Awal dari sebuah akhir (II)

Pria muda itu memang Akira...

Berawal dari mendirikan perusahaan kecil, dengan kemampuan analisis yang kuat dan keberanian untuk berspekulasi, Akira mendorong pendapatannya dengan sangat cepat. Meski terbilang hanya bermodalkan tekat, kemampuannya dalam melihat kesempatan ternyata memang jauh dibandingkan banyak orang lain.

Ketika banyak pengusaha masih sibuk mengeluarkan biaya untuk iklan di koran, majalah, radio dan bahkan televisi, Akira memilih untuk memanfaatkan internet yang memang belum terlalu akrab digeluti masyarakat waktu itu. Kemampuan belajar yang tinggi, dan keinginan untuk membuktikan dirinya sendiri, mendorongnya untuk belajar coding dan akhirnya membuatnya mampu membuat web untuk perusahaannya sendiri. Inilah yang lebih dari semuanya, membuat perusahaannya berkembang sedemikian pesat, dan mendorongnya menjadi salah satu orang berpenghasilan tinggi dalam waktu singkat.

Sementara itu, jenis jasa yang ia sediakan sendiri adalah jenis layanan jasa yang banyak dibutuhkan orang. Perusahaannya hanya menyediakan jasa perawatan gedung tinggi dalam bentuk pembersihan ataupun maintenance, yang rupanya memakan biaya tinggi dalam pelaksanaannya. Namun metode yang ia pilih, rupanya mampu memangkas biaya yang harus dikeluarkan pemilik gedung sampai nyaris setengahnya, dan meningkatkan efisiensi waktu pekerjaan hingga 60% dari yang seharusnya. Yang mana tentu saja, membuat perusahaan Akira jadi pilihan utama dan segera saja, mendorong perusahaan itu menjadi salah satu perusahaan besar di Indonesia.

Akira, seorang mantan junkies yang terkenal dengan berbagai jenis kegiatan melanggar hukum, kembali mengguncang kota kecilnya dengan prestasi gemilang yang membuat iri banyak orang yang sebelumnya memandangnya rendah.

Sementara itu, seiring dengan pencapaiannya di bidang keuangan, Akira masih tak mengendur.

Dengan banyaknya tenaga kerja yang ia rekrut dari organisasi tempat ia terlibat ketika masih kuliah, Akira mulai mendorong juniornya untuk lebih aktif dalam mengembangkan diri mereka lebih jauh. Dengan caranya sendiri, ia membuat organisasi junior-juniornya, yang sebelumnya terkenal sebagai organisasi pembuang uang nomor satu dengan berbagai kegiatannya yang mahal, menjadi organisasi hobby yang memiliki divisi usaha dana yang sangat kuat, yang bahkan mampu membiayai kegiatan luar pulau sekalipun. Yang secara otomatis, bahkan mampu meningkatkan pandangan para akademisi kampus ke level yang sangat tinggi.

Jika ini masih belum cukup, Akira sendiri bukanlah sosok yang tak enak dilihat.

Memiliki tinggi 183 cm, dengan rambut hitam lurus alami, yang selalu tergerai melewati bahu bidangnya, Akira dikaruniai wajah oriental lembut dengan kulit kecoklatan, yang dipertegas alis tebal melengkapi pandangan penuh determinasi yang kerap muncul di matanya, menjadikannya sosok yang sulit ditolak oleh lawan jenis. Belum lagi kemampuannya dalam berkomunikasi, yang nyaris bisa dibilang dengan istilah "ber-mulut manis" itu, membuatnya benar-benar mudah mencari pasangan.

Akira benar-benar tampak sebagai seorang lelaki idaman semua orang. Tampan, kaya, pintar membawa diri, sopan, dan memiliki selera humor yang tinggi...

Sayangnya, ternyata terlalu banyak hal baik itu tidak selamanya baik.

Seiring berbagai keberhasilan yang diraihnya, Akira mulai tak lagi mampu menikmati banyak hal baik dalam hidupnya. Seiring dengan meningkatnya pencapaian yang ia bukukan, semakin Akira merasakan kehampaan. Beragam tantangan yang ia selesaikan, tak lagi mampu memberikan rasa bahagia atas pencapaian itu sendiri.

