Bab 3 : Bertemu Mantan

Entah sudah berapa lama, Sassy tertidur di kasur empuknya. Ketika ia terbangun matahari telah bersinar terang, memasuki jendela kamarnya yang terbuka lebar. Setelah tadi subuh Sassy menunaikan ibadah sholat, ia tertidur kembali karena kecapean. Ia memandangi seisi kamarnya, yang tidak berubah semenjak masih belum menikah. Ibunya memang membiarkan setiap barang pada tempatnya, tidak merubah tata letak maupun isinya.

Hari ini Sassy memang ingin bermalas-malasan, setelah melakukan perjalanan panjang dari Surabaya menuju tempat orangtuanya berada. Sedih hatinya mengingat sudah lima tahun ia bermukim di kota yang di juluki kota pahlawan itu, meninggalkan semua pencapaiannya di sana beserta teman-temannya yang sudah dianggapnya seperti saudara.

Hatinya yang semula rapuh, sedikit demi sedikit mulai dapat tertata kembali. Namun saat melihat Aidan bersama wanita lain, kembali luka itu berdarah. Pernikahan yang di jalani Sassy, hanya mampu bertahan satu tahun lamanya. Ketika badai itu menghempaskan bahtera rumah tangganya, seketika kapal oleng hingga karam di lautan. Sebagai nakhoda yang memimpin kapal, Aidan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

Memang pada awalnya Sassy ragu, untuk meneruskan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Perbedaan sosial yang teramat tinggi, membuat keadaan menjadi timpang. Sassy hanya karyawan biasa dibagian administrasi ringan, harus bersanding dengan Aidan yang seorang manager keuangan di perusahaan mereka kerja kala itu.

Namun Aidan mampu meyakinkannya, untuk meneruskan kisah cinta mereka. Hingga akhirnya Sassy luluh dan mengiyakan ajakan itu. Namun tidak semudah membalikkan telapak tangan, ternyata semesta belum berpihak. Terlalu banyak orang, yang ikut campur dalam perjalanan asmara dua insan berbeda strata sosial tersebut. Ibu mertuanya, juga keluarga besar Aidan.

Pada akhirnya, Sassy menyerah sebelum sampai ke tujuan. Pernikahan mereka, hanya bertahan satu tahun lamanya. Ia menyerah kalah pada keadaan, menangis pasrah dalam rengkuhan sang Ibu.

"Tok...tok...tok!" ketukan di pintu kamarnya terdengar, lalu perlahan terbuka lebar. Wajah teduh sang Ibu, terlihat memasuki kamar. "Sudah bangun, nak" sapanya lembut.

"Udah Bu, tapi masih mager" balas Sassy, sambil merentangkan kedua tangannya.

"Jangan malas-malasan, ini udah siang lho" Bu Wina menasehati putrinya, sembari duduk di sisi pembaringan.

"Lima menit lagi ya, Bu" rajuk Sassy, sembari menaruh kepalanya di pangkuan Ibunya.

"Hadeuh, gak berubah juga kelakuan kamu" ucap Wina, mengelus sayang surai hitam Sassy. "Gimana kabar keluarga di Surabaya? Apa mereka sehat semua?" tanyanya menatap mata terpejam sang putri.

"Alhamdulillah, semua sehat Bu. Mereka juga titip pesan, kapan Ayah dan Ibu pulang kampung?"

"Insyaallah lebaran tahun ini, kita sekeluarga bisa mudik."

"Oo ya Bu, kemaren aku liat Aidan di stasiun kedatangan. Tapi, dia gak sendirian." ucap Sassy, dengan nada getir. Ia mengangkat kepalanya dari pangkuan Ibunya, lalu duduk di head board.

"Apa kamu masih mencintai, Aidan?" tanya Wina menelisik raut wajah Sassy.

"Lima tahun aku mencoba melupakannya bu, tetapi kemarin saat melihat wajahnya..." Sassy menjeda kalimatnya. "Entahlah..." lanjutnya lesu.

"Berarti, kamu masih mencintainya" tebak Wina tersenyum penuh arti.

"Aku pikir jarak dan waktu yang memisahkan kami berdua, bisa mengikis rasa cinta itu. Ah, tapi rasanya aku lancang sekali bu" keluh Sassy frustrasi. "Aidan sudah melupakan diriku, dan mendapatkan gantinya. Cinta yang dulu menggebu, tersapu angin dalam sekejap waktu. Tapi memang bukan salah Aidan, aku yang terlalu besar mencintainya sehingga semesta merenggutnya paksa dari ku."

"Kenapa waktu itu, gak kamu katakan apa yang sebenarnya terjadi?"

"Aku sudah berusaha, Bu. Tetapi Aidan mempercayai semua ucapan Cindy, sepupunya."

"Jadi apa yang akan kamu lakukan, seandainya bertemu Aidan? Kalian tinggal di kota yang sama, satu waktu pasti akan bertemu."

