Bab 19

Nica berdiri selama 20 menit di depan bangunan hotel mewah Royal Garden. Satu sisi Nica penasaran dengan masa lalunya. Namun satu sisi Nica tidak mau masuk ke dalam hotel itu menemui Luiz.

"Apa Anda akan terus berdiri disitu tanpa berniat masuk ke dalam hotel, Nona?" tanya Philips sudah berdiri di belakang Nica. Ia baru saja tiba di depan hotel setelah mewakili Luiz melakukan pertemuan dengan klien.

Nica menghela napas panjang mendengar pertanyaan asisten Luiz. Ia menatap pria itu beberapa saat sebelum berbicara.

"Tunjukkan kepadaku dimana kamar Tuanmu!" tegas Nica dengan wajah datar.

"Saya akan mengantarkan Anda secara langsung, Nona. Silahkan." Philips mempersilahkan Nica agar masuk ke hotel terlebih dahulu.

Tak beberapa saat mereka tiba di sebuah kamar VVIP yang ada di salah satu lantai paling atas dari bangunan itu.

Tok

Tok

Tok

Philips mengetuk pintu kamar itu dan membukanya setelah mendengar suara sahutan dari seseorang dari dalam.

Ceklek

"Tuan! Nona Chara sudah ada di depan pintu berniat bertemu dengan Anda." ujar Philips membuat Luiz tersenyum menyeringai.

"Suruh dia masuk." tukas Luiz sembari menautkan kedua kakinya menatap kearah pintu masuk.

Nica melangkah masuk ke dalam kamar itu setelah diintruksikan oleh Philips. Setelah Nica masuk. Philips menutup pintu dan berlalu dari sana.

Nica menautkan kedua tangannya dan melangkah kearah Luiz. Ia benar-benar takut kalau pria itu sampai berniat berbuat hal yang tidak-tidak padanya.

"Duduklah. Jangan takut! Aku hanya ingin menyampaikan satu hal padamu." tukas Luiz membuat kepala Nica terangkat dan menatap Luiz dengan wajah bingung.

"Aku tahu kalau kau mengalami amnesia." tukas Luiz membuat Nica tertegun. Ia tidak menyangka kalau Luiz akan mengetahui hal itu.

"Aku ingin menyelesaikan masalah diantara kita yang belum selesai." lanjut Luiz lagi membuat Nica semakin penasaran.

"Kemarilah! Duduk disamping ku!" tukas Luiz membuat Nica terdiam. Ia tetap diam ditempatnya dan tidak mau beranjak sama sekali dari duduknya.

Hingga Luiz berinisiatif berpindah dan duduk di samping Nica.

"Namamu bukanlah Chara! Namamu adalah Nica! Tunanganku yang menghilang 10 bulan yang lalu."

Deg

Deg

Deg

Jantung Nica berdetak kencang mendengar penuturan Luiz. Ia tidak langsung percaya begitu saja dengan perkataan pria itu.

"Aku tahu kalau kau tidak akan percaya dengan perkataan ku. Namun aku memiliki beberapa bukti yang dapat menguatkan perkataan ku." tukas Luiz membuat Nica tiba-tiba ragu dengan keraguannya.

Luiz mengeluarkan foto kartu undangan pernikahan dan juga foto kebersamaan mereka. Di foto itu terlihat Nica menatap Luiz dengan penuh cinta.

"Bukan hanya itu. Aku tahu kalau selama ini kau menderita satu penyakit yang membuat rambutmu tidak bisa tumbuh. Karena alasan itulah mengapa kau selalu menggunakan Wig menutupi kepalamu." terang Luiz membuat air mata Nica menetes. Ia menatap wajah Luiz dengan dalam-dalam hingga membuat hatinya berdetak.

Luiz tersenyum menyeringai saat melihat Nica mulai hanyut dalam ucapannya.

"Aku hanya ingin menyelesaikan hubungan kita yang tertunda. Aku ingin membawamu ke suatu tempat." tukas Luiz berdiri dan menarik tangan Nica keluar dari hotel.

"Kau ingin membawaku kemana?" tanya Nica dengan wajah bingung.

"Kau akan tahu setelah tiba disana." jawab Luiz tanpa melirik sekilas kearah Nica.

20 menit kemudian. Mereka tiba di depan Registre Civil (Catatan Sipil). Luiz langsung membuka pintu samping pengemudi dan meminta Nica agar turun dari mobil.

Meskipun bingung dengan situasi yang sedang dihadapinya. Nica tetap turun dari mobil dan mengikuti Luiz masuk ke dalam bangunan tersebut.

