Awal dari sebuah akhir (III)

Akira mendiamkan saja anak rambut yang terlepas dari ikatan. Angin yang lumayan kuat terus saja membuat rambutnya berantakan. Pandangan matanya jauh tanpa ada sedikitpun keinginan untuk menikmati indahnya matahari tenggelam dari tempat ini, sebuah restoran terapung yang secara rutin melayari sungai Mahakam sebagai salah satu paket wisata yang ditawarkan pulau terluas di Indonesia ini.

Borneo...

Pulau terluas yang memiliki beragam koleksi satwa dan botani terlengkap dalam hutan hujan yang konon menyaingi rimba di Amazon sana. Namun bahkan indahnya pemandangan yang tengah ia nikmati itupun tak mampu membuat pria itu bergeming. Sosoknya yang tegap tampak melengkung lesu seakan terhimpit oleh beban yang tak terlihat ketika ia tak berhenti menarik nafas dalam.

Ia sudah berada di pulau ini selama lebih dari dua minggu, yang hampir setiap harinya, ia habiskan untuk keluyuran ke berbagai daerah di pulau ini. Akira bahkan tak merasa perlu untuk datang dan mendampingi teamnya dalam pekerjaan mereka. Ia hanya memastikan team mendapat akses untuk segala hal yang mereka butuhkan dalam menyelesaikan ketugasan dan kemudian ia meninggalkan mereka.

Dirt bike traveling menjadi pilihan pertamanya, yang segera ia tinggalkan untuk mencoba berenang dengan ubur-ubur air tawar di salah satu pulau wisata di ujung utara Kalimantan, yang tak ia selesaikan paketnya, hanya untuk menyusuri jalan penghubung antara Samarinda dan Balikpapan untuk berburu durian. Dan akhirnya ia berakhir di sini, di dek kapal cafe terapung yang menyusuri sungai Mahakam dalam kondisi menyesali diri.

Sungguh perjalanan yang sia-sia, desah batinnya kelu.

Akira begitu larut dalam lamunan, hingga tak menyadari bahwa tiba-tiba saja, suara seorang wanita muda menyeret kesadarannya kembali.

"Maaf, boleh saya duduk disini?"

Akira sedikit terkejut ketika mendapati sosok yang mempesona tiba-tiba saja menduduki kursi di depannya. Spontan senyum manis muncul di bibir Akira dan hampir seperti program komputer, balasan lembut muncul darinya.

"Oh, maaf. Silahkan." ujarnya sambil tersenyum sopan dan kembali memalingkan wajahnya dari sosok mempesona itu tanpa ada keinginan untuk melanjutkan interaksi lebih jauh. Akira sedang tak memiliki keinginan untuk bersosialisasi sedikitpun, tapi nampaknya si wanita itu sendiri tak berencana untuk membiarkan Akira kembali tenggelam dalam lamunan.

"Pemandangannya indah ya?" tukasnya lagi ketika senyum manis muncul di bibirnya.

Akira hanya mengalihkan pandangan padanya dan tersenyum sebelum kembali memalingkan wajah. Tapi wanita itu tampaknya benar-benar tak mengenali penolakan. Tanpa berhenti, ia terus berusaha untuk mencoba menarik perhatian Akira dengan celotehan tanpa henti, yang semakin lama membuat Akira merasa makin jengkel. Meski banyak orang mengatakan kalau Akira adalah seorang pembawa cahaya pesta, ia sedang tidak dalam mood yang baik saat ini. Kerutan di dahinya tumbuh semakin dalam ketika wanita muda itu tampaknya berniat untuk terus saja berbicara tanpa henti.

"Maaf, saya sedang kurang bisa menikmati kebersamaan dengan orang lain saat ini." potong Akira lembut. Meski senyum sopan terus terpasang di wajahnya, matanya dingin ketika jatuh pada sosok mempesona didepannya itu.

"Kalau anda tetap ingin duduk disini, saya akan pergi. Terima kasih." lanjutnya sembari berdiri dan meninggalkan meja itu.

Mungkin menarik perhatian banyak orang itu menyenangkan, tapi baginya, ketika semua menjadi terlalu mudah, tak ada lagi yang menjadi menarik dan menyenangkan bagi Akira hari-hari ini.

"Kau yakin, Gorgeous? Aku bisa jadi adalah hal yang selama ini kau cari untuk mengisi lubang di hatimu lho?"

Akira hanya mendengus dingin. Ia terus melangkah menuju pagar dek dan menjauh dari wanita.

Wanita model apa yang belum pernah ia rasakan?

Petualangan Akira terlalu liar, dan seringkali dalam beberapa kesempatan, wanita-wanita itu seakan bahkan berusaha melompat ke dalam pelukannya. Ia juga hanya seorang pria normal, yang tentunya tak akan menolak berbagai kesenangan yang mungkin muncul.

Padahal jika dibilang nakal, tak tahu aturan, hedon, atau kata apapun yang berkonotasi miring, pria muda itu benar-benar terbilang sama sekali bukan itu. Akira tak pernah membeli layanan jasa escort girl atau bahkan pergi ke Bar untuk membeli layanan jasa intim seperti yang banyak dilakukan oleh pria-pria lain. Akira lebih cenderung percaya pada romantisme berlebih, yang berarti juga hubungan badan-pun memerlukan proses.

Whamp Bamp, Thank you Mam?

Tidak!

Itu benar-benar bukan Akira. Tapi mungkin juga karena itu pula, wanita yang mengenalnya, benar-benar memiliki kesulitan untuk melupakan pria ini, apapun kondisi mereka. Saat Akira menghubungi, setiap salah satu dari mereka akan meninggalkan apapun untuk bersama pria muda itu meski bahkan hanya untuk beberapa jam.

Dan wanita tadi bilang seperti itu? Sungguh sebuah lelucon!

Akira kembali menarik nafas panjang, mencoba mengurai ikatan erat yang seakan berusaha menghentikan nafasnya saat ini. Dulu ia pernah berpikir kalau mampu menuruti apapun yang ia inginkan akan membuatnya bahagia. Ia tak mengira kalau ternyata hidupnya akan menjadi sedemikian datar seperti sekarang.

Huh, benar-benar menyedihkan, desah batin Akira ketika perlahan, matahari menyembunyikan diri di cakrawala, seiring berakhirnya jarak tempuh kapal wisata ini.

Langkah pria muda itu gontai ketika menuruni kapal wisata, yang tak banyak orang bisa menikmatinya. Dalam balutan baju setelan berharga mahal, sosoknya yang tegap dan berisi tampak memancarkan rasa gamang dan kebosanan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!