Keesokan harinya. Nica terlihat lebih banyak diam. Dia tidak seceria hari sebelumnya.
"Sepertinya kami tidak bisa melanjutkan liburan kami bersama kalian. Kami akan kembali pagi ini ke Madrid." ujar Josephine dengan wajah bersalah.
"Tidak apa-apa, Jos. Aku minta maaf atas ketidaknyamanan kalian selama berada disini." jawab Rara menatap sekilas kearah Nica yang terlihat sangat murung.
Nica akhirnya kembali ke Madrid bersama Timotius, Josephine dan juga Brian. Nica juga tidak berpamitan dengan Lisa sebelum pergi dari vila keluarga mereka.
Sepanjang perjalanan Nica terlihat melamun dengan wajah murung. "Sayang. Tidak perlu memikirkan apapun. Semua orang juga memiliki kekurangan masing-masing. Contohnya Aunty tidak bisa lagi mengandung karena beberapa kalau keguguran." ujar Josephine menghibur Nica.
Timotius menggelengkan kepalanya agar istrinya jangan dulu mengajak Nica bicara karena suasana hati Nica sedang buruk.
Josephine akhirnya membiarkan keponakannya menenangkan kesedihan dihatinya sepanjang perjalanan.
Hingga tak beberapa lama mobil yang mereka tumpangi tiba di sebuah mansion sederhana. Mereka langsung turun dan masuk ke dalam rumah.
"Sebelum berangkat menuju Barcelona. Kamu bisa menginap disini selama beberapa hari ke depan." tukas Timotius mengelus kepala keponakannya dengan lembut. Ia tahu Nica merasa insecure saat orang lain sudah mengetahui rahasianya.
"Jika kamu khawatir dengan pandangan orang lain mengenai kekuranganmu. Maka ingat. Kami keluargamu akan selalu melihatmu seperti sebongkah berlian yang harus di jaga dan dilindungi." lanjut Timotius membuat Nica akhirnya tersenyum tipis.
"Nica tidak bisa dibandingkan dengan sebongkah berlian Uncle. Karena Nica melebihi berlian itu."
Timotius tersenyum tipis mendengar perkataan narsis keponakannya.
"Keponakan Uncle melebihi semuanya." puji Timotius membuat Nica kembali tersenyum ceria.
"Uncle yang terbaik."
Nica memeluk Timotius dengan hangat.
"Maafkan Nica Uncle. Karena Nica udah membuat moment tahun baru kalian berantakan."
"Jangan khawatir sayang. Uncle dan Aunty sudah paham dengan sikapmu. Segeralah beristirahat. Uncle tidak ingin keponakan Uncle sakit." ujar Timotius dengan tatapan teduh.
"Baiklah. Nica mau ke kamar dulu." jawab Nica melangkah menuju kamarnya.
Timotius tersenyum tipis menatap istrinya saat melihat Nica sudah masuk ke dalam kamarnya. "Keponakan kita tetap seperti biasanya. Manja dan narsis." ujar Timotius mengecup kening istrinya dengan lembut.
"Apa putra kita sudah istirahat?" tanya Timotius dengan lembut.
"Sudah. Brian sudah masuk ke kamar beberapa menit yang lalu." ujar Josephine dengan lembut.
Timotius dan Josephine masuk ke kamar mereka dan menghabiskan waktu mereka sebagai sepasang suami istri.
Setelah menginap selama 3 hari di kediaman Timotius. Nica memutuskan berangkat ke Barcelona menggunakan transportasi umum. Seumur hidupnya. Nica belum pernah pergi kemana-mana menggunakan transportasi umum.
Dengan menggunakan transportasi umum bus. Nica membutuhkan waktu kurang lebih 7 sampai 8 jam tiba Barcelona.
Setibanya di Barcelona. Nica memutuskan menyewa apartemen sebelum beraktivitas esok hari. Apa lagi Nica merasa tubuhnya sedikit pegal setelah duduk selama berjam-jam di dalam bus.
Nica tersenyum lebar saat melihat pemandangan kota Barcelona dari apartemen yang disewanya. Kebetulan apartemen miliknya berada di pusat kota. Hingga Nica bisa melihat pemandangan yang luar biasa dari apartemen miliknya.
Nica kemudian duduk di sofa sembari melihat beberapa destinasi wisata yang akan dia kunjungi. Kebetulan Nica memilki tabungan yang cukup besar tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya.
Jika Nica menggunakan kartu kredit dan kartu ATM yang dibuat kedua orangtuanya. Maka lokasi keberadaan Nica akan terdeteksi dengan cepat. Nica tentu saja tidak ingin lokasi keberadaannya diketahui oleh keluarga besarnya.
Keesokan harinya
Nica memutuskan bersantai di pesisir pantai sembari menjelajahi beberapa kuliner di restoran sekitar pesisir pantai. Setelah kenyang. Nica memutuskan mengitari pinggir pantai sembari mencari beberapa aksesoris dan kerajinan tangan dari warga lokal.
"Bukankah kalung kerang ini sangat indah." gumam Nica sembari menatap kalung kerang itu dengan mata berbinar.
Tak beberapa seorang wanita setengah baya menghampiri Nica dan tersenyum tipis menatap Nica. "Apa Anda menyukai kalung ini, Nona?" tanya wanita itu tersenyum ramah menatap Nica.
"Ya. Aku menyukai kalung unik ini. Aku belum pernah melihat kalung seunik ini." celetuk Nica hingga membuat pemilik toko itu tersenyum tipis.
