Sassy pikir bekerja dengan Bian adalah hal yang paling menyenangkan, selain good looking sang bos juga orangnya humble. Tetapi begitu berhadapan dengan Sassy, Bian terkesan angkuh serta dingin. Irit bicara, dan suka seenaknya sendiri.
Bian adalah tipikal bos tanpa perasaan, sudah tau Sassy belum begitu paham dengan pekerjaannya. Masih juga marah-marah, tanpa memandang tempat. Sassy berasa jadi jongos, bila sudah berdekatan. Memang sih, pekerjaan Aspri untuk membantu kelancaran tugas sang bos. Tapi, masa Sassy harus berada dekat dengan Bian 24 jam? Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, selalu ada di sekitarnya. Lama-lama, ia jadi gak betah kerja. Tetapi sekali lagi, kebutuhan hidup yang membuatnya mau mengambil pekerjaan ini.
Karyawan lainnya mulai kasak-kusuk di belakangnya, terutama Mbak Kinan dengan terang-terangan memberi peringatan. Ketika ia menceritakan pada Rian, kakaknya itu tentang tingkah laku temannya. Rian hanya tertawa dan mengatakan, bahwa Sassy harus bisa bersikap profesional. Betul juga sih, sebenarnya pemikiran Rian. Di setiap pekerjaan selalu ada tantangannya, apalagi ia yang hanya mengandalkan kekuatan orang dalam. Tentunya karyawan lain akan merasa iri, karena hanya dia yang bisa berdekatan dengan sang bos.
Belum lagi Mbak Kinan yang merasa sebagai sekretaris bos, dilangkahi oleh pegawai baru yang notabene masih seumur jagung pengalamannya. Seperti pagi ini, setelah selama satu minggu menjadi karyawan. Sassy di panggil oleh Kinan, dan mendapatkan serentetan nasihat agar jangan terlalu dekat dengan Bian. Hah, dia pikir Sassy mungkin bangga dekat dengan bos? Yang ada hanya kekesalan, dan rasa ingin meninju wajah pria sombong itu.
"Kamu tau gak, untuk apa kamu saya panggil?" tanya Mbak Kinan tajam, ia kini tengah duduk di kursi kebesaran sang bos.
'Hah, mana aku tau?' ingin rasanya, Sassy berkata seperti itu. Tapi karena ia adalah pegawai baru, dan harus tunduk perintah atasan hanya bisa pasrah. Jadi yang ia lakukan cuma bisa menggeleng, dan menunduk pasrah menanti kalimat sinis yang bakal keluar dari mulut Mbak Kinan.
"Hari ini, kamu terlambat lima belas menit. Sebagai pegawai baru, patuhi aturan yang berlaku. Dan saya minta juga, kamu jangan terlalu dekat dengan Bian..."
'Tuh, kan!?' kalimat seperti diatas yang selalu ia katakan. 'Apa gak bosan?' gerutu Sassy, yang hanya bisa ia ungkapkan dalam hati. 'Baru juga sekali kesiangan, tapi riweuh banget. Itu juga karena jalanan macet' lanjutnya ngedumel.
"Tapi, Mbak..." kalimat Sassy terputus, ketika melihat tangan Kinan terangkat.
"Dengarkan dulu, omongan saya!" perintahnya tegas. "Jangan menyela, sebelum di persilahkan menjawab."
"Maaf" hanya kata itu, yang bisa keluar dari bibir tipis Sassy.
"Sudah saya peringatkan berulangkali, tapi kamu gak mau nurut. Saya tau, kamu masuk lewat jalur by pass. Jangan mentang-mentang kenal dekat dengan bos, lalu kamu seenaknya bertingkah."
"Jalur by pass, apaan itu Mbak?" tanya Sassy, ingin tertawa terbahak-bahak. "Memangnya operasi jantung, atau jalan bebas hambatan gitu" keningnya mengerut dengan bibir yang tersenyum simpul.
"Diam kamu!" seru Kinan naik pitam. "Di sini gak ada ya, yang berani melawan saya" ucapnya, sembari menggebrak meja.
"Tapi saya gak melawan, kok" cicit Sassy, takut-takut. Ia terkejut, dengan sifat temperamental Kinan.
"Sudah, keluar sana! Saya malas, berurusan dengan kamu" usir Kinan kasar.
'Duh, bos dengan sekretarisnya sama aja. Sama-sama stress.' pikir Sassy, sambil ngeloyor keluar dari ruangan.
