memutuskan pergi

Farhan terduduk di tepi ranjang yang ada di kamar nya. Teringat jika sang ayah memiliki hutang yang cukup banyak dan mengatas namakan sang kakak saat melakukan pinjaman itu.

"75 juta? Di pakai untuk apa uang itu" gumam nya.

Sementara Adeline sendiri tampak mengemas pakaian nya di dalam koper. Dua tamparan keras di pipi nya hingga membuat sudut bibir nya robek semakin meyakinkan Adeline untuk pergi.

"Adel..."

kegiatan Adel memasukkan baju dalam koper terhenti ketika pintu kamar nya tiba-tiba di buka. Adeline mendengus, kebiasaan orang tua nya adalah masuk kamar nya tanpa mengetuk pintu. Bukan kah itu menyalahi privasi seorang anak?

"kamu mau pergi kemana?" tanya sang ibu dengan nada khawatir.

Adeline menatap ibu nya kemudian tersenyum tipis.

"aku capek di rumah terus" jawab Adeline kemudian melanjutkan kegiatan memasukkan baju ke dalam koper.

"kamu tega ninggalin ibu?"

"bilang aja ibu mau uang berapa?"

"bukan gitu maksud ibu Del, kamu tau kan kalo ibu pasti bakal kesepian kalo ngga ada kamu"

"ibu yakin karena kesepian? Bukan karena ngga akan ada lagi pembantu gratisan yang akan membersihkan rumah."

"Adel..."

"kalo aku pergi ngga bakal ada yang jadi mesin ATM, ngga akan ada lagi yang bisa di jadikan sapi perah. Ibu sadar ngga sih selama ini udah nyakitin aku? aku udah beri semua gajiku ke ibu, beli kebutuhan dapur, biaya sekolah adek, bayar listrik. Beli ini dan itu, dan ketika ayah menyalah-nyalahkan aku apakah ibu ada membela aku? Enggak buk"

"Adel kamu kan tau kalo ayah itu kepala keluarga di rumah ini dan ibu adalah istri nya. tugas ibu itu diam ketika ayah mu berbicara. ibu ngga puny...."

"ya ya,,, selalu itu yang ibu katakan. ibu sebenarnya takut kan kalo di bentak sama ayah. Makanya diem aja pas aku di bentak bahkan sampai di tampar. Umum nya,, umum nya seorang ibu tidak akan rela anak nya di sakiti bahkan jika itu oleh ayah nya sendiri. tapi apa yang ibu lakukan? Ibu diem aja, ibu hanya menonton seolah itu adalah tontonan yang menarik"

Setelah melepas unek-unek nya Adeline melanjutkan memasukkan satu baju yang tersisa kemudian meraih tas punggung nya dan keluar dari kamar. Sedangkan ibu nya masih terdiam di kamar sembari memandang tiga ikat uang merah yang sengaja di tinggal kan oleh Adeline.

"mbak mau kemana?" tanya Farhan yang kebetulan hendak keluar dari kamar.

Farhan memperhatikan penampilan kakak nya yang masih acak-acakan. Fokus Farhan terletak pada kedua pipi sang kakak yang telah membengkak. Tangan Farhan refleks terkepal erat.

"mbak mau pergi, mbak capek di rumah. Kamu mau ikut mbak atau tetap..."

"aku ikut mbak Adel kemana pun mbak Adel akan pergi"

Adeline tersenyum tipis, merasa terharu karena masih ada adiknya yang akan selalu menemani nya.

"masuk dulu mbak"

Adeline melangkah kan kakinya masuk ke dalam kamar adiknya yang sama sederhana nya seperti kamar nya.

"aku akan bawa baju-baju ku sebentar mbak"

Adeline mengangguk, ia memperhatikan adiknya yang sedang memilah baju yang masih layak untuk di bawa. karena keterbatasan uang yang di miliki oleh Adeline maka baik dirinya ataupun adik nya hanya memiliki beberapa stel baju saja.

