"mbak Adel!" seru Farhan.
Adeline tampak menarik nafas kemudian menghembuskan nya. Beberapa kali hingga kram di perut nya sedikit tak terasa.
"mbak nggak papa dek. Sepertinya ponakan kamu protes karena dari tadi belum di bawa istirahat"
Farhan menghela nafas lega, disini hanya ada Adeline yang menemani nya. jika sampai terjadi sesuatu pada kakak nya sudah pasti dunia nya akan hancur.
"sudah, mbak ke dalam biar sama bik Narti. kamu selesaikan pekerjaan mu aja"
Farhan mengangguk, ia kemudian melihat ke arah buk Narti.
"bik, temani mbak Adel ya. Kalau ada apa-apa panggil aku aja"
"iya mas"
dengan di papah oleh buk Narti, Adel pun menuju kamar nya untuk beristirahat.
"bik, tolong nanti anterin buah sirsak kesini ya. Oh iya untuk nanti siang tolong gorengin pisang ya bik. Sudah dari hari-hari kemarin pengen pisang goreng tapi baru hari ini dapat pisang masak itu pun di kasih sama pak Santoso. Untuk sayur nya saya pengen pepaya oseng ya bik. Duhh pasti enak banget kalo makan sama pepaya oseng lauk nya ikan asin goreng. Duhh bik saya jadi ngiler" celoteh Adeline terkekeh geli.
Buk Narti tersenyum.
"iya mbak, sekarang mbak istirahat dulu ya. Nanti pas bangun semua permintaan mbak Adel sudah rebes. Ehh maksudnya beres" ucap buk Narti.
"ha ha... Bibik ada-ada aja deh"
Setelah membantu Adeline berbaring dan merasa nyaman buk Narti pun kembali ke belakang dan menyiapkan menu yang di inginkan oleh Adeline. Sedang Adeline sendiri sudah terlelap dan bermimpi indah. karena sekarang jika malam hari ia akan insomnia dan bahkan tidak akan tidur. Sebab itu jika pagi menjelang siang ia akan tertidur pulas.
"mbak Adel dimana bik?"
"mbak Adel udah istirahat mas. Ini pisang yang di depan saya ambil mas. Mbak Adel bilang pengen makan pisang goreng"
"iya bik. Sudah dari dua Minggu yang lalu mbak Adel pengen pisang goreng. tapi sekarang belum musim pisang. aku sama Yoga nyari aja ngga ketemu. beruntung tadi pak Santoso bawa pisang matang. makasih ya pak" ucap Farhan.
pak Santoso mengangguk dan tersenyum. Sembari menghilangkan penat setelah menyiapkan jambu kristal yang akan di bawa. Mereka menikmati kopi dan kue bolu itu sembari mengobrol ringan.
***
Berbeda dengan Adeline yang sedang tertidur pulas. Kini Sadewa sedang menikmati sarapan dan makan siang. Sadewa tampak tidak menikmati makanan itu karena tidak sesuai dengan selera nya.
"kenapa Dewa? Kamu terlihat tidak menikmati masakan mama?" tanya nyonya Ratna.
Sadewa menghela nafas. tidak ada yang salah dari olahan sop ayam sang mama. tapi entah mengapa rasanya sangat hambar di mulut nya.
"kurang pedes ma" jujur Sadewa.
Nyonya Ratna dan tuan Ervan saling pandang. tuan Ervan yang sempat ragu kini akhirnya percaya.
"biasanya kamu ngga suka pedes. Bahkan hanya makan sop saja" sindir sang papa.
"itu dulu pa, sekarang Sadewa suka makan pedes"
nyonya Ratna menghela nafas. ia berdiri dan pindah duduk di samping sang putra.
"sayang,,, kamu ngga ngerasa aneh sama diri kamu?"
Sadewa menatap sang mama. Apakah ia harus membongkar rahasia yang sudah 9 bulan ini ia sembunyikan. Lagipula sang kakek sudah tau tentang Kirana dan sudah di pastikan tidak akan melanjutkan perjodohan lagi. Dan tentang Adeline, sepertinya tidak buruk jika bersama gadis yang dengan baik hati masih mau mengandung anak nya padahal ia bisa saja menggugurkan kandungan itu dan menikah dengan pria lain. Tapi...