Bahkan seperti ketika saat ini, menekuri berkas draft anggaran project pekerjaan yang sudah 98% didapatkannya, dimana nilai yang tertera pada dokumen itu akan mampu membuat 85% warga Indonesia berdecak kagum akan jumlahnya, tak mampu lagi membuatnya merasa bangga.

Atau ketukan lembut di pintu kamar penthouse yang ia tempati saat ini, yang ia tahu pasti itu datang dari gadis berperawakan super model dengan wajah mempesona, yang akan rela menemaninya melakukan apapun yang Akira inginkan tanpa bayaran sepeserpun itu tak lagi mampu menimbulkan riak di hatinya.

Pria muda itu bosan!

Hidup benar-benar menjadi terlalu mudah bagi Akira...

......................

Hari masih pagi ketika rombongan penuh energi itu turun dari mobil dan mulai turut menyumbangkan keributan ke apron terminal keberangkatan pesawat udara Adi Sucipto dengan celotehan dan gelak tawa mereka. Berbalut beragam jenis outfit kegiatan luar ruangan, para pemuda itu sibuk menurunkan carrier dalam berbagai ukuran dan warna cerah, melengkapi canda ceria mereka tanpa perduli akan banyak pandangan mara yang diarahkan pada mereka sedikitpun.

"Buruan, team. Pesawat berangkat 45 menit lagi."

"Ah, kalem to Mas, masih cukup waktu untuk ngrokok dulu ini."

"Ngrokok dengkulmu itu, nggak liat apa antrian segitu panjang buat check in?"

"Ah, memang Ajo itu kurang cerdas. Otaknya sering-sering dibawa kalo pergi, Jo!"

Dan gelak tawa kembali membahana dari rombongan itu, sementara Akira, yang menunggu rombongan itu sejak hampir 1 jam yang lalu, cuma tersenyum kecil. Kelakuan adik-adik tingkatnya memang selalu seperti ini. Nyaris tak ada masalah yang mampu membuat mereka lupa untuk tertawa. Kali inipun tak jauh berbeda.

Sebagaimana seperti yang sudah ia atur, project itu tak lepas dari genggamannya.

Dan rombongan pemuda liar inilah bagian dari team yang ia pimpin untuk memastikan pekerjaan itu terlaksana dengan baik.

"Wouh, Mas Akira!" sahut salah satu anggota rombongan itu ketika akhirnya ia menyadari sosok Akira yang tersenyum ke arah mereka. Sementara, anggota yang lain segera menghentikan kegiatannya dan mengalihkan semua celotehan ke senior yang sangat mereka hormati itu.

"Maaf telat, Mas. Tadi si Ajo nguras WC dulu!"

"Wooo, raimu! Enggak Mas, itu si Parno kumat parno gegara becak semalem, jadi bingung sembunyi waktu kami datang!" sergah salah satu yang disebut Ajo sebelumnya

Sementara itu, Akira cuma tertawa kecil sambil menjabat tangan setiap anggota teamnya yang berebut mendekatinya.

"Sudah. Ayo buruan check-in dulu. Repot kalau ketinggalan pesawat." ujarnya sambil tertawa kecil, memadamkan kericuhan kecil yang terjadi karena pertengkaran Ajo dan Parno, yang langsung membuat rombongan itu segera berbaris menuju gerbang keberangkatan.

"Mas serius ikutan kesana to ini?" tanya Ajo kemudian ketika mereka berjalan menunju anjungan keberangkatan.

"Iya." sahut Akira pendek.

"Tumben Mas? Seriusan itu nggak berantakan urusan kerjaan yang lain?" sambungnya lagi. Sudah lumayan lama sejak Akira menyertai teamnya ke lokasi pekerjaan karena banyaknya pekerjaan yang harus ia selesaikan, yang seringkali membuatnya harus beterbangan dari satu kota ke kota lain dalam hari-harinya.

"Kenapa emangnya Jo? Nggak seneng tak temeni?" balas Akira sambil tersenyum.

"Wooi, lha bahagia nek ditemeni-lah. Kan lebih tenang kalau Mas di lokasi lho!" balasnya cepat.

Akira cuma tertawa kecil mendengar jawaban ini, yang segera ditimpali oleh yang lain. Ia segera menarik diri dari percakapan rekan-rekannya dan membiarkan mereka dengan keributannya. Kenyataannya adalah, Akira benar-benar bosan dengan hidupnya...

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!