Ketika sampai di luar, Sassy menyandarkan tubuhnya pada pintu yang tertutup di belakangnya. Ia harus sabar menerima perlakuan dari Kinan, anggap saja angin lalu yang efeknya cuma sesaat.
"Ngapain kamu, ngelamun di depan pintu?!"
Sassy memegang dadanya dengan mata terbelalak, melihat bos juteknya sudah berdiri di hadapannya.
"Eh, a... anu Pak" tergagap Sassy menjawab.
"Anu, apa? jawab yang jelas!" sentak Bian tak sabaran.
"Saya habis di panggil Mbak Kinan, Pak" ucap Sassy, dalam satu tarikan nafas.
"Kenapa? Bikin kesalahan lagi" tanyanya kepo.
"Iya, Pak" jawab Sassy singkat.
"Makanya, kerja yang bener" ucap Bian menasehati. "Nanti siang, kita ke restoran rindu alam."
"Siap, Pak!" sahut Sassy sigap.
'Nasib-nasib, pagi-pagi udah sarapan omelan' gerutu Sassy kesal. Ia lalu berbelok ke area dapur, untuk melihat-lihat kesiapan di sana.
****
Bian yang baru datang, di suguhi pemandangan yang tak biasa. Sassy karyawan baru yang bikin hatinya beberapa hari ini terasa kebat-kebit tak karuan, tengah bersandar di pintu dengan mata terpejam dan mulut yang komat-kamit. Apa maksudnya, coba? Perempuan muda itu, seperti sedang merapalkan mantra-mantra pengasihan. 'Hei, apa jaman sekarang masih berlaku? Hal-hal mistis seperti itu, sepertinya terdengar konyol bukan?' celoteh batin Bian.
Daripada berpikir yang tidak-tidak, lebih baik ia tanyakan pada Kinan. Mungkin, sekretarisnya itu punya jawaban!?
"Wah, rajin banget. Udah hadir aja, bos!" seru Kinan, sambil beranjak dari kursi.
"Hmm!" jawab Bian pendek. Ia meletakkan laptop, kemudian membuka jaket dan menyampirkan di balik pintu.
"Gue heran ama Lo, Bian" ucap Kinan membuka percakapan.
"Heran kenapa?" tanyanya, dengan ekspresi wajah yang dingin.
"Lo, masukin pegawai baru untuk jadi Aspri. Sementara gue, sekretaris lo..."
"Emang masalah buat, lo" potong Bian cepat. "Sorry Kinan, lo memang temen sekaligus sekretaris gue. Tapi masalah penempatan karyawan, itu wewenang gue sebagai bos."
"Gue cuman kasih pendapat, di sini udah penuh pegawai. Masa Sassy makan gaji buta, dia gak ada kerjanya di sini. Alasan apa, yang mendasari lo berbuat begitu? jangan sampai ada kecemburuan diantara para karyawan, dengan perlakuan istimewa yang di dapatkan Sassy."
"Cukup Kinan, jangan melebihi batasan. Gue, gak perlu pendapat lo!"
"Terserah lo, Bian. Jangan karena Sassy adik teman baik lo, terus seenaknya bertindak" ucap Kinan, sambil berlalu dari hadapan Bian.
Bian memandang pintu yang tertutup di depannya, ia hanya bisa menghela nafas panjang.
Seandainya Kinan tau, ia berhutang banyak pada Rian. Tentunya perlakuan khusus yang di berikan untuk Sassy, tidaklah seberapa dibandingkan dengan kebaikan hati Rian. Tetapi semua itu biarlah jadi rahasia dirinya dan Rian, karena sahabatnya itu tak mau seorang pun tau pengorbanannya.
Di sisi lain, Kinan merasa menyesal sudah berbuat kasar pada Bian. Tetapi ia memiliki alasan kuat, untuk memprotes keputusan bosnya. Sassy yang pegawai baru dan tidak punya pengalaman, ditempatkan sebagai Aspri. Sementara ia yang sudah lama mengabdi, tetap di posisi sekretaris. Bian, benar-benar tidak adil. Hanya karena perempuan muda itu adik sahabatnya, maka posisi yang sudah lama di incarnya di berikan untuk Sassy. 'Lihat saja nanti! Andai Bian jadi miliknya, hal pertama yang ingin dilakukannya adalah menendang Sassy keluar dari posisinya' bisik hati Kinan, geram.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Uthie
sok pede 😏
2024-06-10
0