***

"anda yakin tuan akan mendaftarkan pernikahan siri anda itu? itu hanya sebuah transaksi tuan?"

"bukan akan Anton, tapi sudah. lihat ini"

Sadewa melempar akta nikah milik nya pada sang sekretaris, Anton. Mulut sekretaris nya itu terbuka lebar dan merasa syok.

"ta-tapi bagaimana bisa?"

"Karena aku memiliki uang"

"bukan itu tuan, bagaimana bisa anda bertindak seperti ini? Bagaimana dengan perjodohan anda yang telah keluar anda atur?"

"ck, kau membuat mood ku berantakan saja"

Sadewa meninggalkan sekretaris nya yang masih syok dengan kenyataan yang baru saja di terima.

"oh Tuhan, seperti nya aku baru saja membuat kesalahan fatal" lirih Anton menepuk pipi nya pelan.

***

"kita mau kemana mbak?" tanya Farhan saat mereka sudah menaiki sebuah mobil yang sengaja di sewa oleh Adeline.

"pak kita ke daerah yang sejuk dan sulit di jangkau oleh keluarga saya"

"dimana mbak?" tanya sang supir.

***

Farhan menghela nafas ketika mobil benar-benar berhenti di depan sebuah rumah yang sekelilingnya terdapat lahan kosong. Bersebrangan di jalan sana hamparan pohon yang belum pernah Farhan lihat tampak indah. karena suasana hampir mendekati tengah malam dan temaram lampu yang hanya samar-samar membuat penglihatan Farhan sedikit tidak jelas di tambah dengan rasa kantuk yang sangat.

"kita sampai, ayo masuk. Disini sangat dingin"

Farhan mengangguk, mungkin ini lah alasan sang kakak menyuruh nya memakai jaket saat berhenti di mushola tadi.

Adeline berjalan terlebih dahulu, sementara Farhan dan supir mobil mengambil koper di dalam bagasi mobil.

Tok tok tok

Setelah beberapa kali mengetuk pintu terdengar suara langkah kaki dari dalam.

Ceklek...

pintu terbuka dan munculah seorang wanita baya di temani oleh seorang perempuan yang usianya kira-kira tiga tahun di atas Adeline.

"selamat malam buk, kak, maaf mengganggu"

"Adeline? Kau Adel kan?" tanya perempuan itu.

Adeline tersenyum dan mengangguk.

"ya ampun, akhirnya sampai juga. Seharian kami nungguin kamu kirain kamu ngga jadi beli rumah sama lahan ini" ucap perempuan itu sembari memeluk singkat Adeline.

membeli rumah? Di tambah lahan? Farhan mengedarkan pandangan nya tapi karena lampu yang di pasang tidak terang akhirnya ia hanya bisa menunggu besok.

"dek, ayo masuk" seru Adeline.

Farhan terkejut, ia pun langsung melangkah kan kaki nya masuk ke dalam rumah yang tidak besar tapi lebih besar dari rumah nya dan sedikit lebih bagus.

"kita selesaikan transaksi nya besok pagi saja. Sekarang kalian pasti capek, lebih baik bersihkan badan kemudian istirahat" ucap wanita baya itu dan di angguki oleh sang anak.

"baik buk. Terima kasih"

Mereka pun masuk ke dalam kamar yang telah di sediakan. Sementara pak supir tidur sofa karena hanya ada 3 kamar saja. karena tubuh yang lelah dan suasana yang dingin membuat mereka tertidur dengan nyenyak hingga Adeline yang sedang pulas pun terbangun karena suara alarm nya.

dengan mata terpejam Adeline meraih ponsel nya dan mematikan alarm itu. Membuka matanya perlahan kemudian meraih jilbab instan dan keluar dari kamar.

"kakak kok udah bangun?" tanya Adeline melihat seorang wanita yang sedang memasak itu.

"iya Del, lagi masak juga. Kamu istirahat lagi aja"

"Adel bantu deh kak"

***

"bos, anda di minta pulang oleh tuan besar" lapor Anton pada bos nya yang baru saja membuka matanya.