Sassy menghela nafas panjang, menatap jari manisnya yang kini tanpa ada cincin belah rotan tersemat di sana. "Enggak tau, Bu. Mungkin aku akan menyingkir menjauh. Apalagi, Aidan sudah bahagia dengan pasangan barunya!? Sementara aku masih diam di tempat, tanpa tau apa yang harus di lakukan."

"Ya udah kalo gitu, kamu mandi dulu. Ayah mu, ingin berbicara dengan mu."

"Ada apa sih, Bu? Aku jadi takut, Ayah akan menjodohkan ku dengan anak temannya."

"Hust! Jangan suudzon, mungkin beliau punya nasehat untuk bisa melupakan mantan mu. Cepetan, nanti Ayahmu keburu pergi ke rumah kakak mu."

"Ih Ibu kok gitu, sih!" rajuk Sassy manja, namun ia menuruti perintah Ibunya untuk segera membersihkan diri dan segera menemui ayahnya.

     ****

Benar apa yang menjadi prediksi Sassy, ia sudah khatam dengan kelakuan Ayahnya. Karena sudah beberapa kali, beliau selalu mendekatkan dia pada putra dari teman-temannya. Bukan hanya Ayahnya, tetapi kakaknya pun ikut andil di dalamnya. Dengan harapan Sassy bisa memilih satu diantaranya, dan melupakan bajingan seperti Aidan. Sebagai anak yang berbakti, ia hanya mengiyakan saja.

Setelah mendapat wejangan dari sang Ayah, ia pamit ingin menegok huniannya yang dulu. Sassy ingin melihat-lihat rumah, yang di berikan mantannya. Rumah impiannya, yang sudah sekian lama ia tinggalkan.

Dengan mengendarai sepeda motor, ia melaju membelah jalanan yang lengang. Tiba di tempat yang di tuju, rumah dalam keadaan rapih juga bersih. Mungkin Ayahnya, yang meminta orang untuk membersihkannya. Sassy mengeluarkan kunci, dan segera membuka pintu rumah. Begitu pintu terbuka lebar, bau apek bertebaran dimana-mana. Di bukanya semua jendela kaca, juga kamar-kamar yang pintunya tertutup rapat. Begitu pun dengan lantai dua, debu-debu menempel di susuran tangganya.

Rumah pemberian Aidan ketika mereka bercerai, adalah sebuah hunian yang cukup nyaman dan asri. Rumah minimalis berlantai dua yang elegan, lokasinya berada di sebuah perumahan elite. Dengan keamanan yang terjamin, dan penghuninya kebanyakan adalah pasangan muda. Hadiah cukup mahal buat Sassy, yang hanya seorang wanita dari kalangan menengah. Buat Aidan mungkin tidak seberapa, tetapi sangat berharga baginya. Awalnya ia enggan menerima pemberian mantannya, tetapi Aidan bersikeras memaksa.

Sassy berniat menempatinya, dan keluar dari rumah orangtuanya. Karena bila ia masih di sana, bukan tidaknya mungkin Ayahnya akan memaksanya menerima lelaki yang di sodorkan beliau. 'Huh! Hidup sungguh rumit.' Untuk saat ini, Sassy hanya ingin hidup sendiri. Esok atau lusa, seandainya ia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan jodoh kembali. Sassy hanya ingin, berjalan sesuai alur yang sudah Tuhan takdirkan.

Rumah masih dalam keadaan kosong melompong, tanpa ada perabotan. Ia berniat membeli barang-barang, untuk melengkapi isi rumahnya. Sambil bersandar di tembok depan rumah, Sassy menghubungi sang kakak. Tetapi panggilannya tidak terjawab, barangkali Rian masih sibuk di restoran miliknya. Saking asyiknya mengutak-atik gawainya, ia tidak menyadari seorang pria gagah keluar dari mobil sportnya. Ketika pria itu berdehem, barulah ia menyadari keberadaannya yang tidak sendiri.

"Eghm!"

"Kamu !" pekik Sassy tertahan. "Apa yang kamu lakukan di sini, Aidan?" tanyanya setelah tersadar dari keterkejutannya. Ia tak menyangka, akan begitu cepat bertemu dengan sang mantan.

"Jangan ge-er, babe!" seringai Aidan dengan senyum jenaka, memindai Sassy dari atas ke bawah berulang-ulang. "Kamu agak kurusan, tapi masih tetap cantik sekaligus menawan seperti yang terakhir ku ingat dulu" tambahnya merayu.

"Huh!" dengus Sassy jengkel. "Simpan saja rayuan mu, aku gak butuh" sentak Sassy galak.

"Tapi dulu, kamu seneng aku gombalin."

"Berisik! Kamu belum jawab pertanyaan ku" ucap Sassy, sembari bersedekap.

"Pertanyaan yang mana?" Aidan berlagak lupa.

"Ah, lupakan saja!"

