melahirkan

Adeline meremat tangah Farhan. Semakin lama ia merasakan perut nya semakin sakit.

"sabar ya sayang,, sebentar lagi ya. Anak pintar" ucap Adeline mengelus perut nya.

seperti paham dengan apa yang di rasakan oleh sang mama. Bayi dalam perut itu pun tenang.

"biiikkk!!!" teriak Farhan.

"ayo mas, pakaian ganti sudah siap"

Farhan menggendong Adeline. Ia berlari dan mendudukkan Adeline di motor. Kemudian bik Narti mendampingi di belakang. Sementara Farhan langsung menancap gas menuju rumah bidan mawar. Beruntung jalan sudah sangat bagus jadi tidak ada lubang ataupun geronjolan.

Adeline mencoba tenang, ia menarik nafas kemudian menghembuskan nya perlahan. Mengatur degub jantung yang tak berirama. Ia harus tenang dan yakin bahwa semua akan baik-baik saja.

Tak hanya Adeline, Sadewa yang sedang melakukan rapat dengan para direksi pun tampak begitu gelisah. Ia terlihat tidak fokus dengan apa yang di presentasi kan oleh salah satu staf kantor.

Tuan tua yang melihat sang cucu tak fokus pun menyenggol lengan nya. Tuan tua mengangkat alis nya bertanya pada sang cucu dan di jawab gelengan oleh Sadewa. Tapi semakin lama rasa gelisah Sadewa semakin kentara dan akhirnya ia memutuskan untuk undur diri dari rapat.

"maaf sebelumnya, saya ada keperluan mendadak. saya mohon undur diri terlebih dahulu"

Sadewa berdiri kemudian membungkuk dan berlalu. sedang tuan tua hanya memandang ke arah sang cucu.

Sadewa menuju ruangan nya, sampai di ruangan yang cukup luas itu ia segera meraih ponsel nya dan menghubungi Anton yang saat ini sedang berada di ruangan nya. Di meja nya tampak menumpuk berkas-berkas yang sudah membuat nya lembut selama berhari-hari.

Anton segera menjawab panggilan sang bos. Hingga kemudian ia langsung melotot saat mendapat pertanyaan dari bos nya.

"halo Anton? Kenapa diam saja? Apakah ada sesuatu yang terjadi pada wanita itu? Apakah kandungan nya baik-baik saja. Aku merasa gelisah sejak tadi"

"ma-maafkan saya bos. Se-sebenar nya..."

"ayo kata kan jangan bertele-tele"

"nyonya akan melahirkan siang ini bos"

"apa!!! Kau baru mengatakan nya sekarang?"

"ma-maf bos. saya...."

"gajimu bulan ini di potong"

Tut....

Anton merasa ingin menangis, ia menatap banyak nya berkas yang menumpuk di meja kerja nya. Sudah lah ia lembur, kurang tidur, makan tak teratur. Dan sekarang gaji nya bukan nya bertambah tapi justru di potong.

***

Sementara di daerah pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk kota. tampak seorang wanita paruh baya sedang memetik buah kopi yang siap panen. Sejadi beberapa hari yang lalu ia selalu merasakan perasaan gelisah yang tak menentu. Dalam hati kecil nya pun ia merindukan kedua anak nya yang sudah hampir setahun tak pulang ke rumah.

Rasanya ia sungguh menyesal karena tak mencegah kepergian mereka. Kini rasanya jika ia tau dimana keberadaan anak-anak nya ia akan menyusul. Ia merasa tak betah berada di rumah. Apalagi suaminya makin hari makin menjadi. Rasa malas nya semakin besar. Setiap harinya hanya tau makan, tidur dan pergi entah kemana. jika meminta uang tak di beri maka ia akan mengamuk.

Air mata Bu Warsih meleleh, ia merindukan anak perempuan nya yang selalu bercerita tentang apa saja. rindu anak lelaki yang selalu meramaikan rumah karena selalu mengganggu sang kakak.

Bu Warsih tak tahu, bahwa sekarang anak perempuan nya tengah berjuang menaruh kan nyawa demi sang bayi yang akan menjadi cucu nya. Bu Warsih pun tak tau, jika anak lelaki nya telah tumbuh menjadi pemuda yang bertanggung jawab dan mampu menjaga sang kakak.

