"Ayo, Turun. Aunty dan Brian pasti sudah menunggu kita di dalam." ujar Timotius dengan suara lembut turun dari dalam mobil.
Nica mengikuti langkah Pamannya dari belakang. Dari kejauhan Nica melihat sepasang paruh baya duduk di meja yang sama dengan sepupunya Brian. Mereka terlihat sedang asik mengobrol.
Nica tersenyum lebar saat melihat Josephine mulai menyadari kedatangannya. Josephine dengan cepat berdiri dan memeluk tubuh keponakannya dengan hangat.
"Nica! Long time no see, baby." ujar Josephine mengecup pipi keponakannya dengan gemas.
Nica tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Hingga membuat sepasang suami istri paruh baya yang tadi mengobrol dengan Josephine terpesona melihat wajah cantiknya.
"Ayo duduk." ujar Josephine meminta keponakannya duduk di samping putranya yang masih remaja.
Timotius mengecup kening istrinya. Kemudian beralih mengecup pipi putranya sekilas. Brian kemudian menghapus bekas ciumannya ayahnya karena merasa risih dengan ciuman Timotius. Timotius tersenyum tipis melihat wajah kesal putranya. Brian memang tidak suka disentuh oleh orang lain selain ibunya. Cukup Josephine saja yang memberikan kecupan kepadanya.
"Kebetulan tadi aku bertemu dengan salah satu teman kampusku dulu di Indonesia. Jadi aku mengundang mereka makan malam bersama. Karena kebetulan mereka akan merayakan tahun baru di Barcelona. Kampung halaman suaminya. Ini temanku Rara dan suaminya Abrams. Panggil saja Abram." ujar Josephine membuat Timotius mengangguk mengerti.
Timotius dengan cepat menyapa teman istrinya dengan ramah.
"Senang bertemu dengan Anda." ujar Timotius menyalami mereka berdua. Sementara Nica hanya tersenyum tipis tanpa berbicara sepatah katapun.
"Ternyata kau memiliki keponakan yang sangat cantik, Josh. Jika tahu begini aku mau-mau saja menjodohkannya dengan putraku." celetuk Rara membuat raut wajah Nica berubah masam.
Josephine tersenyum tipis mendengar perkataan temannya. "Kebetulan keponakan ku juga masih jomblo. Kau bisa langsung bertanya kepada orangnya." jawab Josephine membuat Nica tersenyum terpaksa.
"Ah. Kebetulan putra dan putriku sebentar lagi akan segera tiba di restoran. Aku akan memperkenalkan putra putriku kepada kalian." ujar Rara penuh semangat.
Dan benar saja. Tak beberapa lama sepasang anak muda melangkah kearah mereka.
"Nah. Itu dia putra putriku sudah datang." celetuk Rara tersenyum senang melihat kedatangan kedua anaknya. Nica spontan memutar kepalanya menatap kearah pintu masuk restoran. Disana Nica melihat sepasang anak yang kemungkinan seusia dengannya melangkah mendekati mereka. Yang menarik atensi Nica adalah pria yang berjalan di samping wanita itu.
Nica dengan cepat menutup wajahnya dengan buku menu. Ia tidak mau pria itu sampai mengenalinya. Salah satu alasannya adalah karena pria itu sudah mengetahui rahasianya. Pria mana yang akan tertarik dengan wanita yang memiliki kekurangan seperti Nica. Itulah yang selalu terbesit di pikirannya.
"Lisa! Luiz!"
Rara memeluk putrinya dengan penuh kerinduan. Begitu juga dengan Abram. Ia begitu merindukan putri tunggalnya setelah tiga tahun tidak bertemu. Kebetulan Lisa baru saja menyelesaikan studinya di Inggris hingga membuat wanita itu bertahan selama bertahun-tahun di tanah perantauan dan tidak pernah pulang ke Spanyol. Karena Lisa ingin fokus menyelesaikan studinya dengan cepat.
Luiz tanpa sadar menarik kursi yang ada di sebelah Nica. Kebetulan disamping kiri Nica ada kursi dua yang masih kosong. Sementara di samping kanannya ada Brian dan Timotius.
Luiz memperhatikan orang-orang yang duduk di meja itu dengan seksama. Ia terkejut saat melihat wajah familiar Timotius yang duduk bersebrangan dengannya.
Abram langsung memperkenalkan Timotius kepada putranya. "Paman ini adalah suami dari teman ibumu." ujar Abram agar putranya tidak bingung.
Timotius akhirnya tersenyum tipis menyapa Timotius yang juga menatap kearahnya.
Mereka kemudian makan sembari menyelipkan beberapa kalimat candaan di dalam obrolan mereka. Sementara Nica terus menundukkan kepalanya agar wajahnya ketutup oleh rambut wig yang menutupi kepalanya.
Setelah selesai makan malam. Rara langsung memperkenalkan Nica kepada putranya.
"Son. Bukankah kamu sudah lama tidak memiliki kekasih. Mami mau memperkenalkan seorang wanita padamu. Mami harap kamu setuju dengan pilihan mami kali ini." celetuk Rara membuat Luiz terdiam. Bukan sekali dua kali ibunya menjodohkannya dengan putri teman-teman sosialitanya. Hingga membuat Luiz sangat bosan mendengar kalimat yang diucapkan ibunya. Lagian Luiz tidak tertarik memiliki pasangan dalam waktu dekat. Meskipun begitu. Luiz sedikit penasaran dengan wanita yang akan dijodohkan oleh ibunya.
