Sassy tak menyadari kepergian Aidan, tersentak ketika bantingan pintu mobil terdengar di telinganya. 'Astaga! Ternyata, Aidan begitu temperamental' celoteh hatinya terkaget-kaget. Dulu Aidan begitu lemah lembut, tetapi seiring waktu berjalan sifatnya berubah menyebalkan.
Mimpi apa ia semalam? Sampai bertemu dengan sang mantan, begitu cepat dari perkiraannya. Barangkali, hati mereka diam-diam saling merindukan? Atau memang Sang khalik, tengah mempermainkan perasaan dua insan yang pernah saling menyayangi itu.
"Sedang apa kamu, dek?"
"Mas Rian, ngagetin aja!"
"Lho, kok malah sewot sih. Seperti, habis ketemu mantan" ucap Rian menggoda sang adik.
"Mas Rian tau?!" mata indah Sassy melebar, tak percaya dengan pendengarannya.
"Emang, benar kamu ketemu mantan" selidik Rian penasaran.
Sassy menggangguk mengiyakan, berbohong tak pernah ada dalam kamus hidupnya. Apalagi kakaknya, sudah hafal dengan semua kelakuannya. Ia tidak pandai menutupi rahasia dari keluarganya, sekalipun itu tersembunyi di sudut hatinya yang terdalam.
"Apa maunya bajingan itu? Apa perlu, Mas Rian memperingatkan Aidan?" tanyanya dengan nada suara naik beberapa oktaf.
"Aku belum perlu, Mas. Lagipula, Aidan hanya lewat. Jadi gak sengaja kami bertemu."
"Kalo Aidan sudah mulai macam-macam, ngomong sama Mas."
"Mas Rian, aku udah dewasa. Jangan takut, i'm a big girl now!"
"I know Sassy" Rian mengusap lembut kepala adiknya. "Yuk, pulang!"
"Mas, jangan bilang Ayah kalo aku ketemu dengan Aidan" ucap Sassy, sembari menarik tangan Rian yang berjalan mendahuluinya.
"Oke! Untuk saat ini, gak akan bilang. Tapi kalo Aidan sengaja mengganggu mu, itu lain persoalannya. Dia harus berhadapan dengan, Mas" dengusnya kesal.
"Iya...iya, terserah Mas Rian ajalah!"
Huh, memang mantan ibaratnya seperti setan. Kedatangannya tidak terlihat, tapi mampu membuat keadaan menjadi horor. Tegang, sampai bulu-bulu meremang karena ngeri. Tapi Aidan bukan sejenis makhluk halus, yang kehadirannya tidak terdeteksi. Lelaki itu hanya memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sehingga lawannya menjadi gentar.
Sejak dulu, Sassy begitu mengagumi sosok Aidan yang dewasa. Ia mampu membimbingnya, menjadi wanita yang lebih baik. Tetapi rasa kagumnya sedikit demi sedikit mulai terkikis, oleh sikap dan sifat yang mulai berubah.
****
Keesokan harinya, Sassy kembali mendatangi rumahnya. Kali ini, ia mengajak serta bik Marni untuk bersih-bersih. Bik Marni juga, yang akan menemaninya menempati rumah barunya. Orangtuanya khawatir, bila ia tinggal sendirian. Untuk masalah perabotan pengisi rumahnya, Sassy mempercayakan sang Ibu untuk memilihkannya.
"Bik Marni, bagian atas beberesnya sedangkan aku di halaman" ucap Sassy memberi tahu.
"Siap Non!" balas Bik Marni sigap.
Sassy mulai mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh, serta menyapu seluruh halaman. Tidak terasa waktu cepat berlalu, perutnya sudah mulai keroncongan. Ia mengambil gawainya, yang di taruh di saku celana kulotnya. Lalu, memesan makanan lewat jasa online. Sambil menunggu makanan datang, ia menyibukkan diri dengan membuka-buka laman sosial media.
"Assalamualaikum... tetangga baru" salam lembut dari arah depan rumahnya, membuatnya menengadah mencari sumber suara.
Sassy yang sedang sibuk dengan gawainya, melihat seorang wanita datang menyapanya.
"Oh, waalaikum salam" balasnya, sembari menghampirinya. "Masuk dulu, Bu" tawar Sassy sopan.
"Makasih Mbak, di sini saja. Saya mau ke toko di seberang itu, pas liat ke sini sudah ada penghuninya. Perkenalkan saya Sinta, ibu RT di perumahan ini. Mbak baru pindahan, ya!" tebaknya sumringah. Wanita didepannya mengulurkan tangannya, sebagai tanda perkenalan. Perempuan berjilbab itu, tampak lebih tua darinya namun memancarkan aura lembut.
