Kencan?

"Emm.... Mami minta aku manggil kamu." Vanda menjawab tanpa.menoleh.

Jantungnya makin berdebar ngga menentu apalagi dia mendengar suara langkah yang mendekat

DIa belum berani berbalik.Takut dengan pikiran yang membuat kuduknya meremang. Apesnya lagi kakinya pun susah dia gerakkan. Keringat dingin mulai membasahi punggungnya

"Kamu suka gelangnya?" tanya Fazza sambil meraih tangannya yang mengenakan gelang darinya.

"I... Iya. Suka." Vanda masih belum berani menoleh. Dia takut melihat yang ngga pantas.

"Syukurlah." Fazza maju selangkah di hadapannya. menatap gadis ini yang masih ngga mau menatapnya.

"Kamu kenapa?"

"Se sebaiknya Kak Fazza pake baju dulu. Mami u udah nunggu kita." Jantung Vanda semakin kencang berdetak. Dia takut karena Fazza makin mendekat. Pikirannya bisa konslet kalo melihat hal tabu yang kadang kadang dibahas Kinara dalam canda mereka berdua.

Tiba tiba terdengar kekehan renyah Fazza.

"Dasar anak kecil tapi udah dipenuhi pikiran vul gar."

Terserah apa katanya. Biar pun ini latihan suami istri, tapi matanya belum berhak melihat yang belum sah, batin Vanda ngga peduli.

"Ak aku duluan, kak," pamitnya bermaksud pergi. Tapi pegangan Fazza begitu kuat menahannya. Bahkan laki laki itu menyentaknya hingga tubuh Vanda menyentuh dadanya.

"Sudah bisa dibedain belum, mana yang naked sama mana yang sudah pake baju?" tawa Fazza gemas.

Vanda yang awalnya menutup matanya begitu tubuhnya menubruk.tubuh Fazza, jadi salah tingkah. Situasi ini saat memalukan. Khayalnya sudah terlalu jauh. Dia membenci pikirannya yang diejek vul gar oleh Fazza.

Denga wajah merah padam, Vanda membuka.matanya dan menatap wajah Fazza dengan sedikit mendongakkan dagunya.

DEG DEG DEG

Jantungnya semakin kencang berdetak mana kala dalam tawanya, mata elang Fazza sedang menyorotnya juga.

Laki laki dewasa ini ternyata sudah berpakaian lengkap.

Tawa Fazza terhenti dan wajahnya semakin mendekat. Tapi Vanda cepat menundukkan kepalanya. Menghindar dengan tubuh gemetar.

Dia yakin Fazza bisa merasakan betapa kecang degup jantungnya sekarang.

"Emm.... mami sama papa sedag menunggu, kak....."

Fazza tersenyum miring. Walau sudah pernah merasakan bibir itu, Fazza masih ingin lagi. Tapi melihat kegugupan luar biasa gadis itu, Fazza mengalah. Nanti dia akan mencari waktu yang tepat untuk merealisasikan candunya.

"Ya udah. Kalo gitu ngapain kamu masih nempel." Fazza menahan ekspresinya agar tetap.datar. Padahal bibirnya sudah ngga tahan untuk berkedut.

Reflek Vanda mundur selangkah, bermaksud menjauh.Tapi karena salah tingkah, dia hampir terjatuh. Untung Fazza dengan sigap menahan lengannya.

Tanpa kata lagi, sambil menggandeng tangan gadis remaja yang selalu gugup ini, mereka berjalan beriringan menuju meja makan.

"Lama banget. Kamu ngga macam macam dengan Vanda, kan, Fazza?" goda maminya terkekeh, begitu juga suaminya.

Wajah Vanda merah padam lagi.

"Nggaklah, mam. Belum tujuh belas," sahut Fazza ringan.

Mami dan papi Fazza kembali terkekeh.

Vanda makin salah tingkah.

Dua bulan lagi dia tujuh belas tahun, kilahnya dalam hati.

Saat makan bersama, mami Fazza sangat melayaninya bagaikan putri kandungnya.

Laki laki dewasa itu sepertinya ngga ada keinginan untuk menyuapinya. Mungkin dia sudah ngga waras, ngga mungkin Fazza melakukannya di depan orang tuanya. Makin kesini otaknya makin konslet aja.

Padahal dirinya bukan seperti remaja alay bin lebay. Dia sosok yang sangat mandiri. Tapi Vanda ngga tau, di dekat Fazza, hatinya selalu menuntut perhatian yang berlebihan. Sampai sampai Vanda ngga ngerti kenapa dia bisa berubah aneh gini.

Setelah mengobrol cukup lama, mereka pamit pada orang tua Fazza. Fazza akan mengajaknya ke butik untuk memilih gaun yang akan dikenakannya di pesta pernikahan sahabatnya.

Dalam perjalanan, sesekali Fazza nelirik gelang yang dia berikan. Ternyata pilihannya ngga salah, gelang itu terlihat semakin indah di tangan Vanda. Saat memarkirkan mobilnya di basemen mall, Fazza teringat foto foto yang dikirimkan Devin. Si tengil itu bahkan sampai repot repot mencetaknya untuk diberikan langsung padanya.

Vanda tersenyum senang, baru kali ini Fazza mengajaknya memasuki mall. Rasanya beda, pergi sendiri bahkan walaupun bersama Kinara. Bersama Fazza lebih spesial.

"Kita beli gaun dulu."

