A New Beginning (II)

Berbekal tabungan yang amat sangat gendut, Akira memulai debutnya dengan membeli saham beberapa perusahaan yang ia tahu akan menjadikan investasinya berjalan tanpa kata. Beberapa saham Bank yang akan menjadi saham bluechip di tahun mendatang segera ia amankan berapapun jumlah lot yang tersedia di pasar bursa. Selain itu, ia tahu dengan pasti saham apa yang akan bisa mengembalikan nilai yang ia pinjam dengan waktu singkat. Nilai deviden yang akan mereka bagikan benar-benar tak terbayangkan, dan pembagian saham itu hanya akan dilakukan beberapa bulan mendatang. Ia juga tahu pasti kalau bahkan, Rapat Umum Pemegang Saham yang dilakukan demi pembagian deviden itu tidak dibagikan pada publik, hingga tidak banyak pelaku pasar yang menyadarinya hingga semuanya terlambat. Saham bank itulah yang menjadi sasaran utamanya.

Broker yang menangani pembeliannya bahkan sampai terheran-heran ketika melihat besarnya transaksi yang ia buat. Apalagi jika menimbang bahwa si pembuat transaksi baru genap berusia 17 tahun.

"Maaf, saya pastikan lagi ya Pak. Bapak Anton Prawira Perkasa ingin membuat pembelian untuk saham BPKP ini senilai 5,000 lot?"

"Betul, untuk keperluan dokumen, benar. Saya, Anton Prawira Perkasa, ingin membuat pembelian untuk saham tersebut dengan jumlah itu." jawab Akira tenang ketika melihat pria muda yang duduk didepannya itu masih tampak ragu.

"Kenapa, Mas? Apa tidak mungkin untuk membeli sebanyak itu?" lanjutnya lagi.

Pria muda itu tampak menghela nafas berkali-kali sebelum melanjutkan. Tampaknya ia baru pertama kali menangangi transaksi sebesar ini.

"Jika boleh saya memberikan saran, Pak Anton. Pembelian sebesar itu sangat tidak bijaksana. Saham BPKP terus tergradasi selama beberapa waktu ini. Kerugian yang bapak alami akan sangat mengerikan jika hal itu berlanjut." jawabnya perlahan.

"Tolong jangan disalahartikan, Pak. Saya mendapat keuntungan dari besarnya pembelian yang dilakukan. Saya benar-benar bermaksud baik." lanjutnya buru-buru ketika dilihatnya pemuda itu sedikit mengerutkan kening.

Akira tersenyum mendengar ini. Meski memang ia tak mungkin salah, tapi 5,000 lot saham benar-benar akan menimbulkan sensasi yang terlalu besar ketika pembagian deviden itu dilakukan. Mungkin akan lebih baik jika ia memperkecil nilainya sedikit.

"Ehm, benar juga sih kata Mas. Tolong panggil saya Akira saja, Mas. Semua teman saya memanggil saya begitu." balas Akira sambil tersenyum.

"Dan tolong lakukan pembelian untuk saham BPKP senilai 500 lot. Selain itu, saya ingin GGRM, BCA, Telkom, Dian Swastatika dan BYAN senilai 75,000,000,- masing-masing." lanjutnya tanpa memperhatikan pria muda didepannya yang ternganga mendengar daftar yang ia bacakan.

"A... A.. Ehm, Pak Anton, ah bukan, Pak Akira yakin?" sahutnya dengan terbata-bata. Nilai transaksi ini akan cukup untuk membuatnya jadi orang kaya!

"Betul. Dan tolong selesaikan prosesnya secepatnya. Uang akan saya transfer ke BEI sekarang."

Bagi Akira, nilai transaksi yang ia keluarkan saat ini bukanlah nilai yang mengesankan. Pengalaman masa lalunya mengijinkan ia untuk memutar uang dalam kisaran puluhan Milyar. Uang ratusan juta tak membuatnya gemetar sedikitpun. Dan jika semuanya bergerak dalam garis waktu yang sama seperti apa yang pernah ia lewati, ia sudah akan bisa mengembalikan uang yang ia pinjam dalam beberapa bulan. BPKB akan membagikan deviden senilai lebih dari tiga ratus ribu per lembarnya, dan 50,000 lembar yang ia miliki akan mampu menopang hidupnya sampai ia mati 3 kali lagi.

"Baik, Pak Akira. Kepemilikan saham akan segera ditransfer atas nama Bapak Anton Prawira Perkasa hari ini setelah uang pembelian ditransfer." jawab pria muda itu tanpa mampu menyembunyikan rasa gembiranya. Komisi senilai 5% dari transaksi yang ia terima nanti akan bisa membuatnya berdiri dengan bangga. Siapa yang mengira kalau bocah semuda ini memiliki uang sedemikian banyak. Untung saja ia tak menolak pemuda ini tadi.

Sementara itu, Akira sudah meninggalkan tempat itu setelah memastikan proses berjalan dengan benar. Setelah mentransfer jumlah uang yang dibutuhkan, pemuda itu meninggalkan gedung megah itu. Pikirannya sudah tak lagi berada pada transaksi yang baru saja ia lakukan.