"Iya Bu. Tapi mungkin baru minggu depan saya pindahnya, sekarang hanya bersih-bersih aja. Ibu tinggal di sebelah mana?"
"Saya tinggal di ujung jalan itu, rumah berlantai tiga dengan cat putih" tunjuknya memberi informasi.
"Saya pasti akan ke sana, untuk menyerahkan surat pindah" ucapnya sopan.
"Saya tunggu kedatangannya, Mbak!"
"Iya Bu."
"Di tinggal dulu, ya. Sampai ketemu lagi nanti!"
Sassy hanya menggangguk, dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya. Menatap kepergian wanita anggun dengan jilbab lebar itu, sampai tidak terlihat di pandangan matanya. Kembali ia meneruskan sesi beres-beresnya, sampai seorang pria perlente mendatanginya.
"Perlu bantuan, nyonya" suaranya begitu dalam dan menggoda, membuat bulu kuduk Sassy meremang. Tak perlu ia melihat, karena sudah tau siapa yang datang.
'Duh... mantan, membuat kesal sekaligus sebal' gerutu hati Sassy gemas.
"Kenapa cuma bengong liatin aku ? Suruh masuk kek, atau tiba-tiba kehilangan pita suara" lanjutnya lagi, dengan cengiran menggoda.
"Aku gak butuh bantuan kamu...!"
"Tapi dulu, kamu tergantung banget sama aku" selanya cepat, memotong kalimat Sassy.
"Huh!" dengus Sassy, sembari memalingkan wajahnya. "Itu dulu! Jangan di bandingkan dengan saat ini" ia melipat tangannya di dada, dengan pandangan sinis. "Ada perlu apa kemari? Perasaan, aku gak ngundang kamu."
"Memang sih, tetapi sebagai tetangga sekaligus mantan yang pernah hidup bareng dengan kamu, kali aja kamu butuh tenaga buat bantu-bantu angkat barang-barang berat?!"
"What! tetangga kata mu?" mata Sassy melotot sempurna, hampir saja keluar dari kelopaknya ketika mendengar ucapan Aidan.
"Ya, kamu lihat rumah berpagar hitam itu" tunjuk Aidan. "Itu rumah ku!"
"Sejak kapan kamu membelinya?" tanyanya, sembari mengikuti arah telunjuk Aidan.
"Saat kita bercerai, dan kamu pergi meninggalkan ku."
"Sudah berapa lama, kamu menempatinya?"
"Lebih kurang lima tahun, aku keluar dari rumah orang tua."
"Kenapa bukan sejak dari dulu? kamu pergi dari situ."
"Karena, aku belum mampu ketika itu. Sekarang aku punya usaha sendiri, gak kerja lagi di perusahaan orang lain."
"Selamat kalo gitu, berarti kamu sudah bisa mandiri. Oo ya, ku dengar kamu juga sudah bertunangan. Kapan hari bahagianya tiba? Jangan lupa, undang-undang aku."
"Tentu saja. Aku pastikan, kamu mendapatkan yang pertama" ucap Aidan, dengan wajah menggoda. "Btw, kamu gak mempersilahkan aku masuk. Kerongkongan ini, rasanya kering" sambungnya sambil mengusap-usap lehernya.
"Buat apa? Rumah mu, hanya lima langkah dari sini. Lagipula kita udah mantan, jangan meminta apa-apa lagi dari ku."
"Oho... rupanya kamu cemburu ya!?"
"In your dream, sir! Enyahlah dari hadapan ku!" usir Sassy galak.
"Oke...Oke! Tapi kalo sewaktu-waktu aku perlu sesuatu, jangan tolak ya" ujarnya merayu.
"Whatever!"
Sassy memutar bola matanya jemu, menanggapi semua omongan mantannya. Ia menatap punggung kokoh itu, pergi menjauh. Punggung yang pernah menjadi tumpuannya, ketika lemah dan butuh pertolongan. Kini hanya tinggal kenangan, terkubur bersama hatinya yang membeku.
Kata pepatah orang jaman now, mantan itu harusnya di buang ke tempat sampah. Tapi punya mantan seperti Aidan, sungguh di buang sayang.
Duh...mantan, membuat hati Sassy kebat-kebit.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
TongTji Tea
what's the point 5 tahun pergi Lalu pindah ke rumah gono gini , tetangga nya mantan.Ngobrol kayak teman padahal punya masa Lalu yang tidak menyenangkan .Perpisahan yang membuat Luka hingga sembunyi Selama 5 tahun . I don't get it sampai sini.
2024-09-03
1
👏Zhenonk🏚️²²¹º
mending ga jadi pindah sas.. klo harus tetanggaan sama mantan🤭
2024-07-09
0
sur yati
buang ke laut sessy
2024-05-26
0