Jam sepuluh malam, saat Fazza bersiap akan pulang ke rumahnya, ponselnya berdering.
Devin, walau agak heran, dia pun menerimanya panggilan telponnya
"Pacar lo tadi di mall sendirian," lapor Devin via telpon.
Fazza agak terusik juga. Apalagi setelahnya Devin mengirimkan beberapa foto saat Vanda sedang bersalaman dengan remaja laki laki seusianya. Sama sama masih SMA.
Tanpa sadar Fazza mengeluh dalan hati. Apalagi sudut pengambilan Devin sangat bisa membuat rasa cemburunya bangkit.
"Tugasmu buat memata matai dia sudah lama selesai," decak Fazza kesal. Rahasia besarnya masih rapi disimpan Devin, hingga Devin berani seenaknya saja padanya.
Devin ngakak sampai Fazza harus menjauhkan ponselnya demi keberlangsungan hidup gendang telinganya.
"Ngga sengaja tadi lihat dia waktu aku ngemall."
"Hemm....."
"Tapi tadi aku terus ikuti sampai dia pulang. Jangan khawatir. Udah selamat sampai di rumah," gelak Devin lagi. Seolah senang membuat Fazza kesal.
Telanjur ketemu dan telanjur sudah memfoto yang pasti akan membuat Fazza panas, jadi sekalian saja dia ikuti kemana saja tunangan Fazza pergi. Jiwa pengawal begitu mendarah daging dalam dirinya.
"Terimakasih," ucap Fazza ngga ikhlas.
Devin makin tergelak sampai Fazza kesal hingga memutuskan telponnya.
Kata kata para sahabatnya tergiang lagi. Padahal dia sudah membuat tunangan belianya merasa surprise, karena tadi sudah langsung menjemputnya. Ternyata masih kurang.
Fazza memijat keningnya sambil memperhatikan foto foto itu lagi sebelum meremasnya dan membuangnya ke tong sampah.
*
*
*
Fazza sudah memundurkan jadwal meetingnya dua jam ke depan, karena dia akan mengajak Vanda untuk membeli gaun yang akan dia kenakan dua hari lagi di acara nikahan abangnya Zoya, Dirga. Juga sedikit mengikuti saran saran sahabat sahabatnya, mengajaknya nge mall setelah dari butik.
Fazza pun mulai menelpon nomer yang dari semalam sudah membuatnya ngga nyenyak tidur sambil melangkah keluar dari ruangannya.
"Ha halo....."
Fazza tersenyum mendengarnya. Selalu saja gugup.
"Aku jemput sebentar lagi," ucapnya tanpa basa basi.
"Emm.... A aku ada latihan vo voli."
"Sekarang?" Kening Faxxa berkerut.
"I iya... Kinara juga ikut, kok."
"Berapa lama?" Firasatnya mengatakan kalo dia akan mendapat jawaban yang ngga sesuai dengan harapannya.
"Biasanya dua sampai tiga jam."
Hampir saja Fazza memaki.
Padahal dia sudah sengaja mengosongkan jadwalnya selama dua jam ini.
"Oke." Hanya itu yang bisa dia ucapkan, kemudian telpon pun dia putuskan.
Dia pun menghubungi sekretarisnya, dan meralat semua ucapannya tadi
"Jadi meetingnya sekarang, Pak?" kaget sekretarisnya karena bosnya merubah apa yang sudah dikatakannya beberapa.menit yang lalu.
"Ya."
Ngga pernah bosnya bersikap seperti ini. Ngga konsisten. Tapi dia ngga bisa membantah karena suara bosnya terdengar gusar. Jadinya dia pun segera menghubungi para direktur yang awalnya sudah bersuka ria karena meeting akan ditunda.
Dia pun meminta tolong beberapa stafnya secepat mungkin menyiapkan ruang meeting. Sangat melelahkan bekerja di luar rencana dan diburu oleh waktu. Beberapa direktur yang dihubunginya pun sempat berteriak kesal padanya, karena sudah menyampaikan informasi yang keliru. Padahal bukan salahnya.
Fazza sendiri beneran gusar, rencana yang sudah dia susun untuk bersama dengan gadis itu jadi berantakan. Dia pun bergegas ke ruang meeting dengan wajah masam.
Para direktur yang hadir merasakan hawa meeting ngga sefrendly seperti biasa saat mereka menyampaikan keuntungan yang melebihi target. Meeting kali ini seperti ketika mereka.mengalami kerugian bahkan bencana karena ada pekerja proyek yang mengalami kecelakaan kerja.
