Love

"Kalian bisa menggunakan ruangan ini kalau ingin istirahat," tawar Tiara Jema ketika mereka sedang berada di bangunan yang dibangun sementara, yang ada di.lokasi proyek yang sedang mereka tinjau.

Ruangan yang terdiri dari beberapa.kontainer yang dilengkapi AC itu terasa cukup nyaman. Karena nantinya sesekali mereka akan berada di sana untuk meeting dan beristirahat.

Beberapa pegawai yang berada di sana menunduk hormat saat melihat kedatangan nona mudanya yang bersama tamu para bos muda yang sudah terkenal di dunia pengusaha sukses dan sangat tajir.

"Bisakah aku menumpang lagi ke.perusahaanku?" tanya Tiara Jena sambil menatap.Fazza.

"Kamu bisa menelpon supirmu minta dijemput," tolak Fazza tenang.

"Memang, sih. Hanya saja kasian, dia lagi berada di cabang perusahaan papi yang lain, yang lebih jauh. Lagian kita, kan searah. Kalian akan melewatinya saat kembali," ngeyelnya ngga terima penolakan dengan membeberkan alasan yang masuk akal.

Fazza menghela nafas, menahan kesal. Dia tau kalo kliennya sedang mendekatinya. Nathan menganggukkan kepala pada Fazza. Ngga ingin berlama lama berdebat, karena pasti gadis ini akan memohon.

Memang menyebalkan.

"Oke," jawab Nathan singkat.

Selama dalam perjalanan pulang dengan posisi yang sama saat berangkat, Fazza mengecek ponselnya.

Pengawal yang dia minta mengawasi Vanda dan ponakannya mengirimkan video tunangannya yang sedang bermain voli.

Senyum terulas tipis lagi di bibirnya ketika melihat aksi tunangannya.

Fazza melirik jamnya. Sudah terlalu sore. Pasti sudah pulang, batinnya.

Matanya agak memicing ketika melihat remaja beda seragam SMA yang pernah dia lihat sedang mendekati Vanda.

Sayangnya rekaman itu ngga menampilkan suara.

Tapi Fazza tau dari gerak bibir Vanda, kalo tunangan kecilnya merasa ngga nyaman.

"Fazza, minggu depan aku ulang tahun."

"Ooh." Tatap Fazza masih terfokus pada layar ponselnya.

Tiara Jena mengulurkan sebuah kartu kecil.

"Ajak teman teman kamu, ya," senyumnya lagi. Bahkan kini tangannya yang terdapat kartu undangan, diletakkan di atas paha Fazza yang masih berkonsentrasi dengan layar ponselnya.

Fazza yang terkejut spontan menepis hingga undangannya terlepas, jatuh di lantai mobil.

"Maaf, aku hanya ingin memberikan kartu itu," ucap Tiara Jena dengan raut menyesal melihat keterkejutan di mata Fazza.

Dia pun mengambil undangan yang jatuh itu dan menyerahkannya lagi pada Fazza.

"Oh..." Fazza menerimanya tanpa ekspresi.

"Maaf,, ya," ulangnya lagi.

Fazza hanya mengangguk kemudian mengamati undangan itu.

"Teman teman kamu diajak juga. Biar rame," kembali Tiara Jena mengulang kalimatnya.

Fazza hanya mengangguk tanpa mengatakan apa apa.

Hening dan sunyi.. Tidak ada yang membuka percakapan.

Nathan dan Jeff yang mengawasi melalui kaca spion saling pandang sesaat

Ini yang mereka kurang suka kalo bekerja sama dengan perempuan. Awalnya mereka mengira papa atau kakak laki Tiara yang akan menangani proyek sebesar ini.

Mereka kejebak, dan ngga bisa mundur lagi Nama baik keluarga mereka yang mereka pertaruhkan. Apalagi pemilik Mitra Tower ini berhubungan cukup baik dengan orang tua mereka.

Fazza kembali fokus menatap tunangannya yang sedang latihan voli di ponselnya, seakan dia sedang sendirian.

Tiara Jena berusaha sabar menghadapi sikap dingin Fazza. Laki laki setampan dan sekaya ini, pasti sangat beruntung kalo berhasil dia dapatkan.

Tangannya mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Bisa antarkan aku di lobi depan perusahaan papa?" tanyanya sambil menatap Fazza.

"Bisa." Bukan Fazza yang menyahut, tapi Jeff.

"Thank's." Tiara Jena melirik Fazza agak kecewa. Padahal dia mengharapkan Fazza yang akan menjawab.Tapi laki laki itu seolah ngga mendengar permintaannya.

Dia terlalu sibuk dengan ponselnya membuat Tiara Jena iri dan penasaran.

Fazza malah kini mulai sibuk mengetik

Sudah pulang?