"Anda bisa memilikinya kalau Anda menyukainya. Kalung ini dibuat oleh seorang pengerajin tua. Seorang warga lokal yang tinggal di sekitar pesisir pantai. Dia sudah meninggal beberapa hari lalu. Namun, sebelum meninggal. Benda itu merupakan kerajinan terakhir yang dijual pria itu ke toko saya. Karena Anda cantik. Anda bisa memilikinya secara gratis."
"Tidak bisa begitu. Saya akan tetap membayarnya." ujar Nica mengeluarkan dompetnya.
Saat berniat membayar belanjanya. Seorang pria berpakaian serba hitam malah menarik tas dan dompet Nica sebelum berlari dari sana.
"Hey! Apa yang kau lakukan!" teriak Nica mengejar pencopet itu.
Tak ada yang berani membantu Nica saat mengetahui identitas pencopet itu. Nica juga sedikit bingung dengan sikap mereka.
Pencopet itu kemudian berlari menuju sebuah lorong sepi. Nica tetap mengejar pencopet itu karena semua benda miliknya ada disana. Termasuk paspor miliknya. Tanpa paspor itu. Nica tidak akan bisa kembali ke negaranya suatu saat nanti.
Saat tiba di jalan buntu. Pencopet itu akhirnya berhenti berlari. Ia tersenyum menyeringai menatap sinis kearah Nica.
"Cih! Ternyata kau adalah turis pertama yang memiliki nyali cukup berani mengejar ku ketempat sepi seperti ini."
"Cih! Kembalilah tas dan dompetku sekarang juga!" tegas Nica melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kau menginginkan tas dan dompet ini?" tanya pencopet itu tersenyum menyeringai.
"Ya! Kau tidak berhak mengambil barang yang bukan milikmu!" tegas Nica dengan wajah marah.
Pencopet itu kemudian mengeluarkan uang dan beberapa kartu yang tersimpan di dalam dompet Nica. Ia mengantongi uang yang tersisa di dalam dompet dan membuang beberapa kartu tersisa secara sembarangan.
"Hey! Apa yang kau lakukan!" teriak Nica berlari kearah pencopet itu. Namun pencopet itu dengan gesit lompat ke atas tembok dan tersenyum mengejek.
"Cih! Kau tidak akan bisa menangkap ku!" sindir pencopet itu sebelum berlalu dari sana.
Dengan wajah panik Nica memunguti kartu miliknya sebelum melompati tembok itu dan kembali mengejar pencopet itu. Tak beberapa lama. Nica tiba di sebuah rumah tua yang sudah rusak parah.
Nica memberanikan diri masuk ke dalam rumah tua itu. Hingga Nica tidak sadar jika sepasang mata menatap tajam kearahnya.
Tiba-tiba seorang pria membekap hidung Nica dengan sapu tangan yang sudah dilumuri obat bius.
"Wanita ini sangat cantik. Bukankah bos akan sangat senang mendapatkan mangsa secantik ini." gumam pria yang membisu Nica.
Saat terbangun dari pingsannya. Nica malah menemukan dirinya berada di atas ranjang sebuah kamar asing. Nica memperhatikan sekitarnya dengan wajah bingung. "Dimana aku? Bukankah aku tadi berada di rumah tua yang tidak jauh dari pesisir pantai." gumam Nica melangkah turun dari tempat tidur.
Tak beberapa lama seorang wanita gendut masuk ke dalam kamar yang ditempati Nica.
"Akhirnya kamu sadar juga. Aku akan menyulap mu menjadi bidadari malam ini." ujar wanita itu melangkah mendekati Nica.
"Siapa kamu!" tanya Nica dengan wajah penuh waspada.
"Madam Cherry! Kau bisa memanggilku madam." ujar wanita itu tersenyum manis mendekati Nica.
"Jangan mendekat! Aku tidak mengenalmu sama sekali!" ketus Nica berniat keluar dari kamar itu. Namun saat Nica membuka pintu. Ia melihat beberapa pria berpakaian serba hitam berdiri tegap di depan kamarnya dengan wajah bengis.
Nica kembali masuk ke dalam dan menatap madam Cherry dengan wajah marah. "Mengapa aku ada disini! Aku tidak mengenalmu sama sekali! Lalu, mengapa aku bisa berada di tempat lalu!"
"Apa kau tidak tahu kalau Bennett sudah menjual mu ke club malam milikku. Aku juga sudah menawarkan harga yang fantastis untuk mendapatkan mu." ujar Madam Cherry menarik tangan Nica agar duduk di atas tempat tidur.
"Malam ini Club kita akan kedatangan tamu penting dari Madrid. Aku berharap kau bisa memuaskan hatinya agar Club kita mendapatkan keuntungan besar diawal tahun ini." ujar Madam Cherry dengan mata berbinar.
Nica dengan cepat menepis tangan Madam Cherry yang berniat menyentuh wajahnya. "Jangan sentuh wajahku dengan tangan kotor mu!" sinis Nica membuat Madam Cherry kesal. Ia langsung keluar dari kamar Nica dan meminta anak buahnya mengawasi Nica agar tidak kabur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Yenisia Afila
Terlalu babdel karena di sayang keluarga, jadi buat ulah eh malah dapat sial
2024-06-13
0
Sari Nu Amoorea
nah kn dpt masalah
2024-03-03
1
Putri Chaniago
kok nica g segesit Oscar n Sean, padahal keturunan mafia
2024-03-03
1