Dengan langkahnya hari ini, ia sudah memastikan kalau masa depannya tak akan kekurangan uang sedikitpun. Setelah pembagian Deviden dilakukan sekitar 3 bulan kedepan, ia akan menjadi salah satu orang terkaya di negara ini.

Akira lebih banyak memikirkan tentang gadis yang sekarang menjadi tanggung jawabnya. Entah apa yang ia lakukan di kamar hotelnya ketika Akira harus pergi ke gedung Bursa ini. Interaksinya dengan Asih hampir bisa dibilang ajaib.

Biasanya, para pria muda yang tinggal bersama dengan gadis muda, akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat si gadis jauh dari pakaian yang mereka pakai. Sementara Akira malah justru menjaga supaya Asih tidak melepaskan bajunya setiap kali Akira kesal terhadap sesuatu.

Sungguh kocak... Semoga saja ia tak lupa pesan makanan lewat room service. Kok bisa ada cewek super kuno begitu, batin Akira sambil terkekeh geli.

Kehebohan yang terjadi ketika ia menyuruhnya berdandan dan menyertai perjalanannya ke Jakarta, sungguh jauh melampaui kehebohan yang terjadi ketika ia meminta gadis itu untuk tak lagi bekerja di rumahnya, meski sebenarnya Akira berniat untuk menjaga Asih tetap disisinya saat itu.

Ketika perjalanan itu disebutkan, gadis itu tampak sedemikian bersemangat sekaligus takut. Seperti layaknya anak SD yang hendak berangkat piknik ke kota lain, Asih sibuk melakukan beragam hal guna memadamkan rasa gugupnya. Yang akhirnya membuat Akira meledak jengkel ketika pertanyaan yang sama terus muncul dari gadis itu demi memastikan apakah ia tak salah dengar ketika Akira mengajaknya pergi.

Dan lagi-lagi, kembali setelah ledakan sesaat itu, Akira langsung menyesalinya.

Kata-kata maaf Raden, Raden Mas Akira, dan sejenisnya terus muncul ketika gadis konyol itu terus memohon supaya dimaafkan dan bersedia melakukan apapun sebagai bayaran segera melandanya. Melihat sosoknya yang mengiba, setengah menelungkup di lantai sekaligus berusaha berpose seksi itu benar-benar mampu membuat Akira merasa perlu meninjau ulang dan menambah kosa kata makian dalam kamusnya untuk manusia yang berperan untuk menciptakan mahluk semenyedihkan ini. Pada akhirnya tetap saja, Akira harus kembali meninjau ulang keputusannya. Gadis ini terlalu polos dan rusak terlalu parah. Ia hanya bisa menangani semuanya secara perlahan. Akira bahkan tak berkomentar ketika melihat gadis itu mencoba berdandan dan memilih baju terbaik yang ia punya untuk dikenakan. Ia hanya mengajaknya turun dari kamar, mencari taksi dan mengajaknya ke salon terkenal di kota.

"Aku tak mau tahu bagaimana caranya, tapi aku ingin gadisku ini menjadi Cinderella." kata Akira waktu itu pada petugas salon itu sambil menunjukkan lembaran-lembaran uang di dalam tas kecil yang ia bawa.

Melihat itu, sontak si petugas menampilkan senyum yang nyaris membelah wajahnya jadi dua. Perilaku hormat langsung ia tunjukkan dengan berlebihan.

"Owh, Mas tenang saja. Selama bisa membayar, semua bisa diatur." jawabnya dengan senyum manis.

"Kurangi bicara, banyakin kerja. Saya masih perlu belanja baju untuknya. Tolong mulai secepatnya." tukas Akira ketus. Ia memang agak alergi dengan model manusia macam ini. Ekspresi wanita itu ketika melihat mereka datang pertama kali sungguh tak enak dilihat. Sayangnya salon ini adalah yang terbaik, jadi memang tak ada pilihan lain.

Dan roda efisiensi mulai bergerak ketika langganan datang dengan uang.

Hampir seluruh karyawan yang sedang tidak meng-handle pelanggan bergerak ke arah Asih, yang tampaknya malah ketakutan. Mungkin seumur-umur, baru kali ini ia diajak ke salon kecantikan. Hampir 4 jam lebih waktu yang berlalu ketika akhirnya sosok mirip boneka kembali dihadirkan ke hadapan Akira.

"Hmmm, much more better. Now a proper clothes will be next..." gumam Akira puas. Seperti yang ia kira sebelumnya. Meski bukan kapasitas super model, wajah Asih memiliki kecantikannya sendiri. Wajahnya oval dan tirus, sementara sebelumnya, dengan tatanan rambut sederhana saja, sudah mampu menunjukkan kualitas wajahnya, apalagi sekarang ketika setiap aspek keindahan yang ia miliki ditonjolkan sepenuhnya oleh tangan-tangan profesional.

Sementara itu, sang objek kekaguman berdiri dengan bingung sambil meremas-remas baju yang ia gunakan, bingung harus berbuat apa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!