Ketika Semua Menjadi Terlalu Sempurna

Dering telpon sejenak berkumandang sebelum kemudian, Asih bergegas mendatangi pemuda yang tengah menikmati kopi paginya di ruang makan itu.

"Mas, anu, ehm, ada telpon dari Bank." katanya lirih. Meski sudah beberapa waktu berlalu dan tak pernah ada kejadian buruk sedikitpun, gadis itu belum mampu sepenuhnya menghilangkan ketakutan di hatinya.

Pemuda itu tersenyum dan berterima kasih sebelum beranjak untuk mengangkat telpon.

"Selamat siang, kami dari Bank BCA. Apakah saya berbicara dengan Bapak Anton Prawira Perkasa?" sahut suara itu ketika sapaan Akira terdengar.

"Betul, saya sendiri. Apa yang bisa saya bantu?"

"Baik. Sekedar menginformasikan kalau dana RDN sudah diterima ya Pak Anton. Apakah ada kebutuhan khusus yang bisa kami bantu untuk dana tersebut, Pak?" lanjut suara sopan di seberang.

Akira hanya tersenyum. Akhirnya penantiannya terbayar lunas.

"Tolong tansfer dana tersebut ke rekening pribadi saya ya. Terima kasih." jawab Akira dengan tenang.

"Baik Pak. Untuk proses mungkin akan memakan waktu. Atau bisa kami tawarkan produk lain mungkin?"

"Tidak perlu untuk saat ini. Tolong saya dikabari setelah dana masuk ke rekening pribadi saya. Itu saja. Terima kasih." jawab Akira sambil mengakhiri percakapan.

Senyum seakan tak mau pergi dari bibirnya. Meski hampir bisa dibilang curang karena sudah mengetahui hal ini sejak awal, Akira tetap saja tak mampu menahan diri.

Ia yang sekarang, bocah seusia anak kelas 3 SMU dan memiliki uang lebih dari 3 trilyun di Bank!

Belum lagi saham-saham yang ia miliki, yang mulai naik dengan perlahan. Ia cuma bisa makin kaya kedepannya.

Beberapa saat kemudian, ia segera menekan speed dial dan segera melakukan panggilan. Suara mesra yang lembut segera menyapa telinga Akira.

"Tumben Adek telpon sepagi ini. Ada apa Sayang?"

Akira tersenyum. Wanita ini makin ia anggap sebagai mamanya sendiri seiring waktu mereka berhubungan.

"Investasi adek berhasil, Ma. Uang deviden sudah masuk ke rekening RDN, dan proses untuk ditransfer ke rekening pribadi adek. Setelah masuk, adek bayar pinjaman adek." kata Akira dengan gembira. Meski sudah pasti ia akan berhasil, ada sedikit kesenangan ketika ternyata segala sesuatu berjalan sesuai dengan prediksi.

"Sebenarnya mama berharap adek gagal dalam investasinya, biar adek mau nemeni Mama disini." desah suara lembut lagi dengan nada menggerutu, meski tanpa bisa disembunyikan, kebanggaan terpancar darinya.

"Adek akan sering main kesana, Ma. Adek janji." sahut Akira sambil tertawa kecil. Hatinya menghangat ketika mengingat dukungan dan semangat yang terus diberikan oleh wanita itu selama ini.

"Hmmm, mulut manis, tukang bohong. 2 minggu, kalau adek nggak sampai sini, Mama kesana." balas wanita itu sambil tertawa.

"Baik Ma. ya udah, mama baik-baik ya disana, 2 minggu lagi adek sana." dan Akira mengakhiri hubungan panggilan itu.

......................

Tak bisa lagi semuanya jadi lebih bagus.

Setiap rencana keuangan Akira berjalan sesuai dengan perkiraan. Tak heran, dengan semua hal yang ia ketahui dari garis waktunya sendiri, akan menjadi sebuah kebodohan yang amat sangat fatal jika ia sampai gagal.

Investasinya di bidang saham sudah menuai hasil sesuai perkiraan. Sementara itu, dengan internet yang semakin luas menguasai aspek kehidupan di negara ini, usaha kecilnya tak mampu lagi memenuhi permintaan. Akira sudah membidik pembelian lahan baru yang akan ia gunakan untuk membuat sebuah net center dengan bilik-bilik dengan koneksi berkecepatan tinggi yang akan mampu mengakomodir kebutuhan bagi seorang trader valuta asing sekalipun. Sementara itu, lokal khusus ia sediakan bagi para penggemar game online dengan fasilitas yang akan memukau gamer profesional sekalipun. Sementara sebuah counter akan melayani hampir sebagian besar kebutuhan IT setiap pengunjung yang datang, termasuk diantaranya cash game yang akan memberikan penghasilan besar kedepannya.

Sementara itu, dengan besarnya dana yang ada di rekeningnya, sektor pendapatan lanjutan yang sudah ada dalam rencana Akira adalah sektor lahan dan perumahan.

Tak akan butuh waktu lama sebelum penghuni negara ini membutuhkan tanah dan rumah bagi mereka sendiri. Hal itu sudah dibuktikan oleh salah satu pengusaha terkenal di garis waktunya sendiri. Dan kali ini, adalah kesempatannya untuk menjadi konglomerat di bidang itu dan meminta maaf pada pengusaha itu atas pelanggaran ini.

Pendidikan Asih-pun berjalan dengan lancar. Kemampuan otak gadis itu tidaklah sederhana sedikitpun, meski hal itu hanya berlaku ketika Akira tak berada didekatnya. Asih belajar seperti tak mengenal hari esok, dan sudah dipastikan kalau di tahun ajaran baru, yang hanya sekitar dua bulan lagi, dunia pendidikan akan memiliki seorang siswi cantik bernama Sekar Kinasih disana. Salah satu tutor Asih, yang rupanya merupakan seorang guru sekolah negeri di kota ini, memastikan hal itu. Selama Asih menyelesaikan ujian paketnya dengan baik, gadis itu tak akan memiliki kesulitan menempuh pendidikan di sekolah normal. Seiring dengan perkembangan ini, Akira mulai melibatkan gadis itu dalam setiap pergerakannya. Membuat gadis itu mulai belajar untuk menjadi dirinya sendiri seiring dengan makin banyaknya interaksi gadis itu dengan banyak orang lain.

Sementara itu, Panji dan Bardo, duo gelandangan gunung itu semakin sering melibatkan Akira dalam berbagai kegiatan esktrim luar ruangan yang diselenggarakan oleh organisasi mereka. Meski tak pernah mampu memastikan darimana Kolep yang sebelumnya terkenal sebagai beban ini berubah menjadi seorang dengan pengetahuan dan kemampuan kelas instruktur level dewa, toh mereka berdua tak perduli selama ilmu itu bisa dibagikan ke junior mereka yang lain. Hanya dalam waktu singkat, organisasi mereka menjadi panutan bagi organisasi lain dalam proses pendidikan anggota baru. Sistem dan metode yang dibawa Kolep terlalu efisien untuk tidak ditiru!

Sementara Kolep A. K. A. Akira sendiri?

Semakin hari, semakin ia menikmati waktunya...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***