"aku hanya akan menikah sekali seumur hidup ku. Meskipun ini hanya pernikahan siri tapi aku akan menjaga nya"
Sadewa ingat dengan ucapan itu, sebab itu ia nekad mengajukan pernikahan nya agar sah secara agama dan negara. Agar gadis itu tidak akan mendapat masalah sosial.
"Sadewa..." panggil sang mama.
Sadewa menatap mama nya kemudian papa nya. cukup lama ia terdiam dan membuat jantung kedua orang tua nya berpacu cepat. Apakah benar jika putra nya pernah bermain perempuan dan kini perempuan itu sedang hamil. Gadis mana yang telah di sakiti oleh putra nya.
Sadewa menatap mata mamanya, tampak tatapan sayu dan kecewa di sana. Mau tak mau Sadewa harus mengatakan yang sebenarnya.
"ma, pa, sebenarnya....."
***
"kau tenang saja sayang, sebentar lagi Kirana akan menikah dengan Sadewa. Kau tau kan tentang keluarga itu? sudah pasti kehidupan kita akan makmur nanti. mereka pasti akan selalu mengaliri dana ke perusahaan ku dan bukan hal yang sulit untuk memberi mu uang yang banyak" ucap seorang pria berusia 40 an tahun kepada wanita yang kira-kira usianya masih 20 an tahun.
"om janji ya, om ingat aku sedang mengandung anak om. Dan sekarang perusahaan om sedang tidak seimbang. Aku ngga mau anak kita akan merasa kesusahan saat lahir"
"kau tenang saja sayang" pria itu mengecup kening wanita muda nya.
Seseorang di balik pintu itu tampak tersenyum sinis. Rupanya karena ini.
"cih, dasar tua Bangka sial*n. Mengorbankan anak nya demi menuruti naf*u beja* nya sendiri"
Ia pun pergi dengan perlahan kemudian menaiki motor matic yang di letakkan nya jauh dari posisi rumah itu.
***
Adeline bangun dengan keringat yang banyak, daster bunga-bunga nya pun sampai basah. ia melihat ke arah jam dinding pukul 1 siang. Ia tersenyum dan mengelus perut nya.
"anak mama pinter deh, bangunin mama jam segini buat sholat. Kamu udah lapar ya? Maafin mama ya kalo mama suka telat makan. tapi sekarang kita makan camilan kesukaan mama. Yuk bangun, pasti buk Narti udah bikin pisang goreng pesanan mama"
Adeline mengajak bayi dalam perut nya untuk berbicara. Dan bayi dalam kandungan itu pun merespon dengan menendang perut Adeline membuat Adeline terkekeh.
"kamu udah ngga sabar makan pisang goreng ya?"
Adeline merasakan tendangan lagi hingga ia pun dengan pelan menurun kan kakinya dan memakai jilbab instan nya kemudian ke dapur.
Sampai di dapur ia membuka penutup nasi dan air liur nya langsung menetes.
"lihat kan, bik Narti pasti udah nyiapin masakan yang sesuai keinginan mama"
Adeline mengambil piring dan mulai mengisi piring nya dengan nasi, pepaya oseng dan ikan asin goreng. Ada juga tempe mendoan hingga piring nya terasa penuh.
setelah membaca doa Adeline mulai menyuapkan sesendok demi sesendok nasi yang terasa sangat nikmat.
"masyaallah,,, nikmat banget ya sayang"
***
"jadi kamu sudah menikah? Dan ngga ngasih tau mama sama papa? kenapa Dewa? Kamu udah ngga nganggep mama sama papa lagi?"
"kalian ngga pernah mendengarkan permintaan Dewa. Dewa sudah menolak perjodohan itu tapi kalian tetap saja melakukan nya"
Sadewa beranjak meninggalkan kedua orang tua nya yang sama-sama terpaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments