BAB 4

Hari ini semua jualannya laris manis. Seperti biasa saat jam istirahat. Raisa menuju ke koperasi tempat Raisa bekerja.

Setelah makan siang Raisa ditemani Dira teman di tempat Raisa bekerja. Kebetulan Dira juga mau menabung uang miliknya. Dira mulai ketularan Raisa ikut menabung di tempatnya Raisa bekerja.

Baru satu tahun Dira mengikuti jejak Raisa menabung di koperasi tempat mereka bekerja.

Dir, aku nanti mau ke koperasi. Kamu mau ikutan gak," tawar Raisa pelan.

Bolehlah, nanti habis makan siang. Kita lanjut ke koperasi ya," jawab Dira pelan.

Dir, jadi ikutan," ajak Raisa saat mereka telah menyelesaikan makan siang mereka.

Jadilah Raisa sayang. Yuk buruan keburu masuk lagi," jawab Dira sambil menarik lengan tangan Raisa.

Sepanjang perjalanan Dira dan juga Raisa menuju ke koperasi. Mereka saling bertukar cerita dan kegiatan yang mereka lakukan dirumah.

Dira masih single. Usianya juga baru 19 tahun. Dia baru bekerja di sini baru satu setengah tahun. Dan mereka ditempatkan bekerja secara bersebelahan. Makanya Dira dan juga Raisa sudah saling kenal dan sudah dekat seperti saudara sendiri.

Setelah sampai di koperasi Raisa akan menabung, uang hasil jualannya hari ini. Dari hasil jualannya sebesar 70%. lumayanlah setiap hari Raisa dapat menyisihkan 70% hasil dari jualan kulinernya.  Raisa biasanya menabung disini.

Sudah sepuluh tahun belakangan ini, Raisa mulai menabung di koperasi tempat Raisa bekerja. Dan modal pinjaman yang pernah Raisa pinjam pada saat awal Raisa memulai bisnis kulinernya ya dari pinjaman koperasi tempat Raisa bekerja. Semua pinjaman Raisa dikoperasi ini juga sudah lunas delapan tahun yang lalu.

Eh neng Raisa mau menabung ya," sapa Ibu Rahma Wati. Biasa Raisa panggil Bu Wati. Orangnya ramah dan juga baik beliau salah satu petugas di koperasi tempat Raisa bekerja. Selain Robi calon tunangannya Dira temannya Raisa bekerja.

Ya Bu Wati. Raisa Nabungnya ditemani sama Dira juga ini bu," jawab Raisa sopan.

Neng Raisa ini, tabungannya sudah banyak ya," ujar Bu Wati sambil melihat layar komputer yang memperlihatkan saldo nasabah atas nama Raisa Pancawati.

Hebat lho Neng Raisa ini. Bisa mengatur keuangannya. Masih juga di tabung setiap hari lagi. Pasti Neng Raisa selalu di sayang suami dan juga mertua di rumah," puji Bu Wati.

Ah Bu Wati ini bisa saja. Nanti saya jadi Geer lho Bu. Kalau kesini selalu dipuji terus sama Ibu. Bu Wati ini berlebihan," jawab Raisa tersipu malu.

Andai Neng Raisa jomblo pasti. Ibu jodohkan sama anak ibu hehehe...

Raisa hanya tersenyum menimpali  omongan dari bu Wati barusan.

Saya juga jomblo lho Bu, gak mau gitu dikenalkan juga," canda Dira.

Neng Dira mah punya calon. Nanti Bu Wati dimarahi calon Neng Dira," bisik Bu Wati sambil melirik ke arah Abi rekan kerja di sampingnya tertawa renyah

Terimakasih ya Bu Wati, kami mau pamit dulu, mau balik ke tempat kerja lagi. Kebetulan sebentar lagi waktu istirahatnya sudah habis. Kalau terlambat masuk nanti bisa - bisa kena marah sama atasan kami bu," seru Raisa sopan.

Iya Neng Raisa Neng Dira. Sampai ketemu besok lagi ya. Kita ngobrol - ngobrol lagi. Hati - hati di jalan," jawab Bu Wati sopan.

Setelah pulang kerja Raisa seperti biasa langsung mampir ke pasar. Raisa langsung menuju pedagang langganannya yang jualan ayam, sayur, dan juga bumbu dapur lainnya.