Vanda hanya mengangguk. Dadanya mau meledak karena Fazza menggamit lengannya erat. Mereka sudah selayaknya kekasih yang seumuran, karena Fazza mengenakan kemeja hitam yang lengannya digulung sebatas siku, celana jeans dan sepatu kets. Dandanannya sendiri cukup feminim.

Setelah memilih beberapa gaun, Fazza mengajaknya menonton film di bioskop.

Anehnya bioskop itu hanya terisi mereka berdua saja.

Filmnya ngga laku? Rasanya ngga mungkin? Vanda membatin heran.

Bahkan petugasnya pun melayani mereka dengan sangat full service.

"Kak, kok, ngga ada orang?" tanya Vanda setelah duduk di sofa yang super empuk.

"Kamu lebih suka yang rame?" Fazza balik bertanya.

"Emm..... biasanya bioskop, kan, rame kak. Apalagi filemnya viral."

Fazza tertawa kecil.

"Udah, nonton aja." Fazza menyandarkan tubuh lelahnya. Dia sedang mengusahakan agar matanya ngga terpejam.

Vanda hanya menganggukkan kepalanya.

Dia fokus menonton, sambil sesekali meneguk soft drinknya. Saat adegan seru dia ngga jarang berkomentar, dan masih ditanggapi Fazza dengan suaranya yang pendek pendek.

Sampai akhirnya suara laki laki itu ngga kedengaran lagi ketika filem memasuki pertengahan.

Saat Vanda menoleh, hatinya langsung kecewa karena laki laki dewasa itu sudah pulas tertidur seolah sekarang dialah yang ditonton oleh filem itu.

Minatnya menonton hilang sudah. Dia menyandarkan tubuhnya dengan perasaan kesal yang mulai merayapi hatinya.

Kalo begini lebih baik rame rame aja, kan, nontonnya.

Vanda pun menatap wajah yang tertidur tanpa dosa itu.

Kenapa dia sangat tampan?

Vanda membuang tatapnya pada gelang pemberian Fazza.

"Kak...," panggilnya pelan.

Ngga ada reaksi.

"Kaak....."

Fazza sudah masuk ke alam mimpinya.

Setelah menghembuskan nafas kesal, Vanda pun bangkit dari duduknya. Dia bermaksud akan pulang saja.

Sesaat Vanda menatap wajah Fazza, kemudian dia memantapkan hati untuk pulang, meninggalkan laki laki itu. Biar saja petugas bioskop yang akan membangunkannya.

Vanda menunggu supirnya di depan mall sambil melihat sosmednya agar ngga merasa seperti orang hilang.

Dia tersenyum melihat Kinara yang sedang memposting fotonya bersama Farel, lengkap dengan buku buku tebalnya.

Wajah keduanya tampak cerah membuat Vanda iri.

Malam ini pun Kinara ngga bosan bosannya menemani Farel belajar. Karena minggu depan pacarnya akan berangkat ke Rumania.

"Hai.... Kamu yang di mall kemaren, kan?" sapa seorang remaja laki laki membuat perhatian Vanda teralihkan.

Vanda lupa, tapi yakin pernah melihatnya.

"Aku Ethan. Kamu Vanda, kan?" Wajahnya terlihat gembira ketika melihat Vanda tersenyum tipis padanya karena sudah mengingatnya.

Walaupun biasanya dia yang suka melupakan. Tapi untuk yang satu ini, indera pengingatnya begitu tajam.

"Sendirian lagi?" tanya Ethan yang menyadari ngga ada siapa siapa di samping gadis itu, seperti pertemuan pertama mereka.

Vanda ngga menjawab.

Dia terpaksa sendiri kali ini, jawabnya dalam hati.

"Mau gabung? Teman temanku di sana?" tawarnya sambil menunjuk keberadaan teman temannya. Kali ini selain ada cowo cowo juga ada beberapa cewe.

Vanda hanya menatapnya sekilas sebelum mengalihkan tatapannya ke depan saat melihat mobil yang dikendarai pak supirnya mulai mendekat.

"Supirku udah jemput," tolaknya pelan.

"Oke, oke. Mungkin kapan kapan, ya." Walau kecewa Ethan berusaha menyembunyikannya.

Vanda hanya tersenyum tipis.

Ethan mengikuti langkah gadis itu yang mendekati mobil jemputannya.

Supirnya keluar bermaksud membukakan pintu buat nona mudanya. Tapi Ethan melakukannya lebih dulu.

"Silakan," senyumnya semaksimal mungkin.

"Terimakasih."

Dengan hati hati Ethan menutup pintu mobilnya.

"Hati hati nyetirnya, ya, pak," seru Ethan ketika supir itu akan masuk ke dalam mobil.

Pak supir hanya mengangguk dan tersenyum melihat kelakuan pemuda yang diperkirakannya seusia dengan nona mudanya. Tapi tetap saja dalam hati heran karena setaunya nona mudanya pergi bersama tuan muda Fazza.

Ethan pun melambaikan tangannya saat mobil itu mulai bergerak menjauh. Senyum lebarnya terkembang. Bibir Vanda berkedut melihat kelakuan tengil cowo itu. Tapi tingkah cowo itu sedikit mengurangi kekesalannya atas sikap Fazza.

Terpopuler

Comments

Erna Masliana

Erna Masliana

ini gak di cerita in awal mula Fazza bisa tunangan sm Vanda

2024-05-11

5

erinatan

erinatan

awas Faaz kecolongan loh...

2024-05-02

1

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

Fazza capek kerja Vanda...😁😁klenger jadinya

2024-04-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!