Deg degan

Vanda baru saja selesai mandi. Rasanya segar setelah dua jam lebih latihan penuh keringat.

Selagi dia mengeringkan rambutnya, ponselnya bergetar lagi. Dan getaran itu sontak merambati hatinya.

Fazza! Senyumnya spontan terkembang. Padahal hanya melihat namanya saja yang sedang memanggilnya untuk direspon.

"Ya, ha halo....."

Kenapa dia ngga bisa santai saja nerima telpon laki laki dewasa ini, rutuk Vanda membatin antara sebal dan senang.

"Mami ngundang kamu makan malam di rumah."

"I iya."

Kenapa ngga nanya, kamu capek ngga? Vanda jadi bodoh karena jadi haus perhatian Fazza.

"Nanti aku jemput "

"Em... I iya."

"Jam setengah tujuh."

"I iya....."

Sambungan telponnya pun terputus.

Vanda tersenyum, agak getir. Selalu begitu. Padahal Vanda ingin obrolan yang lebih panjang.

TOK TOK TOK

"Non Vanda.... Non Vanda...."

Vanda segera membuka pintu kamarnya. Bik Rania-wanita paruh baya yang selalu menemaninya di rumah-tersenyum lembut

"Mau bibik masakin apa, non?" Walaupun Vanda ngga pernah cerewet dan memilih makanan yang disediakan artnya di rmh, tapi Bik Rania selalu saja bertanya menu apa yang ingin nona mudanya makan.

Vanda tau itu artinya kalo orang tuanya ngga berada di rumah. Kesepian kembali menyusup hatinya.

Makanya tadi hatinya cukup senang karena Fazza menelpon. Biasanya Kinara akan menelponnya saat malam malam menjelang tidur. Hanya saja frekuensinya agak berkurang sejak sahabatnya itu punya kekasih.

"Ngga usah, Bik Rania. Aku mau makan di rumah Kak Fazza," tolak Vanda lembut.

"Ooh... Tuan muda Fazza nanti mau jemput, ya, non," senyum Bik Rania tampak merekah. Hatinya ikut gembira mendengarnya.

"Iya...."

"Baiklah, non. Bik Rania bantu, ya, biar cantik."

Vanda tertawa sambil membuka pintu kamarnya lebih lebar lagi hingga memudahkan Bik Rania masuk.

"Belum pilih baju, ya, non?"

"Belum." Vanda membiarkan Bik Rania membuka lemari pakaiannya. Dia sendiri sibuk mengeringkan rambutnya.

Sudah jadi kebiasaan Bik Rania membantunya memilih pakaian dan mendandaninya. Mamanya mana sempat melakukannya. Beliau sangat sibuk. Sama seperti papanya.

Vanda sudah sangat terbiasa. Tapi dia ngga terlalu merasa sepi karena ada Bik Rania, sesekali oma dan opanya datang menemaninya.

Vanda sulit berteman karena dia terlalu pendiam. Orang tuanya juga sering berpindah tugas. Hanya Kinara yang getol mendekatinya ketika dia masuk di SMA Kinara. Kinara juga yang mengajaknya ikut ekskul voli. Dan ternyata Vanda bisa masuk tim inti.

Hari harinya pun diisi dengan full latihan, apa lagi jika ada kompetisi. Dia akan sibuk berlatih. Kesepiannya hanya malam saja. Tapi biasanya Vanda sudah ngantuk dan cepat tertidur karena capek.

"Cantik banget, non," puji Bik Rania setelah membantu Vanda berdandan.

Vanda tersenyum senang saat melihat dirinya di cermin. Ya, Bik Rania sudah membuatnya lebih cantik.

*

*

*

Sedikitpun Fazza ngga memuji penampilannya. Laki laki itu hanya tersenyum tipis sambil membukakan pintu mobil untuknya.

Laki laki dewasa itu masih mengenakan jasnya. Dia sepertinya baru pulang dari tempat kerjanya dan belum berganti pakaian. Mungkin juga belum mandi.

Tapi kenapa dia masih harum, ya? Batin Vanda ngga habis pikir. Dia saja kadang malu dengan dirinya, jika sudah selesai latihan, tubuhnya akan beraroma matahari.

Biasanya ada Kirana yang selalu memulai percakapan dan bisa membuat suasana menjadi penuh senyum dan tawa.

Tapi kini suasana terasa hening seperti sedang mengheningkan cipta.

"Ehem.... Kapan lombanya?"

"Ya?" Vanda agak terkejut mendengar pertanyaan Fazza setelah mereka sama sama larut dengan pikiran masing masing.

Fazza tersenyum samar, dengan fokus tetap.di depan.

"Em.... Dua minggu lagi," jawab Vanda setelah kegugupannya mulai bisa dia kendalikan dan menyadari pertanyaan Fazza.

Fazza hanya mengangguk, ngga bertanya lagi sampai mobil yang membawanya tiba di halaman rumah mewah Fazza.

Kinara memperhatikan rumah yang pernah dia inap dulu bersama Kinara. Sudah cukup lama juga dia ngga maen lagi.

Mami Fazza menyambut dengan penuh senyum. Beliau pun memeluknya.

"Kata Fazza tadi abis latihan, ya? Pasti capek banget, kan."

Serr.

Rasanya senang sekali ada yang bertanya tentang keadaannya.

"Lumayan, mami."

Mami Fazza yang memintanya dipanggil begitu.

"Harus makan yang banyak, dong, biar bisa kuat snashnya," tawa hangat mami Fazza berderai.

Vanda jadi ikut tertawa juga, agak perlahan. Dia masih canggung

Fazza yang melewatinya setelah menyalim maminya menoleh saat mendengar tunangan dan maminya tertawa.

"Sana, cepat mandi." Suara papinya membuat dia mengangguk. Ngga tau muncul dari mana, padahal tadi belum terlihat di mana pun.

"Ya, papi."

Kendra tersenyum melihat kelakuan kaku putranya. Berharap Vanda tahan dengannya.

Vanda terpukau ketika melihat banyaknya hidangan yang tersedia di atas meja.

"Mami ngga tau kamu sukanya yang mana," senyum Mami Fazza sangat merekah.

"Enak enak semua, mami." Mata Vanda berkeliling menatap.satu persatu, juga dengan senyum yang merekah.

"Syukurlah. Jangan malu malu nanti, ya," sahut mami lagi.

Vanda mengangguk ngga yakin. Apa dia bisa makan dengan lahap di dekat Fazza? Rasanya dia hanya butuh minum saja, yang gampang ditelan.

"Mami sama papi udah tau kamu ke sini, kan?" tanya Zayra-mami Fazza-lagi.

"Sudah, mam. Lagi di luar kora juga."

"Oooh."

Kendra ngga bersuara, dia mengamati Istri dan calon menantunya bergantian. Hatinya senang melihat keduanya begitu akrab.

Vanda yang selama ini dia perhatikan cukup pendiam, tapi kali ini syara tawanya cukup sering terdengar. Bahkan putranya juga sempat memperhatikan juga.

"Fazza lama banget. Vanda, coba kamu panggil, biar ngga kelamaan."

Waduh

"A aku mam?"

Gugup lagi, kan? Vanda merasa degup jantungnya jadi sangat cepat.

"Iya, latihan jadi istri," tawa Zayra dan Kendra mengudara.

Istrinya bisa bisanya aja menggoda gadis belia ini, batin Kendra geli melihat kecanggungan Vanda.

"Udah ngga pa pa. Vanda ngga gigit, kok," sahut mami Fazza masih dalam tawanya. Wajahnya terlihat senang, beliau langsung merasa kalo Vanda sudah menjadi bagian dari keluarganya. Bukan calon lagi

Kendra masih tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Dia tau pasti Vanda merasa sangat malu dan sungkan. Apalagi kedekatan putranya dan gadis itu cukup kaku dan datar. Kecuali kalo ada Kinara.

"Kamu tau kamarnya, kan?" kerling mama Fazza penuh arti.

Vanda terpaksa mengangguk. Dia pernah beberapa kali menginap di rumah Fazza dulu saat diajak Kinara. Tapi jarang bertemu laki laki dewasa itu. Kinaralah yang memberitau dimana letak kamar omnya itu.

Karena terus di dorong dan di desak mami Fazza, dengan gugup Vanda terpaksa mengikuti sarannya untuk menemui Fazza di kamarnya. Baru kali ini dia ke kamar laki laki.

TOK TOK TOK

"Kak.... Kak Fazza....?"

CEKLEK

Tanpa sengaja Vanda menggerakkan engsel pintu hingga pintu kamar terbuka.

Vanda terkejut sendiri dengan tindakan refleknya. Degup jantungnya pun semakin ngga menentu, dadanya sampai sakit. Bayangan laki laki dengan handuk melilit di pinggang yang menampilkan dada polosnya muncul begitu saja di kepalanya.

Vanda menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikiran liarnya. Dia bermaksud pergi saja sekarang sebelum hal yang ada di pikirannya tampil nyata di depan matanya.

Tapi baru saja dia berbalik, suara yang sekarang dia takuti memanggilnya datar.

"Kamu ngapain buka pintu kamar aku."

DEG DEG DEG

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

wah aku ikut drg,deg,deg, nih

2024-04-09

2

N I A 🌺🌻🌹

N I A 🌺🌻🌹

yg satu kaku minta ampun yg cewek pendiam luar biasa kayak kuburuan tar kalo dah nikah😂😂😂😂

2024-03-07

1

Rahmawati

Rahmawati

fazza jg kaku ketemu Vanda yg pendiam ya jd gitu deh

2024-03-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!