'Katanya cuma temen, tapi kok mesra sih' pikir Sassy mencibir. Kata-kata Bian, tidak sesuai dengan kenyataan. Mungkin, ini yang di sebut dengan friend with benefit? Saling menguntungkan, dan tak ada yang di rugikan dalam hubungan itu. Pantas saja Kinan tampak marah, melihat kedekatan Sassy dengan sang bos. Ternyata, ada udang di balik batu.
Sassy tak jadi memasuki ruangan bosnya, ia malah melipir ke ruangan sebelahnya. Di sana, sudah ada teman-temannya yang lain. Sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Namun sebelum ia mendudukkan bokongnya, Kinan sudah memanggilnya.
"Sassy! Pak bos mencari mu" ucapnya. "Sebelum masuk, lebih baik ketuk dulu pintunya" lanjutnya dengan mata mendelik.
"Maaf Mbak, aku kira Pak Bian belum datang" balasnya pelan.
"Jangan di ulangi lagi, gara-gara kamu semua jadi kacau" sungut Kinan.
"Maaf" ucap Sassy lirih dengan wajah menunduk.
Cepat-cepat ia melangkahkan kakinya, di iringi pandangan menghujam Kinan.
"Tok...tok...tok!"
"Masuk Sassy!"
Sambil menunduk, perempuan muda itu memasuki ruangan sang bos. Ia merasa tak enak dengan Bian, karena telah mengganggu kemesraan mereka.
"Kenapa menunduk?" tanya Bian. "Emang kamu, kehilangan uang" lanjutnya menggoda.
"Eh...anu Pak! Saya jadi merasa bersalah, karena sudah mengganggu" ujar Sassy lugas.
"Kamu gak ganggu, tapi menyelamatkan saya" Bian tersenyum simpul, sembari berdiri dari kursinya. "Kalo kamu gak datang, entah apa yang akan terjadi." lanjutnya santai, di masukkan ke dua tangannya ke dalam saku celana bahannya, lalu berdiri membelakanginya.
"Kok bisa gitu, Pak" ucap Sassy tak mengerti.
"Seperti yang kamu tau, Kinan adalah teman semasa kuliah. Hubungan kami hanya lah teman biasa, tetapi saya gak tau tiba-tiba dia memeluk dan mencium" tutur Bian.
"Kenapa bapak, ngomongnya kayak gitu? Kalian berdua, serasi sebagai pasangan. Kenapa harus malu mengakui?"
"Karena yang saya sukai kamu, bukan Kinan" kilah Bian.
"Jangan bikin hati saya melayang, Pak. Kalo pada kenyataannya, hanya pemanis di bibir" sindir Sassy berani.
Sudah tertangkap basah tengah berduaan dengan Kinan, masih saja Bian mengelak. Apa memang, setiap lelaki seperti itu? Senang mempermainkan wanita.
"Saya bersungguh-sungguh, Sassy!"
"Simpan saja, rasa suka bapak pada yang berhak. Saya seorang janda, gak pantas buat lelaki sesukses Pak Bian. Apa kata keluarga bapak?"
"Hati saya, gak ada hubungannya dengan keluarga" jawab Bian tenang. "Atau kamu, masih mencintai mantan suami mu."
"Kenapa bapak berpendapat seperti itu? Enggak ada kaitannya dengan Aidan, dia hanya bagian dari kisah masa lalu" ucap Sassy tegas.
Selama lima tahun ini, orang selalu menanyakan tentang keputusannya untuk sendiri. Menjadi seorang janda bukanlah aib, selama dapat menjaga tingkah laku. Namun terkadang terbersit keinginan, untuk kembali merajut rumahtangga. Tapi pengalaman masa lalu, masih terus menghantuinya. Terkadang Rian mengoloknya belum bisa move on, dan menyodorkan beberapa temannya sebagai pengganti Aidan. Tetapi sekali lagi, menjadi janda adalah pilihannya.
"Kalo Aidan adalah masa lalu kamu, maka biarkan saya jadi masa depan mu" suara lembut Bian, mengalun di telinga Sassy. Menyadarkannya, dari lamunan sesaat.
"Biarkan saya menata hati terlebih dahulu, agar cinta baru yang hadir dapat tumbuh dan berkembang tanpa ada rintangan dari yang lain."
"Jadi, kamu mau menerima saya?" lelaki berjambang tipis itu, terlihat bahagia. Ia membalikkan tubuhnya, dan menatap tepat ke dalam netra coklat Sassy.
"Belum. Karena saya harus yakin, bahwa pilihan kali ini gak akan menyakiti kembali. Mungkin Pak Bian, akan berpikir saya teramat sombong? Janda aja sok-sokan, pasti itu yang terbersit di benak anda. Tetapi kembali lagi, saya adalah perempuan yang pernah tersakiti. Saya di tampar dan di permalukan di depan umum, untuk bangkit pun rasanya teramat sulit. Saya harus bolak-balik ke psikiater, untuk mengobati trauma. Itulah mengapa saya pergi ke ujung pulau Jawa?" tutur Sassy panjang lebar. Puas rasanya bisa mengeluarkan uneg-uneg, yang selama ini selalu ia pendam.