Tapi untunglah Fazza hanya menampilkan wajah masamnya saja, tidak menunjukkan kemarahannya karena keterlambatan mereka yang menghadiri meeting.
*
*
*
"Ada apa?" tanya Kinara heran melihat wajah bingung Vanda.
"Ommu," jawab Vanda asal.
Kinara terkikik.
"Kenapa omku yang super tampan dan tajir itu?" ledeknya.
Vanda mendengus pelan.
"Aku baru kali ini menolak ajakannya," katanya terus terang. Sama seperti Kinara, mereka berdua sedang mengikat tali sepatu masing masing.
Gerakan Kinara yang sedang menyimpul tali sepatu berhenti.
"Dia mau ngantar kamu pulang lagi kayak kemarin?" decak Kinara mengejek.
Hemm.... Sudah ada progres, cibirnya dalam hati. Seenggaknya abang sepupunya itu sudah memunculkan dirinya di sekolah mereka. Ngga hanya asistennya melulu.
"Sepertinya," jawab Vanda agak ragu. Firasatnya mengatakan, abang sepupu Kinara akan mengajaknya ke suatu tempat, walaupun dia ngga yakin.
Selama satu bulan resmi jadi tunangan, baru satu kali malam minggu Fazza mengajaknya pergi. Tiga malam minggu selebihnya dihabiskannya di rumah sendirian, karena Fazza sedang bolak balik ke luar negeri. Kinara juga sibuk bersama Farel.
"Biarin aja. Sesekali dia tau kamu juga bisa sibuk," oceh Kinara santai.
Vanda hanya mengangguk setuju dengan pendapat Kinara.
Iya, gantian, batinnya agak senang. Selama ini tunangannya itu sibuk melulu. Nelpon, nge chat, apalagi ketemu, bisa dihitung dengan jari. Padahal udah sebulan. Dia dicuekin mulu. Baru kali ini Vanda bisa tersenyum.
"Ayo, kita latihan sebelum diomeli Kak Candy," ajak Kinara sambil berdiri.
"Ya." Mereka mulai sibuk latihan karena pertandingan antar sekolah akan dimulai sebentar lagi. Trophy gubernur yang mereka raih tahun kemarin harus dipertahankan.
Semangat Vanda sudah kembali lagi. Untung sempat cerita sama Kinara, kalo ngga pasti sesi latihan ini akan diisi dengan kemarahan Kak Candy karena dia sudah ngga fokus.
*
*
*
"Kamu kenapa hari ini?" tanya Kendra sambil memperhatikan wajah putranya. Dia sempat mendengar bisik bisik stafnya kalo Fazza sempat membuat keputusan yang membingungkan.
"Ngga apa apa, Papi," jawab Fazza tenang.
Kendra tersenyum.
"Jangan terlalu sibuk. Lepaskan saja beberapa proyek," usul Kendra sambil mengambil salah satu map teratas yang berada dalam tumpukan yang cukup tinggi.
"Tapi mereka sudah terlalu percaya sama kita," protes Fazza. Relasi yang sudah terlalu lama membuatnya agak sungkan menolak kerja sama yang saling menguntungkan ini.
"Iya, sih." Kendra pun sudah cukup sibuk juga. Tapi ngga masalah buatnya, karena Zayra selalu menemaninya.
Hening.
"Sebaiknya kamu libatkan, Devin untuk membantu. Dia lumayan juga," usul Kendra lagi.
Si tukang ngeselin itu? Hampir saja Fazza menumpahkan unek uneknya.
"Nanti papi yang akan menghubunginya," sambung Kendra lagi setelah ngga ada jawaban dari putranya.
"Oke."
Ya, ngga apalah. Dia pun sudah sangat kelimpungan sejak kehamilan tante Salma.
"Nanti malam ajak Vanda makan malam di rumah. Mamimu udah kangen katanya," senyum Kendra.
"Tapi aku ada meeting," keluhnya.
"Devin yang akan tangani," senyum Kendra membuat Fazza bisa tersenyum juga.
Okelah kalo gitu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Muhammad Arifin
sek sek...fotone lewat hp kan d kirimnya? kok d remas...
2024-05-30
3
K4NG B3N1👏😎
berasa pacaran ama kanebo kering ya vanda.. kakuuu 😅🤣🤣🤣
2024-05-26
2
erinatan
Faaz kaku
2024-05-02
2