A New Beginnings

Akira kembali melihat Asih, yang tampaknya mulai bingung bagaimana harus bersikap di depannya. Sikap pemuda ini sungguh aneh.

"Terima kasih, Sih. Aku sudah telpon Mama sebelum aku mengambil uang dan barang-barang itu. Mulai saat ini, kau tak perlu lagi kembali ke rumah itu." sahut Akira pelan tanpa terlalu memikirkan apapun. Otaknya tengah sibuk merancang masa depan seperti apa yang harus ia ciptakan baginya dan Asih. Toh bisa dibilang gadis itu adalah istri tidak sah baginya, meski Anton buduk itu yang menikmatinya. Tapi itu bukan masalah. Jika tanpa modal saja ia mampu menjadi sosok yang sedemikian kaya sebelumnya, maka dengan modal ratusan juta dan pengetahuan yang ia miliki, hanya waktu yang memisahkannya dengan keberhasilan seperti apapun yang ingin ia capai.

"Ah, Mas, anu, Raden, ah Raden Mas Akira, tapi saya kan nggak salah..." sahut Asih ketakutan tanpa mampu menahan air mata yang segera membasahi wajahnya.

Aduh, salah ngomong lagi, batin Akira kecut ketika tanpa sadar ia malah tertawa melihat kondisi ini.

Bocah egomaniac itu benar-benar sesuatu yang lain, desah pikirannya tanpa daya ketika ia kembali harus berusaha menjelaskan keinginannya pada gadis yang tak mampu berhenti menangis itu

......................

Waktu berlalu bagai terbang. Kisaran rangkaian kejadian yang terjadi berputar seiring hidup manusia yang senantiasa penuh dengan pilihan. Akira memilih pindah ke kota Klaten alih-alih tetap berada di kota gudeg itu. Dengan uang yang ia miliki, sungguh hal yang mudah untuk membeli rumah kecil yang ia tinggali bersama Asih. Hubungan mereka tetap secanggung sebelumnya, meski sudah hampir 3 bulan waktu yang berlalu mereka jalani berdua.

Sayangnya, jika itu boleh dibilang sebagai sebuah hal yang patut disayangkan jika melihat kondisi mereka berdua, Asih kehilangan kandungannya ketika ia memaksa diri saat mereka berdua pindah rumah. Hal yang rupanya malah sedikit mempermudah kondisi canggung itu.

Namun Akira tetap memperlakukan Asih dengan sopan. Tak sekalipun ia berusaha melakukan apapun di luar batas. Meski tak jarang ia harus mengelus dada dan mengutuk kebodohannya sendiri ketika dalam berbagai kesempatan, ketika ia pulang dengan keadaan jengkel karena berbagai hal di luar, Asih akan menganggap itu sebagai kesalahannya dan melakukan berbagai macam usaha untuk membayar kesalahan itu. Termasuk diantaranya menemaninya mandi, atau masuk ke kamarnya dengan telanjang dan berbagai hal absurd lainnya. Jika saja Akira tak melihat rasa takut dan cemas yang terpatri di wajah gadis itu, mungkin saja ia berpikir kalau Asih memang menikmati hal-hal itu. Namun sejauh ini, hanya itulah yang terjadi diantara mereka. Akira masih memiliki batas ketahanan jauh melampaui godaan konyol seperti itu. Hubungan mereka mulai sedikit melunak dan sedikit mendekati kewajaran. Bahkan di beberapa kesempatan, Akira sungguh benar-benar menikmatinya. Terlepas dari beragam kekonyolan yang terjadi sebagai dampak yang tersisa dari perlakuan Anton, Asih benar-benar gadis dengan kepribadian yang menyenangkan. Jika saja kondisinya berbeda, bukan tak mungkin gadis ini akan menjadi primadona di sekolah manapun ia berada. Ramah, penuh senyum, dan gampang bergaul dengan siapapun adalah hal yang kemudian disadari Akira beberapa waktu setelah mereka tinggal bersama. Hanya butuh kurang dari 2 minggu baginya untuk dikenal di area perkampungan semi cluster tempat mereka tinggal saat ini. Asih, adiknya Mas Akira. Cantik, ramah, baik hati dan suka menolong adalah beberapa hal yang sudah disematkan oleh banyak orang yang mengenalnya. Selain itu, berbakti pada kakaknya, meski bagi Akira, itu lebih seperti was-was dan takut akan lebih tepat. Namun lebih dari itu, Akira memang mengagumi keinginan gadis itu untuk belajar. Menurutnya, jika manusia memiliki kapasitas ini, tak perduli apapun, mereka pasti akan berhasil. Sebagaimana hari inipun, gadis itu telah menyiapkan kopi pagi seperti yang Akira suka. Kopi grinding pekat dari biji asli yang disajikan tanpa gula. Ia hanya menunjukkan cara bagaimana ia suka menikmati kopinya, dan gadis itu segera mengambil alih peran barista di rumah itu. Asih sama sekali tak mengijinkannya untuk menangani urusan rumah tangga. Setiap kebutuhan Akira diperhatikan selayaknya raja, meski tanpa panggilan Raden konyol itu. Hanya urusan ranjang saja yang hingga saat ini, Akira tak mengijinkan dirinya sendiri memanfaatkan keadaan. Masih terlalu banyak hal yang perlu dibenahi sebelum ia mengijinkan dirinya sendiri untuk menikmati kesenangan hidup yang lebih dari yang seharusnya. Ini memang lebih seperti prinsip hidup bagi Akira. Orang hanya pantas bersenang-senang jika mereka layak atas itu, dan untuk saat ini, jalan masih amat sangat jauh untuknya.

