanya menuju meja makan kecil dimana Haris duduk.
"Minumlah"
"Apa yang mau diminum, gelap seperti ini" mereka malah bertukar suara di kegelapan yang hakiki.
"Kopinya sudah ada di depan mu"
"Jangan bercanda"
"Periksa saja" Rio menjawab sambil menyeruput kopi panasnya sedikit demi sedikit.
Tangan Haris mulai meraba meja didepannya dan benar saja dia mendapati cangkir panas.
"Ini beneran kopi. Kau membuatnya dari tadi?"
"Aku baru saja menyeduhnya"
"Dalam gelap?" tanya Haris heran, bagaimana ceritanya Rio menyeduh kopi dalam keadaan gelap gulita seperti saat ini.
"Hmm..."
"Jangan bercanda, tidak lucu. Cepat nyalakan ponsel mu".
Haris sedikit geram. Selain kesal dia juga mulai merasa sesak karena kegelapan.
"Hahaha aku serius, aku bahkan bisa melihat mu dalam keadaan gelap"
"Jangan bercanda, Rio" tekan Haris.
"Aku tidak bercanda. Aku bahkan bisa melihat ekspresi mu yang terlihat kesal sekarang "
"Kurasa kau mulai terkontaminasi oleh pemikiran Reta" Haris mulai menyamakan Rio dengan Reta yang ingin memiliki hal yang aneh-aneh.
"Reta" gumam Rio.
"Berarti kekuatan ku melihat dalam gelap" Rio masih mengatakannya dengan pelan hingga akhirnya dia bersuara riang.
"Astaga.. Aku juga mendapatkan jatah kekuatan"
"Berhenti bermain-main Rio, nyalakan segera ponsel mu" Haris terlihat menahan amarahnya.
"Baiklah.. Baiklah.. Jangan marah-marah, takutnya kekuatan mu tiba-tiba keluar dan tidak terkendali" Rio pun segera menyalakan cahaya dari ponselnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Bilqies
woow keren 😍😍👍👍
2024-07-28
0
Gita Atria
enak ini kalo ujan ga perlu payung. krn bisa kontrol air😉
2024-07-09
0
Aiyuki
rio kebanyakan nonton last airbender/Facepalm/
2024-06-01
0