"apakah tidak ada hal bagus yang akan kau sampaikan Ton?"

"sayang nya tidak ada bos"

Sadewa mendengus, mood pagi nya harus rusak setelah mendengar ucapan Anton. Akhirnya mau tak mau Sadewa harus bersiap untuk menemui sang kakek yang berada di pusat kota Indonesia itu. Dengan menaiki helikopter pribadi nya ia pun bersiap menerima Omelan dari tetua di keluarga nya itu.

Episodes
1 orang asing
2 akhirnya menikah
3 Pulang
4 memutuskan pergi
5 terbongkar
6 terpaksa menerima
7 garis dua
8 wanita tak benar
9 sanksi
10 wanita bau
11 kehamilan simpatik
12 mengalami pendarahan
13 ikatan batin
14 Rindu ibu
15 kecurigaan Ratna
16 ngidam sirsak
17 bayi pintar
18 keluar negeri
19 kontraksi
20 melahirkan
21 terbang pulang
22 bertemu kembali
23 mas?
24 berniat memperbaiki
25 bertemu ibu
26 maafkan ibu
27 pesona ketampanan suami Adeline
28 memulai dari awal
29 jatuh cinta
30 Raka menagih janji
31 cinta membutakan mata
32 pengumuman
33 kejutan
34 menyesal?
35 kembali
36 sarapan bersama
37 kejutan di pagi hari
38 sarapan bersama
39 Arsen sakit
40 kembali nya tuan tua
41 beruntung
42 makan malam
43 akhirnya....
44 Sadewa tau
45 malam manis
46 penuh semangat
47 mengunjungi Adeline
48 berniat melamar
49 kejutan
50 menemukan alasannya
51 kabar bapak
52 surprise
53 surprise 2
54 trauma Adeline
55 kebahagiaan Anton
56 kisah lalu
57 5 tahun kemudian
58 none
59 gejala ngidam
60 positif+
61 program adik untuk Arsen
62 ....
63 teman lama Karina
64 Arsen dan sandi
65 kisah masa lalu
66 Draft
67 bertemu masa lalu
68 masa lalu Nina
69 .....
70 cerita Nina
71 bertemu masa lalu nina
72 orang yang sama
73 program adik
Episodes

Updated 73 Episodes

1
orang asing
2
akhirnya menikah
3
Pulang
4
memutuskan pergi
5
terbongkar
6
terpaksa menerima
7
garis dua
8
wanita tak benar
9
sanksi
10
wanita bau
11
kehamilan simpatik
12
mengalami pendarahan
13
ikatan batin
14
Rindu ibu
15
kecurigaan Ratna
16
ngidam sirsak
17
bayi pintar
18
keluar negeri
19
kontraksi
20
melahirkan
21
terbang pulang
22
bertemu kembali
23
mas?
24
berniat memperbaiki
25
bertemu ibu
26
maafkan ibu
27
pesona ketampanan suami Adeline
28
memulai dari awal
29
jatuh cinta
30
Raka menagih janji
31
cinta membutakan mata
32
pengumuman
33
kejutan
34
menyesal?
35
kembali
36
sarapan bersama
37
kejutan di pagi hari
38
sarapan bersama
39
Arsen sakit
40
kembali nya tuan tua
41
beruntung
42
makan malam
43
akhirnya....
44
Sadewa tau
45
malam manis
46
penuh semangat
47
mengunjungi Adeline
48
berniat melamar
49
kejutan
50
menemukan alasannya
51
kabar bapak
52
surprise
53
surprise 2
54
trauma Adeline
55
kebahagiaan Anton
56
kisah lalu
57
5 tahun kemudian
58
none
59
gejala ngidam
60
positif+
61
program adik untuk Arsen
62
....
63
teman lama Karina
64
Arsen dan sandi
65
kisah masa lalu
66
Draft
67
bertemu masa lalu
68
masa lalu Nina
69
.....
70
cerita Nina
71
bertemu masa lalu nina
72
orang yang sama
73
program adik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!