"Kali ini siapa lagi yang akan mami perkenalkan pada Luiz?" tanya Lisa membuat ibunya tersenyum lebar.
"Kamu bisa melihat wanita yang duduk di samping saudaramu sayang." ujar Rara membuat pandangan mereka langsung beralih ke samping kanan mereka.
"Sayang. Jangan malu-malu. Kamu bisa berkenalan terlebih dahulu dengan putra, Tante. Tidak perlu sungkan." ujar Rara tersenyum tipis menatap kearah Nica.
"Ah. Aunty. Nica tiba-tiba kebelet buang air besar." celetuk Nica dengan cepat beranjak dari kursinya. Tanpa menunggu jawaban dari Josephine. Nica dengan cepat berlari kearah toilet. Ia tidak ingin Luiz mengenali wajahnya.
Setibanya di toilet
Nica mondar-mandir kesana kemari memikirkan sesuatu. Kurang lebih selama 2 jam Nica di toilet. Hingga Nica memberanikan diri keluar dari toilet.
Saat kembali ke meja yang tadi ditempati oleh Josephine dan yang lain. Nica tidak lagi menemukan keberadaan mereka. Hanya terlihat seorang pria muda yang duduk disana sembari bermain game.
Pria itu mengalihkan pandanganya kearah Nica hingga membuat pandangan mereka bertemu.
Deg
Nica merasa jantungnya berdetak kencang saat melihat tatapan tajam dari bola mata hitam pekat pria itu. Ia harap-harap cemas kalau pria itu sampai mengenalinya.
"Kita akan pergi ke pulau keluarga ku. Karena mereka akan merayakan tahun baru disana." ujar Luiz beranjak dari kursinya. Ia melangkah keluar dari restoran tanpa menunggu Nica.
Rara memang sengaja menyuruh putranya menunggui Nica. Untung saja Josephine setuju dengan tawaran Rara menghabiskan malam tahun baru bersama keluarga mereka di salah satu pulau terpencil milik keluarga mereka.
Nica mau tidak mau mengikuti langkah Luiz menuju parkiran. Meskipun Nica masih merasa canggung berada di dekat pria itu.
Setibanya di parkiran. Nica langsung duduk di kursi penumpang belakang. Hal itu tentu saja membuat Luiz jengkel.
"Aku bukan supir mu! pindah ke depan!" tegas Luiz membuat Nica ikut kesal mendengar nada memaksa di kalimat pria itu.
Nica turun dari mobil dan membanting pintu dengan kuat hingga membuat Luiz terkejut.
"Dasar macan tutul." gumam Luiz menatap wajah kesal Nica dari kaca spionnya.
Tak beberapa lama Nica akhirnya duduk di samping Luiz dengan wajah datar. Nica mengalihkan pandanganya kesamping hingga Ia bisa melihat suasana jalan raya yang mulai sepi.
Luiz mengemudi selama kurang lebih 1 jam setengah. Hingga mereka tiba disebuah vila yang berada di sekitar pesisir pantai.
Setibanya disana. Luiz malah mendapati Nica tertidur lelap. Mungkin wanita itu kelelahan pikir Luiz. Hingga membuat Luiz berinisiatif menggendong tubuh Nica masuk ke dalam vila.
Nica yang memiliki kepekaan terhadap sentuhan orang asing seketika terbangun. Tanpa sadar Nica melihat wajah Luiz berada di jarak 30 cm dari wajahnya. Hingga membuat tangan Nica langsung bergerak cepat menampar pipi pria itu. Nica pikir Luiz ingin berbuat mesum dan mencari kesempatan mencuri ciuman pertamanya.
Plak
"Aw!" Luiz tentu saja terkejut mendapatkan tamparan dari Nica. Padahal Luiz hanya ingin melepaskan seat belt yang melindungi tubuh wanita itu.
"Mengapa kau menamparku?" tanya Luiz dengan wajah merah padam.
"Cih! Apa kau pikir aku tidak tahu. Kalau kau ingin mencuri ciuman pertama ku!" celetuk Nica dengan marah.
Luiz menyentil dahi Nica dengan tatapan aneh. "Pikiran mu terlalu jauh! Aku tidak berselera melakukannya dengan wanita jelek dan kurus seperti mu. Tak ada hal yang menarik dari bentuk tubuh mu sedikitpun. Dan Aku hanya ingin melepas sabuk pengaman mu." tegas Luiz membuat wajah Nica berubah bak kepiting rebus. Ia malu sendiri dengan pikiran anehnya.
"Kalaupun kau bersedia memberikannya kepadaku. Maka dengan senang hati aku menerimanya. Kucing mana yang akan menolak disuguhi ikan asin gratis. Ya kan." ujar Luiz menatap wajah Nica dengan tatapan menggoda sebelum turun dari dalam mobil.
Deg
PLAK
"Dasar buaya buntung!" maki Nica menepis tangan Luiz agar menjauh dari tubuhnya. Nica kemudian turun dari mobil meninggalkan Luiz sendirian.
Luiz tersenyum menyeringai menatap kepergian Nica.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
pengayom
susah sekali signalku, lanjut besok saja deh
2024-04-22
0
Sari Nu Amoorea
wah nica dengan luiz
2024-03-02
1