Meski berbekal pengetahuan yang ia dapatkan dari hidup sebelumnya, bukan berarti setiap usahanya segera membuahkan hasil. Sementara setiap sen yang ia bawa dari rumah adalah pinjaman. Itu yang ia sampaikan ke Mama waktu itu. Masih jelas dalam ingatannya percakapan mereka saat itu.

"Kamu yakin ingin mengambil jalan itu, Nak?" suara lembut wanita yang menjawab panggilannya itu tak mampu menyembunyikan rasa was-was di dalamnya. Fakta bahwa kehidupan rumah tangga kecil mereka retak dan menuju kehancuran adalah kenyataan pahit yang enggan wanita itu akui. Suaminya selingkuh dengan wanita yang jauh lebih muda darinya, dan sayangnya, hal itu berimbas pada anak mereka satu-satunya, Anton.

"Iya Ma. Adek nggak mau selalu bergantung dengan mama. Adek pengen bisa mandiri dan tak tergantung dengan orang lain." jawab Akira pelan.

"Tapi mama kan bukan orang lain, Ton?" sahutnya lagi, sementara Akira tertawa kecil. Hanya ia yang tahu kalau wanita itu memang orang lain baginya.

"Mama tahulah apa maksud Adek. Adek pasti akan berhasil. Setiap nilai yang adek pinjam, akan adek kembalikan dengan tepat." sambung Akira.

"Baik, kalau Adek yakin dengan itu. Mama akan kasih waktu 2 tahun. Pakai setiap sen yang adek butuhkan dan kembalikan dalam waktu 2 tahun. Jika dalam waktu itu adek gagal, adek harus nurut dan ikut mama disini. Sepakat?"

"Baik Ma. Adek berjanji untuk tidak menghianati kepercayaan Mama. Adek pasti berhasil. Terima kasih Ma..." jawab Akira dengan senang. Dengan uang modal, ia baru saja memastikan pijakan untuk dirinya sendiri di kehidupan ini. Ia tahu, nilai yang ada di dalam brankas Mama bahkan cukup membuat perusahaan besar malu. Jika dengan jumlah sebesar itu ia masih tak berhasil, akan lebih jika ia mati lagi saja.

Akira sibuk dengan berbagai rencana yang ia buat tanpa ia sadari, jauh di seberang laut, sosok wanita cantik dengan balutan dress buatan perancang terkenal tengah berurai air mata ketika kesedihan merajam habis isi hatinya. Entah kenapa, wanita itu merasa kalau telpon yang baru saja ia terima telah mengambil apa yang tersisa di hatinya....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!