Aidan memasuki rumah pemberiannya dulu, ia memindai sekelilingnya dengan mata tajamnya. "Hmm, bagaimana kamu suka dengan rumahnya?" tanya Aidan, melirik Sassy yang mengikutinya dari belakang.

"Lumayan lah, sebagai kompensasi dari tuduhan mu yang gak berdasar" sindir Sassy telak.

"Kenapa kamu ngomongnya begitu?" tanya Aidan, sembari menyipitkan matanya. Ia membalikkan badannya, berhadapan dengan perempuan yang pernah menjungkirbalikkan dunianya.

Sassy mengangkat bahunya lelah, harus kembali mengingat kejadian yang sudah berlalu. "Lebih baik kamu pulang, Aidan. Keberadaan mu di sini, hanya menggali luka lama" ucapnya lirih.

"Oke, aku pulang. Tapi aku masih menunggu, keterangan dari mu" Aidan berbalik pergi, meninggalkan mantan istrinya yang masih ia cintai itu. Lima tahun lalu, mungkin ia terbawa emosi. Lebih mendengarkan satu pihak saja, tanpa mau berkompromi lagi.

      ****

Terpopuler

Comments

Putu Suciptawati

Putu Suciptawati

akak cantik ada typo sassy jadi aina.... jadi inget aina larasati😀

2024-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Kembali Pulang
2 Bab 2 : Nyaris bertemu
3 Bab 3 : Bertemu Mantan
4 Bab 4 : Duh... Mantan!
5 Bab 5 : Godaan Mantan.
6 Bab 6 : Mantan yang semakin terdepan.
7 Bab 7 : Mantan menyebalkan.
8 Bab 8 : Tamu tak di undang
9 Bab 9 : Melabrak mantan
10 Bab 10 : Tawaran Kerja
11 Bab 11 : Hari pertama kerja
12 Bab 12 : Bos dingin dan Sekretaris resek
13 Bab 13 : Kembalinya sang pengganggu
14 Bab 14 : Mencari kebenaran
15 Bab 15 : Bertemu mantan mertua
16 Bab 16
17 Bab 17 : Tawaran perjodohan
18 Bab 18 : Kemarahan Aidan
19 Bab 19 : Kecemburuan Clara
20 Bab 20 : Tertangkap basah
21 Bab 21 : Proposal
22 Bab 22 : Gosip panas
23 Bab 23 : Konfrontasi
24 Bab 24 : Ujian jelang pernikahan
25 Bab 25 : Tentang rasa
26 Bab 26 : (Masih) Tentang rasa
27 Bab 27 : Tertekan
28 Bab 28 Ternyata mimpi
29 Bab 29 : Persiapan hari bahagia
30 Bab 30 : Party
31 Bab 31 : Ambyar
32 Bab 32 : Rumit
33 Bab 33 : Salah paham
34 Bab 34 : Berbaikan
35 Bab 35 : Kacau
36 Bab 36 :
37 Bab 37 : Video viral
38 Bab 38 : Sah
39 Bab 39 : Trouble maker
40 Bab 40 : Unboxing
41 Bab 41 : Kena batunya
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Announcement!!
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Announcement
83 Announcement!
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1: Kembali Pulang
2
Bab 2 : Nyaris bertemu
3
Bab 3 : Bertemu Mantan
4
Bab 4 : Duh... Mantan!
5
Bab 5 : Godaan Mantan.
6
Bab 6 : Mantan yang semakin terdepan.
7
Bab 7 : Mantan menyebalkan.
8
Bab 8 : Tamu tak di undang
9
Bab 9 : Melabrak mantan
10
Bab 10 : Tawaran Kerja
11
Bab 11 : Hari pertama kerja
12
Bab 12 : Bos dingin dan Sekretaris resek
13
Bab 13 : Kembalinya sang pengganggu
14
Bab 14 : Mencari kebenaran
15
Bab 15 : Bertemu mantan mertua
16
Bab 16
17
Bab 17 : Tawaran perjodohan
18
Bab 18 : Kemarahan Aidan
19
Bab 19 : Kecemburuan Clara
20
Bab 20 : Tertangkap basah
21
Bab 21 : Proposal
22
Bab 22 : Gosip panas
23
Bab 23 : Konfrontasi
24
Bab 24 : Ujian jelang pernikahan
25
Bab 25 : Tentang rasa
26
Bab 26 : (Masih) Tentang rasa
27
Bab 27 : Tertekan
28
Bab 28 Ternyata mimpi
29
Bab 29 : Persiapan hari bahagia
30
Bab 30 : Party
31
Bab 31 : Ambyar
32
Bab 32 : Rumit
33
Bab 33 : Salah paham
34
Bab 34 : Berbaikan
35
Bab 35 : Kacau
36
Bab 36 :
37
Bab 37 : Video viral
38
Bab 38 : Sah
39
Bab 39 : Trouble maker
40
Bab 40 : Unboxing
41
Bab 41 : Kena batunya
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Announcement!!
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Announcement
83
Announcement!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!