Sore Mbak Raisa," sapa salah satu pedagang langganannya.

Sore bu. Saya mau ayam satu kilo biasa ya bu bagian dada," jawab Raisa sopan.

Mbak Raisa baru pulang kerja ya. Kok tumben jam segini. Biasanya jam empat sore.

Iya bu, tadi kerjaan saya belum selesai jadinya pulangnya molor bu hehehe....

Mbak Raisa tiap hari belanja. Memangnya serumah berapa orang Mbak," tanya penjual Ayam itu ramah.

Empat orang bu," jawab Raisa pelan.

Tiap hari masak ayam ya mb Raisa. Apa gak bosan gitu," tanya Ibu penjual Ayam itu lagi.

Buat saya jualan bu," jawab Raisa sopan.

Mbak Raisa jualan dimana," tanya ibu penjual Ayam itu penasaran

Saya jualan lewat online bu, sama  teman - teman satu kerjaan saja," jawab Raisa lembut.

Ibu kira Mb Raisa buka warung makan gitu," ibu penjual Ayam itu menimpali

Modalnya belum cukup bu, kalau saya buka warung makan," seru Raisa tersenyum simpul.

Ibu doain semoga jualannya laris terus. Dan untungnya bisa dibuat buka Restoran.

Aamiin, saya pamit dulu ya bu. Permisi," pamit Raisa sopan.

Setelah Raisa mendapatkan semua yang Raisa butuhkan kemudian Raisa menuju toko plastik dan juga bahan kue. Karena beberapa bahan untuk membuat kuenya habis dan juga plastik untuk membungkus makanannya juga habis.

Raisa mengambil tepung, mayonies, saos tomat, saos sambel, beberapa plastik untuk membungkus risol mayo, gula halus, margarin, meises, coklat, kacang, susu uht, susu kental manis, santan dan juga tempat makan untuk Nasi Bento miliknya.

Setelah mendapatkan semua yang Raisa butuhkan kemudian Raisa menuju Meja Kasir buat membayarnya. Total belanjaan hari ini delapan ratus tiga puluh delapan ribu lima ratus rupiah.

Alhamdulillah sudah nyetok semua yang habis.

Sebelum pulang Raisa mampir ke penjual Es Degan dan juga siomay langganannya.

Bu makan sini ya. Kayak biasanya saja," ujar Raisa sopan.

Baik mbak, tunggu sebentar ya bu masih buat dua pesanan yang dibungkus," jawab ibu penjual itu pelan.

Baik bu, terimakasih," jawab Raisa langsung duduk di tempat yang sudah disediakan.

Tak berapa lama pesanannya sudah datang. Langsung saja Raisa menikmati hidangannya dengan nikmat sambil melihat motor - motor dan juga mobil - mobil berseliweran di jalan raya.

Raisa selalu mampir kesini dulu sebelum pulang ke rumah. Setelah Raisa belanja ke pasar. Karena biasanya, setelah pulang kerja rasa - rasanya Raisa sudah lapar.

Jadilah Raisa mampir untuk menghilangkan kepenatan atas rutinitasnya sehari - hari yang menurut Raisa sangat melelahkan

Tapi Raisa masih bersyukur, Raisa masih diberikan kesehatan, umur panjang, teman yang baik, kerjaan yang baik, jualannya yang selalu laku setiap hari, pelanggan yang selalu setia memesan makanan yang Raisa jajakan.

Menurut Raisa itu lebih dari cukup. Walaupun dirinya diuji tidak bisa memiliki momongan sampai kapanpun. Walaupun dirinya subur. Terkadang Raisa iri melihat saudara, teman, sahabat, tetangganya yang memiliki anak. Raisa juga pingin seperti mereka. Mungkin ini ujian Raisa tidak bisa memiliki anak. Walaupun sebenarnya Raisa mampu.

Karena Raisa tahu dari awal mau menikah sama Mas Iwan suaminya itu, kalau ternyata Mas Iwan suaminya itu mandul tidak bakalan bisa memiliki anak. Itu sudah konsekuensi yang Raisa ambil.

Terpopuler

Comments

Sulfia Nuriawati

Sulfia Nuriawati

mandul, pemalas apa yg bs d andalkan, buang aja laki kyk gt

2024-04-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!