Fazza tersenyum lagi saat dia sudah mengirimkan pesan buat tunangannya.

Ngga menunggu lama, balasan dari Vanda datang.

Sudah, kak. Kak Fazza sudah pulang?

Kembali senyum Fazza terukir manis.

Lagi di jalan. Nanti mau meeting di kantor Nathan.

Balasan Vanda pun datang lagi, lebih cepat dari yang tadi.

Jangan capek capek, kak 😍

Fazza tersenyum melihat isi balasan itu. Dia mulai agresif seperti Kinar, batinnya.

Fazza mengetikkan balasan dengan jantung berdebar keras. Baru kali ini dia lakukan.

Iya sayang ❤️

Sedetik.

Dua detik

Tiga detik.

Fazzza terus menunggu respon tunangan belianya.

Dada Fazza berdebar ketika melihat gadis itu sedang mengetik.

❤️❤️

Fazza hampir melebarkan senyumnya jika ngga ingat dia sedang ada dimana.

Begini rupanya rasanya pacaran dengan gadis abg.

Dia pun membalas dengan emoji yang sama.

*

*

*

Vanda merasa sepi lagi saat memasuki rumahnya.

"Sudah pulang, non?" sapa Bik Rania saat menyambut kedatangan nona mudanya.

"iya, Bik," senyumnya lembut, apalagi Bik Rania mengambil alih tas sekolah dan tas baju latihannya.

"Vanda aja, Bik."

"Ngga apa, non," paksa Bik Rania hingga Vanda terpaksa memberikannya.

Perhatiannya melebihi perhatian mamanya yang sangat luar biasa sibuk, sama seperti papanya.

Padahal sesekali Vanda ingin diperhatikan mamanya. Mamanya selalu saja menyerahkan segala urusannya pada Bik Rania.

Vanda iri dengan Kinara yang selalu saja mendapat perhatian dari mamanya. Bahkan sangat dimanja.

"Bik Rania siapkan air hangat dulu ya, non."

Lamunannya buyar.

"Iya, bik. Makasih, ya."

"Sama sama, non."

Vanda menatap kepergian wanita paruh baya itu yang sudah meletakkan barang bawaannya, dan kini sedang menuju kamar mandi.

Kadang Vanda merasa kalo dia ini anaknya Bik Rania. Mama dan papanya hanyalah status saja.

Setelah menghembuskan nafas berat, Vanda membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya sambil memainkan ponselnya. Menunggu Bik Rania memanggilnya jika air hangat di bathup sudah penuh.

Ngga ada yang mengirimkannya pesan.

Vanda menghembuskan nafas kesal.

Tapi ngga lama kemudian ponselnya bergetar, ada notif pesan. Dengan ogah ogahan Vanda melihatnya

Hanya sesaat dia terpaku ngga percaya ketika melihatnya

Fazza?

Tanpa sadar dia mengucek kedua matanya. Sulit untuk percaya.

Tapi ketika nama itu ngga berubah,.Vanda langsung bangkit dari rebahannya. Senyumnya mengembang lebar.

Tangannya kemudian dengan lincah, balas mengetik. Balasan itu segera datang.

Vanda memberanikan diri menekan emoji 😍 dengan tangan bergetar.

Dia lancangkah? Batinnya bertanya resah. Tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya.

Rasa pedenya bangkit begitu saja.

Biarin. Bukannya Fazza sampai meminta seseorang untuk menyelidikinya. belanya.dalam hatinya akan perbuatan beraninya.

Balasan Fazza membuatnya bergulingan di tempat tidur dengan perasaan yang sulit dia jabarkan.

Sayang? Debaran jantungnya sangat keras memukul dadanya

Iseng dia mengetikkan emoji love sebanyak dua kali tanpa kata. Jantungnya berdebar ngga karuan cepatnya.

Setelah melihat pesannya dibaca, Vanda ngga berani lagi melihat layar ponselnya. Wajahnya sangat merona.

Dibalas syukur, ngga dibalas ngga apa apa.

Tapi Vanda menahan nafas ketika terdengar notif dari Fazza. Dia menatap ponselnya dengan hati yang semakin diterbangkan ke awan. Tunangan dewasanya ternyata membalasnya dengan emoji yang sama.

Tuhan..... Kalo nanti mereka ketemu, apa yang akan dia katakan dan lakukan?

Vanda menggigit bibirnya dengan perasaan bingung, resah, rindu, yang bercampur aduk. Juga malu karena sudah jadi agresif.

Terpopuler

Comments

Sri Devi

Sri Devi

dia yang kirim love lovean aku yang salting tujuh keliling

2024-05-15

2

erinatan

erinatan

🤣🤣🤣

2024-05-03

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

wah ada lope lope ❤️

2024-04-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!