Karena sejak hari dimana mereka keluar dari rumah itu, Farhan sudah meneguhkan hati untuk selalu membahagiakan sang kakak.

Dan sekarang, Farhan tampak menitikkan air mata saat melihat sang kakak tengah berjuang melahirkan sang calon anak. Adeline mencengkram tangan sang adik, mengatur nafas sesuai instruksi bidan mawar.

"dorong sekarang mbak" perintah bidan mawar.

"aaaaaa...." teriak Adeline.

Nafas nya terengah-engah, keringat tampak membanjiri wajah nya.

"ayo mbak, bismillah. demi dedek bayi"

Adeline menatap sang adik. Ia menarik nafas nya kemudian bersiap untuk mendorong lagi.

"aaaa....."

Oeekk ooeeekk oooeekkk

Adeline bernafas lega begitu pun Farhan. Tak terkecuali dengan buk Narti dan beberapa pria berpakaian serba hitam yang sejak tadi menunggu Adeline melahirkan.

Mereka berpandangan kemudian tersenyum lebar.

"tuan muda kecil telah lahir" ucap salah satu mereka dan di angguki yang lain.

pria itu langsung keluar dan melakukan panggilan telepon. Tak lama langsung terdengar sahutan dari arah sana.

"bagaimana?"

"semua berjalan dengan lancar bos. Tuan muda kecil telah lahir dengan selamat"

"bagus lah. Lalu bagaimana dengan nyonya muda? pastikan dia juga dalam keadaan baik-baik saja"

"ehh,, itu... Saya belum tau bos"

"dasar bod*h!"

Panggilan pun terputus, ia kembali menghampiri teman-teman nya tapi mereka semua sudah tidak ada di tempat. Ia melihat pintu rumah bidan mawar terbuka ia pun berinisiatif masuk. Dan rupanya semua temannya sudah masuk dan menyambut bayi kecil yang baru saja di bersihkan.

Farhan menggendong bayi kecil itu, meskipun dalam benak nya bertanya-tanya siapakah gerangan mereka yang tampak seperti pria sangar. Tapi yang lebih penting adalah mengadzankan keponakan nya.

Sembari melafazkan kalimat-kalimat adzan Farhan menitikkan air mata harunya. Sekarang ia sudah menjadi seorang paman. dan kakak nya sudah menjadi seorang ibu. Suara serak Farhan membuat para bodyguard utusan Anton itu ikut serta terharu.

Seandainya saja bos besar mereka ada disana juga.

***

Sadewa tak mampu menahan air matanya saat mendengar kabar bahwa istri kecil nya telah melahirkan seorang putra untuk nya.

"aku sudah menjadi papa" ucap nya tersenyum namun juga menangis haru.

"aku harus segera kembali ke tanah air. Ya benar, aku harus bertemu dengan putra ku"

Sadewa gegas beranjak, di negara yang tempat ia singgahi sekarang adalah waktu malam. Ia mencari sang kakek yang sedang bercengkrama dengan kepala pelayan yang ada di rumah itu.

"kakek" panggil Sadewa.

Tuan tua yang sudah menduga bahwa sang cucu akan mendatangi nya pun segera memberi kode pada kepala pelayan untuk meninggalkan nya.

"apakah kau ingin kembali?" tanya tuan tua.

"kakek sudah tau?"

"kembali lah jika kau ingin ku coret dari daftar keluarga"

"lakukan saja apa yang ingin kakek lakukan. Lagipula kekayaan ku sudah cukup untuk menghidupi keluarga kecil ku"

Sadewa beranjak, ia segera menelpon asisten nya untuk menyiapkan tiket pesawat. Sementara tuan tua hanya memandang punggung Sadewa dengan tatapan datar.

"aku sudah menjadi kakek buyut" ucap nya tertawa.

"hahaha ..... Aku tidak sabar untuk bermain bersama cicit ku" lanjut nya kemudian beranjak dan masuk ke dalam kamar.

Terpopuler

Comments

PANJUL MAN

PANJUL MAN

terharu

2024-03-09

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!