MENERIMA

Pagi ini Melati segera melakukan pekerjaanya. Dia memasak menu sederhana sesuai request Arjuna.

Nasi goreng tanpa kecap memang lah masakan favorite Arjuna. Tapi lucunya Arjuna tidak suka makan pedas.

Melati naik ke lantai dua untuk memanggil Arjuna.

"Tok.. Tok.. Tok... "

"Tuan, makanan sudah siap. "

Setelah mendengarkan jawaban dari Arjuna dia segera turun ke bawah dan melanjutkan pekerjaannya.

Semua makanan siap di hidangkan dan Arjuna pun sudah turun ke meja makan.

"Melati, temani aku makan. " ucap Arjuna.

"Tidak tuan, maaf ada ayah dibelakang. " tolak Melati.

"Baik lah nanti siang sekitar jam 2 aku jemput kamu ya, kita ke makam Nando."

"Baik tuan." Melati segera kedapur menyelesaikan cuciannya.

Saat Melati sedang menyelesaikan cuciannya ayahnya masuk dan bertanya.

"Kenapa wajahmu seperti itu Melati? Apa Ferdi mengganggumu lagi? " tanya mang Ujang.

" Tidak ayah, mungkin aku kecapekan. Semalam diajak ke apartemen kak Lila karena beliau ulang tahun. " ucap Melati memberikan penjelasan agar ayahnya tidak curiga.

"Ya sudah, kalau ada apa-apa cerita sama ayah ya. Oh iya Melati, ayah di tugaskan ke bogor untuk merawat villa tuan paling seminggu atau paling lama dua minggu, kamu tidak apa-apakan ayah tinggal? "

'' Tidak apa-apa ayah, aku akan jaga diri dan ayah juga ya. "

Mang Ujang mengangguk sambil berjalan keluar untuk membersihkan halaman depan.

Saat sedang membersihkan halaman depan, mang Ujang di datangi oleh Arjuna.

"Mang tadi papa telfon katanya mamang harus ke Bogor ya? " tanya Arjuna.

"Iya tuan, paling lama dua minggu. Nanti saya nitip Melati ya tuan, tolong jaga dia. Sepertinya beberapa hari ini dia sedang gelisah karena di ganggu mantannya. "

" Oh jadi Ferdi itu mantan Melati? " sontak Arjuna menjawab ucapan mang Ujang.

" Kok tuan kenal Ferdi? " tanya mang Ujang heran.

" Kemarin yang aku ngajak Melati beli kado buat Lila kita ketemu mang, terus memperkenalkan diri. Tapi tenang mang, Melati akan aku jaga jadi jangan khawatir. "

" Terimakasih tuan, anggap saja Melati adik tuan sendiri ya. "

Arjuna menjawabnya dengan tawa kecil.

" Yasudah mang nanti kalau berangkat hati-hati ya.. Aku pamit ke kantor dulu. "

Setelah Arjuna berangkat mang Ujang ingin menemui Melati menanyakan tentang Ferdi kenapa tuan Arjuna bisa mengenalnya.

Tetapi itu urung di tanyakan karena dia melihat Melati sangat murung belakangan hari ini.

"Kamu kenapa nak, ngelamun terus seperti ada yang kamu pikirkan? " tanya mang Ujang sambil duduk disebelah Melati.

"Tidak ada ayah, aku hanya rindu mengajar di sekolah darurat, tapi jika aku kesana aku malas ketemu Ferdi. "

Terlihat jelas raut kecewa diwajah Melati. Memang pasti sangat sakit di khianati oleh pacar dan sahabat dekatnya.

" Ngomong-ngomong ayah tau Kenanga pergi pulang kampung? " tanya Melati ke ayahnya.

Mang Ujang hanya diam mendengar pertanyaan putrinya itu. Sebenarnya memang dulu Kenanga pamit kepada mang Ujang dan meminta maaf karena sudah menyakiti Melati.

"Tidak tau, memang siapa yang bilang Kenanga pergi ke kampung? " tanya mang Ujang.

Tetapi Melati tidak mungkin bilang kalau tau semua dari Ferdi. Karena pasti ayahnya khawatir apa lagi beliau mau pergi ke bogor.

"Yah berangkat jam berapa? " tanya Melati mengalihkan pembicaraan.

" Satu jam lagi, ini menunggu kang Didin menjemput. ayo kita makan dulu, kamu juga belum makan Melati. "

Akhirnya Melati dan ayahnya duduk di meja makan dapur mereka makan bersama tanpa memikirkan masalah yang lain.

