Lega rasanya bisa melepaskan diri dari Kinara. Fazza kini sudah merebahkan dirinya di atas kasurnya yang sejak tadi ingin dia tiduri. Dia merasa sangat lelah.
Untung tadi maminya membantunya melepaskan diri. Juga Tante Salma yang langsung menggeret putri manjanya menjauh darinya.
Fazza jadi teringat kejadian tadi saat mobil yang mengantar Vanda pulang ke rumahnya, malah sudah kembali di hotel lagi.
Fazza tersenyum mengingat tumpukan bantal yang disusun gadis itu untuk menyangga kepalanya agar tetap nyaman.
Kata pak supir papinya, Vanda ngga marah ketika dia tertidur dengan pulas saat sudah sampai di rumah gadis itu.
Besok pagi dia akan memberikan surprise pada gadis itu.
Dalam senyumnya Fazza memejamkan matanya sambil membayangkan wajah kaget menggemaskan gadis itu.
*
*
*
Vanda tertegun ketika Bik Rania mengatakan kalo tuan muda Fazza sedang menunggunya di teras rumahnya.
Kakinya terasa ringan saat setengah berlari untuk secepatnya menemui laki laki tampan itu. Hatinya mengembang karena masih terus saja mengingat yang dikatakan Kinara tadi malam.
Mungkin Fazza mendengar suara langkah tergesanya, dan ngga lama kemudian kini mereka sudah berdiri saling berhadapan.
"Hai.....," sapa Fazza dengan senyum menawannya.
"H hai....."
Laki laki ini memata mata-inya?
Vanda menatap lekat laki laki dewasa yang bertambah berkali kali lipat ketampanannya dengan stelan jasnya dan rambutnya yang tersisir rapi. Juga harum maskulinnya yang menusuk jauh ke dalam hati Vanda.
"Aku akan mengantarmu ke sekolah."
"Se serius?" senyum Vanda ngga percaya
Vanda pun mengikuti langkah Fazza ke mobilnya.
Dibalik sikap kaku dan dinginnya, ternyata Fazza menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Senyum Vanda ngga pernah kering dari bibirnya .Sekarang sudah ngga ada keraguan lagi di hati Vanda tentang Fazza.
Fazza pun membukakan pintu mobil untuknya.
"Silakan tuan putri."
Wajah Vanda merona mendengarnya. Jantungnya pun semakin ngga tenang. Vanda menatap wajah Fazza yang terus menatapnya dengan lengkungan tipis di bibirnya sampai pintu mobil tertutup.
Dalam.hati Vanda bertanya tanya, Fazza sudah tau belum, ya, kalo Kinara telah membongkar rahasianya.
Tapi sikap Fazza menurutnya agak istimewa hari ini. Apalagi panggilannya tadi. Baru kali ini dia dengar.
Fazza sadar ngga, sih, kalo sudah menggombalinya begitu hebat? Dia sudah seperti suhu perayu.
Mobil pun dilajukan meninggalkan rumah Vanda dalam keheningan membuat Vanda semakin deg degan saja.
"Maaf, ya, aku selalu ketiduran," ungkap Fazza memecah sunyi.
Vanda hanya tersenyum. Dalam hati berharap Fazza ngga bertanya soal rahasianya yang sudah dia ketahui. Karena bukan hanya Fazza yang bakal malu, dia juga akan merasa malu. Ketahuan kalo dia merasa senang dengan ulah Kinara.
"Kamu beneran ngga marah, kan?" tanya Fazza lagi sambil menatap lurus pada wajah Vanda. Saat ini traffic light sedang berwarna merah.
"Nggak," senyum Vanda ketika ditanya lagi.
"Syukurlah." Fazza meraih tangan gadis SMA itu membuat dia terkejut. Me re amasnya lembut.
"Sudah ngga sakit lagi?"
"Nggak, kak. Udah biasa."
"Ooh."
Fazza ngga melepas genggamannya, padahal mobil sudah melaju kembali.
Jantung Vanda berdebaran ngga menentu.
"Nanti aku ada meeting dengan nona yang kita temui tadi malam." Fazza bingung juga kenapa ucapan itu keluar dari mulutnya. Seakan dia ingin Vanda tau kegiatannya.
"Oh iya, kak." Vanda jadi teringat pada gadis sok akrab itu Tapi dia ngga terlalu khawatir kini. Untung udah pegang rahasia Fazza
Fazza tersenyum tipis dengan reaksi ringan Vanda. Dalam hati menebak kalo Kinara pasti sudah cerita pada Vanda
Nasibnya.
Tapi setidaknya dia bersyukur karena ngga melihat wajah kesal gadis remaja itu lagi.
Ngga lama.kemudian mereka tiba di sekolah Vanda.
"Biar aku aja, kak," cegahnya ketika Fazza akan keluar duluan. Dia ngga ingin terjadi kehebohan lagi di kala teman temannya melihat Fazza yang keluar dari mobil.dan membukakannya pintu.
"Kenapa?"
"Nanti teman temanku banyak nanya soal Kak Fazza."
"Ya udah. Bilang aja aku tunangan kamu," tukas Fazza santai. Kemudian dengan seringai jahil di mulai membuka pintu mobilnya.
"Kak, nanti aku dikira jadi sugar baby," decaknya agak panik.
Fazza tertawa.
"Jadi kamu pengennya aku seperti apa kalo jemput kamu?"
"Emmm..... Jangan pake jas."
"Trus?"
"Emmm..... Kalo bisa jangan terlalu rapi."
Fazza tertawa lagi.
"Oke, kali ini aku akan dengerin kamu," Fazza akan mendengarkan segala nasihat yang sudah dijejalkan di kepalanya kemarin.
Vanda pun sudah berusaha berubah demi dirinya.
Hubungan ngga mungkin bisa berjalan satu arah saja, kan? Dia juga harus berubah.
*
*
*
Nathan dan Jeff agak terkejut ketika yang datang menemui mereka seorang perempuan muda yang usianya sepertinya ngga jauh berbeda. Sangat cabtik dan modis.
Fazza yang sudah bertemu, tetap tenang.
"Saya Tiara Jena."
"Nathan."
"Jeff."
"Fazza." Karena kedua temannya menyebutkan namanya, Fazza juga melakukan hal yang sama.
"Kita sudah kenal," senyum Tiara Jena sambil menatap Fazza penuh arti.
Nathan dan Jeff saling pandang. Sedangkan Fazza tetap cuek.
Sepanjang meeting Nathan dan Jeff tau kalo.gestur Tiara Jena selalu ke.arah Fazza.
Bahkan saat ini pun Tiara Jena sudah mengambil tenpat duduk di samping Fazza.
Nathan dan Jeff sama sama tersenyum miring. Mereka tau saat ini saking seriusnya pasti Fazza ngga sadar kalo ada Tiara berada di sampingnya.
"Fazza, minum dulu."
Hampir saja Fazza menyenggol cangkir yang diulurkan Tiara Jena karena kaget kalo perempuan itu ada di sampingnya.
"Makasih. Tapi aku belum haus," tolak Fazza halus kemudian berkonsentarasi lagi dengan laptopnya.
Dia melirik jam di sudut jendela windowsnya.
Dia mungkin sekarang sedang siap siap latihan, batin Fazza dan tanpa sadar satu lengkung tipis tercetak di bibirnya.
Tiara Jena yang melihatya jadi salah paham, mengira senyum itu untuknya.
Dia memang tampan sekali.
*
*
*
"Omku reaksinya gimana?" tanya Kinara saat mereka berada di ruang ganti. Dia penasaran sekali dengan reaksi abang sepupunya terhadap Fazza setelah tau rahasianya terbongkar.
"Jadi lebih baik," senyum Vanda agak malu malu. Mengingat tadi Fazza menuruti permintaannya. Dia ngga jadi keluar membukakan pintu buat Vanda.
Kinara tertawa senang.
"Kamu ternyata yang ditunggu tunggu omku." Hatinya senang bukan main.
Jantung Vanda berdebar keras mendengarnya. Semburat merah juga mewarnai pipinya.
"Omku itu bisa ku jamin kesetiaannya," imbuh Kinara lagi.
"Seperti Farel?" canda Vanda saat mereka sedang berjalan ke arah luar dari ruang ganti dan melihat kehadiran Farel.
Tapi laki laki itu sepertinya sedang mengobrol dengan beberapa orang laki laki yang menggunakan seragam sekolah lain, tapi cukup dikenal.
Saat salah seorang laki laki itu menoleh, dia langsung menebarkan senyumnya pada Vanda.
"Hai...."
Dia ternyata Ethan, wakil ketua osis SMA yang menjadi rival sekolah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Emai
ak lagi kesengsem sama tulisan mu kak
2024-08-19
0
Elisabeth Ratna Susanti
serius dong
2024-04-17
1
Puji
up nya jngn lama2 thor
2024-03-08
1