"Saya akan berusaha mengobati luka hati kamu, dengan menyirami dengan banyak-banyak cinta" canda Bian, mengurangi ketegangan di dalam ruangan.
"Makasih. Tapi saya gak pantas bersanding, dengan Pak Bian yang terhormat..."
"Manusia, di mata Tuhan sama kedudukannya" potong Bian cepat. "Saya yang menilai, seberapa pantas diri mu? buat seorang Bian yang gila kerja. Jadi, pikirkanlah keinginan saya ini. Jangan kamu jawab sekarang, saya akan memberi kamu waktu."
Sassy menggeleng tidak berdaya, untuk menolak keinginan sang bos. Menerima juga, tentu resikonya besar. Bian bukan dari kalangan biasa, sama seperti Aidan mantannya. Tentu ada kriteria khusus, yang keluarga Bian inginkan. Dan statusnya sebagai seorang janda, bukanlah termasuk di dalamnya. Jadi Sassy akan mengabaikan permintaan Bian, sekali pun ia harus keluar dari tempat kerjanya.
"Sekarang kita mulai bekerja, mana proposal penawaran kerjasama dengan PT bintang mulia?" tanya Bian, kembali menanyakan tentang pekerjaan.
Sassy bersyukur sang bos bertindak profesional, ia akan merasa canggung bila terus menerus membahas soal pribadi.
Sementara di ruangan lain, Kinan uring-uringan gak jelas. Ia kesal, karena gagal bermesraan dengan Bian. Hubungannya selama ini dengan teman sekaligus bosnya, memang bisa dikatakan hanya pekerjaan saja. Tetapi ia mencoba merayu bosnya, dengan pura-pura menanyakan tentang hal yang tidak di mengerti tentang isi proposal promosi. Kinan tadi sudah berhasil memperdaya Bian, tetapi kehadiran Sassy membuat semuanya berantakan.
"Kenapa muka kamu di tekuk, gitu?" tanya Wiwit, yang datang dengan beberapa lembar kertas di tangannya. "Apa, kamu belum sarapan?"
"Aku lagi pusing, Mbak Wit" jawab Kinan ketus.
"Pusing kenapa?" tanyanya lagi. "Enggak usah pusing-pusing mikirin negara, udah ada yang menangani. Nih proposal yang mesti di tandatangani Pak bos, daripada duduk bengong dengan pandangan kosong kayak kucing kehilangan ikan asin."
"Mbak Wit, kok gitu!?" sergah Kinan galak.
"Abisnya, kamu gak jelas. Pagi-pagi udah marah-marah gak karuan, lama-lama kamu tua sebelum waktunya."
"Ish, Mbak Wit ini bukannya bantuin..."
"Apa yang mesti aku bantu?" tanya Wiwit, memotong ucapan Kinan. "Kalo aku bisa, tentunya dengan senang hati ku bantu" Muka Wiwit yang bulat, terlihat bingung. Ia menopangkan tangannya, di atas meja kerja Kinan.
"Ah, kayaknya aku salah minta pertolongan" ucap Kinan, sambil tertunduk pasrah.
"Kenapa? Enggak percaya sama aku, atau kamu menyangsikan pertemanan kita" ucap Wiwit agak keras.
"Bukan begitu? Soalnya ini rahasia, aku takut kedengaran sama yang lain" bisik Kinan di telinga Wiwit.
"Rahasia apaan, sih?" tanya Wiwit penasaran, ia yang dasarnya suka kepo dengan urusan orang lain, tanpa sadar mencengkram tangan Kinan.
"Tapi jangan sampai yang lain tau, bisa berabe kalo nantinya jadi gosip."
"Iya, percaya sama Wiwit" ucapnya meyakinkan.
"Aku tadi berhasil mencium Pak bos..."
"Apa? Bagaimana bisa?" tanya Wiwit, kurang percaya dengan keterangan Kinan. "Si bos kan, orangnya dingin!"
"Di tangan Kinan, apa sih yang gak bisa?!"
"Aku percaya deh, apalagi kamu kan yang paling dekat dengan Pak bos. Terus reaksinya gimana? Pak Bian balik menyerang kamu, atau marah besar."
"Belum sempat si bos membalas, keburu Sassy datang. Perempuan itu, mengacau rencana ku!" ujar Kinan marah.
"Jadi kalian tertangkap basah?!" ucap Wiwit terkejut. "Sabar sist, pasti ada hari dimana kamu bisa mewujudkan keinginan mu?" hibur Wiwit.
"Aku jadi malu sama Bian, mau ditaruh di mana muka ini?"
"Hehe! Taruh aja, pada tempatnya."
"Sialan!" hardik Kinan keki.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Uthie
murahan 😌
2024-06-10
0