"Mengapa kau membawaku kesini? Apa yang akan kau lakukan di tempat ini?" tanya Nica dengan wajah penuh kebingungan.

"Menikah! Kita akan mendaftarkan pernikahan kita disini. Aku sudah membawa data-data pribadimu sebagai syarat yang harus dipenuhi." tukas Luiz dengan enteng membuat langkah Nica terhenti.

"Tapi--"

"Jangan khawatir. Kita juga akan menikah secara agama. Aku sudah menyiapkan semuanya." potong Luiz dengan cepat hingga membuat Nica menurut saja.

Tak beberapa lama mereka keluar dengan raut wajah yang berbeda. Luiz bahagia karena rencananya berhasil. Sementara Nica malah melamun memikirkan semua hal yang terjadi hari ini.

Luiz dengan cepat menggenggam sebelah tangan Nica dan menatap wanita itu dengan lembut. "Ayo ikut aku." tukas Luiz melangkah menuju mobil yang terparkir di depan gedung itu.

Nica menurut saja. Bagaimanapun mereka sudah resmi menikah secara hukum negara. Nica tidak bisa membatalkan pernikahan itu. Karena kejadiannya terlalu cepat.

Luiz membawanya kembali ke hotel. Alih-alih melangkah menuju lift. Luiz malah membawanya kearah jalan menuju Aula hotel.

Saat pintu hotel terbuka. Nica melihat pemandangan yang membuat hatinya bergetar hebat. Ia tidak menyangka kalau Aula hotel itu akan di dekorasi dengan tema putri kerajaan.

Seorang wanita menarik tangan Nica dan membawanya ke sebuah ruangan. Beberapa wanita terlihat sibuk merapikan sebuah gaun putih dan juga peralatan make up di depan kaca persegi panjang setinggi tubuh Nica.

Nica tidak bisa berkata-kata dengan apa yang sedang dia hadapi. Ia diam saja dan membiarkan tiga orang wanita merias wajahnya dan yang lainnya mempersiapkan gaun serta sepatu yang akan dia kenakan nanti.

Tepat pukul 8 malam. Nica akhirnya selesai dirias bagaikan seorang putri kerajaan. Seorang wanita bergaun sederhana berwarna biru masuk ke dalam ruangan itu dan tersenyum hangat menatap wajah cantik Nica. Penampilannya benar-benar terlihat seperti seorang putri bangsawan.

"Ara! Kau sangat cantik! Kau terlihat seperti putri bangsawan." tukas Terry tersenyum lembut menatap Nica.

"Terry! Apa Madre ikut bersamamu kesini?" tanya Nica dengan wajah berseri-seri saat melihat kedatangan Terry.

"Madam Bella masih dirawat di rumah sakit. Dokter tidak mengijinkannya kemana-mana hingga 2 Minggu ke depan." jawab Terry membuat raut wajah Nica berubah murung.

"Jangan khawatir! Aku akan menjadi saksi di pernikahan mu. Madam Bella yang memintaku menghadiri pernikahan mu." lanjut Terry tidak tega melihat wajah murung Nica.

Tak beberapa lama Philips masuk ke dalam ruangan itu dan meminta Nica agar segera bersiap-siap karena acara sebentar lagi akan dimulai.

Philips tidak bisa melihat wajah Terry dengan jelas. Karena posisi wanita itu membelakanginya.

Di aula hotel Royal Garden

Luiz menatap pintu aula itu dengan wajah datar. Orang-orang tidak akan bisa membaca arti dari raut wajah pria itu. Hingga tak beberapa lama Nica muncul di balik pintu sembari menatap lurus kearah Luiz.

Deg

Luiz terpana melihat kecantikan Nica. Ia tidak menyangka kalau wanita itu akan terlihat sangat anggun dan berkelas bagaikan seorang putri kerajaan saat mengenakan gaun pernikahan yang dipesannya beberapa hari yang lalu.

Luiz berdehem pelan menghilangkan perasaan aneh yang tiba-tiba melingkupi hatinya.

Luiz menggenggam tangan Nica dan berjalan bersama-sama menuju mimbar. Acara pernikahan itu berlangsung dengan sangat meriah. Nica terus menerus menatap cincin berlian yang melingkar di jari manisnya. Ia merasa cincin itu tidaklah nyata karena semuanya berlangsung dengan begitu cepat.

Kemaren Nica masih lajang dan tidak memiliki kekasih sama sekali. Ia juga tidak tahu bagaimana rasanya pacaran atau jatuh cinta. Namun kedatangan Luiz mengubah semuanya. Pria itu datang dan mengaku sebagai tunangannya. Bukan hanya itu. Pria itu juga langsung mengajaknya mendaftarkan pernikahan mereka dan merayakannya di hotel mewah. Nica merasa semuanya terjadi hanya di dalam mimpi.

Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perut ratanya. Ia bisa merasakan seseorang memeluknya dari belakang.

"Mengapa melamun malam-malam begini." bisik Luiz meletakkan kepalanya di bahu Nica hingga membuat bulu kuduk Nica berdiri. Ia merasa tidak nyaman bersentuhan terlalu intim dengan pria yang sudah sah jadi suaminya beberapa jam yang lalu.

Meskipun sudah resmi menikah. Namun Nica masih tidak bisa merasakan cinta Luiz. Ia malah merasa tidak nyaman berada di dekat pria itu.

"Tuan Alberto... jangan seperti ini. Aku tidak nyaman." lirih Nica membuat wajah Luiz berubah datar.

Luiz melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh Nica hingga saling berhadapan dengannya.

"Luiz! Mulai sekarang panggil aku Luiz!" tukas Luiz dengan tegas dan tidak mau dibantah.

"Atau kau bisa memanggilku dengan kata bee, honey ataupun love." lanjut Luiz membuat wajah Nica berubah merah merona. Entah mengapa Nica merasa geli dan malu mendengar panggilan itu. Panggilan itu juga terasa aneh di pendengarannya.

Luiz mengangkat dagu Nica hingga pandangan mereka bertemu.

"Jika kita lebih sering melakukan kegiatan yang selalu kita lakukan di masa lalu. Maka ingatanmu akan pulih lebih cepat." tukas Luiz membuat Nica terdiam.

Ia tersenyum tipis dan tiba-tiba tangannya terulur menyentuh rahang kokoh suaminya.

"Luiz! Aku akan memanggilmu dengan nama itu." kata Nica dengan tatapan teduh.

"Aku ingin ingatanku secepatnya kembali agar aku bisa mengingat semua masa laluku." lanjut Nica membuat Luiz tersenyum menyeringai.

"Satu jam lagi pergantian tahun. Kita pernah merayakan tahun baru bersama dengan keluargaku. Aku akan mengajakmu ke lantai paling atas. Sebelum itu Aku akan meminta Philips mendirikan tenda disana agar kita tidak kedinginan saat menikmati malam pergantian tahun nanti." tukas Luiz dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada asistennya.

Nica menatap Luiz dengan sangat dalam hingga membuat jantung pria itu berdetak kencang.

"Jangan menatapku dengan tatapan dan wajah seperti itu." gumam Luiz memalingkan wajahnya ke samping. Luiz tidak mau hanyut dalam tatapan wanita yang sudah sah menjadi istrinya beberapa jam yang lalu.

Luiz terlihat seperti seorang pria yang pemalu di mata Nica. Hingga membuat wanita itu berniat usil mengerjai suaminya.

"Hey! Kemaren wajah tuan Alberto terlihat sangat dingin dan datar. Lalu mengapa hari ini wajah Tuan Alberto berubah menjadi pria pemalu?" goda Nica menatap Luiz dengan wajah penuh curiga.

Luiz berdehem pelan dan menatap kedua mata biru Nica dalam jarak beberapa cm (sentimeter). "Karena aku sudah menemukan sesuatu yang menghilang beberapa bulan ini." bisik Luiz tersenyum sangat tipis hingga membuat Nica terpukau. Nica mengedipkan kedua matanya berulang kali.

"Aku baru tahu kalau Tuan Alberto bisa tersenyum juga." gumam Nica tanpa mengalihkan pandanganya dari Luiz.

Tiba-tiba Luiz menepuk lembut kepala Nica dan berkata dengan lembut. "Segera berganti dengan pakaian yang lebih nyaman. Aku akan menunggumu di luar." ujar Luiz membuka kancing gaun yang dikenakan Nica sebelum keluar dari kamar pengantin yang akan mereka tempati selama beberapa hari ke depan sebelum kembali ke pulau rahasia milik Luiz. Dia berniat membawa Nica kembali ke pulau itu.

Nica tentu saja menuruti perkataan Luiz. Nica segera melepas gaun pengantinnya dan melangkah menuju kamar mandi.

Terpopuler

Comments

Sari Nu Amoorea

Sari Nu Amoorea

Luiz jangan jhat sama nica

2024-03-22

0

Hanisah Nisa

Hanisah Nisa

lanjut

2024-03-22

0

Nani Hardiani

Nani Hardiani

jangan" Luiz tau siapa nica

2024-03-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!