harapan

"Ah betul betul. Jadi percuma sepertinya bertanya pada Dina. kita hanya cukup bertanya, apakah pasien mu tadi tampan?" Tanya Ria bersemangat dengan mata berbinar binar.

"Hmm tampan.. kulitnya putih, matanya kecil, bibirnya kecil, rambutnya hitam pekat. Suaranya serak karena tadi dia sakit tenggorokan." Jelas Dina kepada teman temannya.

Dina masih heran dengan ekspresi teman temannya yang semangat ini.

"Betul kan kalau Dokter Dina sudah bilang tampan. Sudah bisa kita pastikan dia tampan." Kata Suster Indah

"Sebentar, tadi namanya Min Yoongi. Dari group boy band apa?" Tanya Dina.

"Dokter. Dia dari BTS" kata Indag

"Iya kah?" Sekarang Dina yang benar benar terkejut. Walaupun Dina tidak mengikuti Boy band tersebut, tetapi Dina tahu bahwa boy band BTS memang populer di Korea.

Dina bahkan tidak tahu ada berapa member dan siapa saja membernya.

Walapun bisa dibilang orang Korea tidak ada yang tidak tahu BTS. Tp Dina memang tidak terlalu tertarik dengan boy band. Bukan lagunya. Tapi tentang boy band nya itu sendiri.

Dina punya beberapa lagu yang Dina suka dari boy band atau solois Korea. Tapi Dina tidak mengetahui wajahnya hanya sebagian yang Dina tahu.

Dina bukan orang yang terlalu mengagumi seseorang atau sesuatu. Jadi Dina adalah orang yang biasa biasa saja.

"Apakah aku perlu mencari tahu?" Tanya Dina ke teman temannya.

"Lebih baik kau membaca saja di perpustakaan Dina" ejek Ria kepada Dina. Mengingat Ria memang tahu watak Dina seperti apa.

Dina bergegas mencari telfonnya dan menelfon Hani untuk membicarakan apa yang terjadi barusan.

Dina segera keluar ruangan.

"Halo Hani apakah kau sedang sibuk?" sapa Dina

"Kenapa Din?" Tanya Hani

"Apa kah kau ingat anak laki laki yang suka main basket saat kita pulang sekolah dulu. Sewaktu kita SMA? Anak laki laki yang dulu aku suka? Kau ingat?" Dina berusaha membuat sahabatnya mengingat kejadian dulu.

"Aah itu. Yoongi. Kalau tidak salah, kau dengar namanya Yoongi kan?" Hani yang teringat sesuatu.

"Betul. Kau tahu, hari ini aku mendapatkan pasien jadwal khusus. Dan pasien itu bernama Yoongi. Min Yoongi. Yang lebih membuatku terkejut. Dia menanyakan ku. Apakah aku bersekolah di Daegu?"

"Wah apakah ini takdir? Yoongi yang dulu kau suka?" Tanya Hani.

"sejujurnya. Aku tidak yakin. Tapi Aku beri tahu yang lebih mengejutkan. Yoongi pasien ku ini adalah member goup boy band BTS. Aku baru di beri tahu teman teman di sini." kata Dina

"Sebentar, BTS? Bukan kah aku pernah memberi tahu mu. Bahwa salah satu member BTS ada yang bernama Min Yoongi. Aku memberi tahu mu untuk melihatnya. Memastikan apakah dia anak laki laki itu?" Kata Hani mengingatkan Dina.

"Benar kah? Aku tidak terlalu sungguh sungguh mencari tahunya. Karena saat itu aku melihat tidak ada nama Yoongi di dalam gorup itu" jelas Dina.

"Nama panggungnya memang bukan Yoongi, Dina. Tapi Suga. Kau bahkan mempunyai lagu BTS yang ada di playlist mu" Hani terheran dengan tingkah temannya yang satu ini.

"Ah betul ada beberapa lagu BTS yang ada di playlist lagu ku. Pantas aku tidak menemukan nama Yoongi di group itu." Kata Dina.

"Bagaimana? Sekarang kau tahu? Apakah mereka orang yang sama? Pasien mu dan anak laki laki yang dulu?" Tanya Hani memastikan.

"Aku tidak yakin Hani. Tapi kalau di fikir dengan logika. Siapa artis yang mengenaliku. Bahkan tau aku dari Daegu?" Dina masih tidak habis fikir.

"Tapi Hani. Dia tadi meminta nomer ku" kata Dina.

"Bagus Dina, kau tidak memberikan nomer acak seperti kebiasaan mu kan?" Hani tahu kebiasaan Dina jika ada seorang pria yang suka meminta nomer telfon Dina.

"Tentu tidak. Dia pasien ku" kata Dina

"Bagus.. saat dia menghubungi mu nanti. Kau bisa langsung tanyakan pada nya" kata Hani memberikan saran.

"Ini membuat ku berdebar Hani. Aku takut jika aku salah mengenali orang." Dina khawatir.

"Sekarang, kau cukup menunggu telfon dari nya saja, kau bisa menjadi dokter untuk setiap pasien mu seperti biasa. Posisikan dia seperti pasien pasien mu yang lain" kata Hani

Seperti nya ini saran yang cukup bisa di lakukan Dina untuk saat ini. Dina akan bersikap seperti tidak ada apa apa. Dan seperti hal biasa yang sering di alami.

"Baiklah. Aku tenang setelah berbicara dengan mu. Terimakasih Hani. Aku akan kembali bekerja" Dina pamit mengakhiri telfonnya.

"Bye" Hani mengakhiri menutup telfonnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!