Tak berapa lama mang Didin datang menjemput mang Ujang untuk berangkat ke Bogor.

Melati mengantarkan sampai depan gerbang.

"Ayah, hati-hati.. Aku akan baik-baik saja jangan khawatir. " ucap Melati.

Memang ada ke khawatiran di hati ayahnya karena Ferdi muncul lagi dikehidupan anaknya, tapi dia percaya jika tuan Arjuna mampu menjaganya.

Mobil berwarna hitam melaju keluar gerbang, dan kian lama tak terlihat lagi di pandangan Melati. Bergegas Melati masuk kerumah menyelesaikan semua pekerjaan rumah.

Waktu sudah menunjukan pukul 12.30. Melati segera bersih-bersih badan dan bersiap akan pergi dengan tuan Arjuna.

Saat duduk di meja nakas, Melati melihat lagi cincin yang diberikan tuan Arjuna.

Dia memakainya di jari manis tangan kiri. Dipandangnya begitu cantik cincin itu.

Melati berfikir matang-matang harus menerima atau benar-benar menolaknya. Tetapi rasanya dia pun tak sanggup untuk menolak tetapi begitu membingungkan jika menerima.

Dering telfon tiba-tiba berbunyi. Ternyata Arjuna yang menelfon. Buru-buru Melati mengangkatnya.

"Halo tuan.. "

"Melati sudah siap kah, aku tunggu didepan ya kita segera berangkat biar gak keburu sore . " ucap Arjuna disambungan telfon.

"Sudah siap tuan, aku akan segera kedepan. "

Melati bergegas memasukan handphone ke dalam tasnya. Tanpa Melati sadari cincin yang semalam masih melingkar indah di jari manisnya.

" Tuan maaf lama. "

" Tidak ,ayo masuk keburu sore. "

Mobil mereka melaju menyusuri jalan. Tak lama sampai di komplek pemakaman elite. Bukti-bukti yang cantik mengelilingi komplek itu.

Setelah membeli bunga dipintu depan dan berjalan masuk. Sampailah mereka di depan makan Nando Brawijaya Kusuma.

" Hai Ndo, aku datang lagi, liat aku ajak siapa?, cantik bukan? " ucap Arjuna.

Melati duduk disebelah Arjuna. Mereka memanjatkan doa untuk ketenangan nando. Dimakam itu Arjuna menceritakan tentang kisah Nando yang tidak banyak orang tau. Karena sebagian orang menganggap jika Arjuna adalah sati-satunya anak dari keluarga Brawijaya.

Padahal nyatanya dia masih punya kakak. Meskipun dia sakit-sakitan dan tak seberuntung seperti kita Nando tetaplah kakak tersayangnya.

Melati dengan seksama mendengarkan Arjuna bercerita. Ternyata meskipun banyak harta tidak menjamin kebahagiaan orang lain.

Mereka berdua mengobrol sambil berjalan ke arah mobil.

Benar saja, tanpa disadari Arjuna melihat cincinnya sudah melingkar di tangan kiri. Membuatnya merasa bahagia.

"Melati terimakasih sudah menerima ku, aku tidak akan mengecewakanmu. " ucapan Arjuna di sambut dengan kebingungan Melati.

Dan akhirnya Melati sadar jika cincin ini terlanjur melekat dijari manisnya.

Tanpa Melati sadari, jika takdir Allah yang menuntunnya menerima Arjuna.

Melati berharap ketidaksengajaan ini menjadi awal cerita cintanya dan awal kebahagiannya. Melati sendiri sebenarnya amat berbahagia. Karena tanpa Arjuna tau rasa sayang dan rasa kagum Melati sudah tumbuh dari awal pertemuan waktu itu.

Melati tidak memikirkan lagi tentang omelan ayahnya. Karena menurut Melati jika cinta bisa menyatukan perbedaannya.

"Terimakasih Melati, sekali lagi aku janji akan terus menjagamu. " ucap Arjuna.

"Aku juga mencintaiku Arjuna, semoga cinta kita bisa menyatukan perbedaan ini, terima kasih telah memilihku. Terima kasih kamu mampu mencintaiku. "

Kebahagian terpancar dari dua sejoli yang saling jatuh cinta.

Entah apa yang akan mereka hadapi kedepannya. Tapi mereka berjanji akan menanggung dan melaluinya berdua.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!