Bab 11

Keesokan harinya

Nica akhirnya memutuskan tinggal bersama Bella. Bella juga memintanya memanggilnya ibu agar mereka tidak merasa canggung dengan panggilan masing-masing.

Bella memberi nama Chara kepada Nica. Chara berarti kebahagiaan. Ia berharap nama itu akan membawa Nica menuju kebahagian yang diidamkan gadis itu.

"Ara! Apakah kepalamu masih terasa pusing?" tanya Bella sembari menghitung setoran pendapatan harian dari usahanya.

"Tidak, Madre." ujar Nica sembari melangkah menuju ruangan kerja Bella. Ia meletakkan segala coklat panas di atas meja kerja Bella.

"Kenapa nama itu terasa tidak asing bagiku?" gumam Nica dalam hati sembari menatap Bella yang sedang sibuk menghitung uang masuk dan uang keluar dari usaha ekspornya.

"Apa kamu membutuhkan bantuan ku, Madre?" tanya Nica membuat kegiatan Bella harus terhenti. Ia menatap Nica dengan lembut.

"Istirahatlah. Madre bisa menyelesaikan pekerjaan ini dengan cepat. Lagian Madre juga sudah terbiasa melakukannya sendiri."kata Bella membuat Nica menghela napas panjang.

"Sekarang sudah ada aku. Madre bisa meminta bantuanku jika Madre ingin." ujar Nica membuat Bella tersentuh.

"Baiklah. Madre akan mengajakmu ke pelabuhan mensurvei persediaan ikan yang akan diekspor besok." ujar Bella membuat Nica tersenyum bahagia.

"Yeay! Siap 45!. Good night Madre. Ara menyayangimu."balas Nica mengepalkan kedua tangannya di udara karena terlalu bersemangat dengan ajakan ibu angkatnya.

Nica kemudian keluar dari ruangan kerja Bella dan melangkah menuju kamarnya. Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur lalu memejamkan kedua matanya memasuki dunia mimpi.

Nica menjalani hari-harinya sebagai Chara dan hidup bersama Bella. Seperti sekarang ini. Nica tersembunyi bahagia saat seorang nelayan mengajaknya menyelam. Nica tidak bisa mengungkapkan keindahan bawah laut dengan kata-kata. Ia terlalu terpukau dengan pemandangan baru yang dilihatnya setelah sadar.

Kurang lebih selama 20 menit lamanya mereka menyelam hingga tak beberapa lama Nica muncul ke permukaan dengan wajah bahagia.

"Ara! Madam Bella sudah datang. Cepat naik!" teriak seorang nelayan yang bekerja sebagai buruh penangkap ikan. Ia bernama Terry. Usianya tidak jauh beda dengan usia Nica. Namun Terry lebih tua 1 tahun dari Nica.

Nica dengan cepat naik ke atas kapal dan tersenyum lebar melangkah kearah ibu angkatnya.

"Apa kamu menyelam lagi?" tanya Bella dengan wajah penuh selidik.

"Anu--"

"Tidak dengan lain kali! Apa kamu tidak ingat mengapa kamu bisa sampai disini! Madre takut kamu tenggelam dan terbawa gelombang air laut." sela Bella dengan cepat membuat Nica mengangguk.

"Cepatlah berganti. Sebentar lagi investor dari salah satu perusahaan ternama akan datang mengecek gudang penyimpanan ikan-ikan yang akan di ekspor. Madre ingin kamu membantu Madre berbicara dengannya. Dengar-dengar investor kali ini adalah seorang pria muda yang berasal dari perusahan ternama. Mana tahu pria tampan itu kecantol dengan kecantikan putri Madre yang cantik ini." celetuk Bella membuat Nica melirik sekilas kearah Terry.

"Terry! Bukankah kau masih lajang. Kau bisa membantu Madre melakukan negosiasi dengannya." celetuk Nica membuat Bella kesal.

"Terry punya pekerjaan yang lain. Madre sangat membutuhkan public speaking mu dalam bernegosiasi dengan investor kita." kata Bella membuat Nica menghela napas panjang.

"Baiklah, Madre. Ara akan berganti terlebih dahulu." balas Nica tersenyum tipis.

"Gunakan pakaian ini." ujar Bella sembari menyerahkan sebuah paper bag berisi gaun indah berwarna biru kepada Nica.

"Tapi, Madre--"

"Udah sana. Kita tidak memiliki banyak waktu untuk berdebat." ujar Bella mendorong tubuh putri angkatnya kearah kamar mandi agar segera berganti.

Sementara Terry tersenyum tipis menatap perdebatan mereka. Terry tahu bagaimana kehidupan Bella sebelum kedatangan Nica. Wanita itu hidup dalam kesepian selama puluhan tahun. Hingga terkadang wanita itu akan mendonasikan 50% dari keuntungan usahanya untuk anak-anak yatim.

Bahkan sebelum dia mati. Bella sudah menyiapkan surat wasiat untuk pengacara pribadinya agar mendonasikan seluruh hartanya ke panti asuhan setelah Ia meninggal suatu hari nanti.

"Anda terlihat lebih bahagia setelah kedatangan Nona Ara, Madam." tukas Terry menatap wajah berseri-seri Bella.

"Ya. Dia datang membawa kebahagiaan di dalam hidupku yang sudah lama suram." jawab Bella membuat Terry tertegun.

Tak beberapa lama Nica keluar dari kamar mandi. Bella dan Terry cukup terpesona melihat kecantikan gadis itu.

"Lihatlah! Kamu sangat cantik menggunakan gaun ini sayang. Madre akan membelikan gaun yang lain dilain hari." ujar Bella tersenyum hangat menatap putri angkatnya.

"Terry! Ambilkan make up yang ada di ruangan kerjaku. Aku akan memoles make up tipis di wajah putriku." ujar Bella dengan bersemangat ingin menyempurnakan penampilan putrinya.

"Madre! kita hanya ingin bernegosiasi dengan investor. Jangan terlalu berlebihan." tukas Nica membuat Bella menggeleng dengan cepat. Ia tidak setuju dengan penolakan putrinya.

"Tidak. Madre merasa penampilanmu masih kurang. Mungkin make up tipis akan membuat penampilanmu lebih elegan dan mewah." tolak Bella membuat Nica menghela napas pasrah dengan penuturan ibu angkatnya.

Bella memoles make up tipis di wajah Nica. Ia juga meminta Nica menggunakan lensa kontak berwarna coklat dan juga wig untuk menutupi kepalanya yang masih botak.

"Perfecto!" celetuk Bella membuat Nica langsung mengambil cermin dan menatap wajahnya dengan wajah tertegun.

Bella memotret Nica berulang kali dan menyimpan foto-foto gadis itu di ponselnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***