Peribahasa 15 Seperti Ditempuh Gajah Lalu

Seperti ditempuh gajah lalu, artinya Suatu hal yang tidak dapat disembunyikan.

Enggy menyungging senyum, membalas senyuman ramah yang dilukiskan bibir Tiwi dan Robby. Sebelum dia menginjak kaki di ruang keluarga ini, dia sempat melihat bagaimana interaksi mereka. Tampak begitu akrab. Binar-binar saling ketertarikan tampak jelas di mata mereka.

Selama ini Robby memang tak pernah mengatakan perasaan tentang Tiwi kepadanya. Tapi Enggy tahu kalau Robby sangat menyayangi wanita itu. Enggy sering melihat tatapan cinta dari Robby yang sering dilihatnya dulu tatkala beliau menatap Bundanya.

Digerakkan kakinya melewati ruang tamu dan berakhir di teras rumah. Alisnya sedikit terangkat melihat sosok laki-laki dalam balutan kemeja kotak-kotak dan celana jeans hitam yang duduk di salah satu kursi plastik.

“Andreas,” seru Enggy.

“Hai!” Andreas mengangkat sebelah tangannya.

“Ada apa Ndre? Kok tumben ke sini nggak bilang-bilang?”

“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”

DEG... DEG... DEG... Degup jantung Enggy tiba-tiba berdetak tak keruan. Dia mulai berpikir yang tidak-tidak. Apa mungkin Andreas mau menembaknya? Mau menyatakan cintanya?

Bukan kegeeran. Hanya saja bolehkan dia berpikir seperti itu. Apalagi Andreas tiba-tiba datang ke rumahnya malam-malam begini. Tanpa pemberitahuan sedikitpun. Ditambah lagi ekspresi Andreas yang terlihat berbeda. Tampak serius. Sudah hilang entah ke mana rona ceria yang sering ditunjukkannya.

Lima menit berlalu. Andreas belum membuka suara. Enggy mulai salah tingkah. Debaran di dada nya semakin berdegup keras. Benarkah dia akan mendapatkan pernyataan cinta untuk kedua kalinya setelah mendapatkannya dari Rantung?

“Ini... Ini tentang Riezka dan foto bugil itu.”

Mata Enggy membulat. Pikiran-pikiran negatif tentang Riezka kembali menyerang otaknya. Benarkah dugaannya? Benarkah Riezka si Mr. Reka? Benarkah Riezka yang mengedit fotonya? Benarkah Riezka yang mengirim foto bugil itu ke Jordan dan mamanya Hanggif? Benarkah Riezka setega itu?

“Riezka nggak salah. Dia nggak tahu apa-apa,” tukas Andreas mantap.

“Jadi kamu udah tahu siapa pelakunya?” tanya Enggy yang mendadak antusias dan begitu lega, setidaknya pemikiran tentang Riezka tidak benar.

Andreas mengambil napas dalam. “Sebenarnya....” Sekali lagi dia mengambil napas sebelum melanjutkan ucapannya. “Sebenarnya akulah yang sudah mengedit dan mengirimkan foto itu ke Jordan dan Bu Ratna.”

Enggy sekonyong-konyong tertegun. Lalu tiba-tiba dia terkekeh kecil. “Apakah sekarang April Mop?”

Andreas tak menanggapi. Dia hanya diam. Wajahnya sekarang bahkan menjadi lebih serius dari beberapa menit lalu. Sementara Enggy yang melihat gelagat Andreas langsung mengatup mulutnya. Ditatap lekat wajah Andreas. Tak terlihat raut kebohongan di sana.

Tapi kalau memang dia si Mr. Reka, apa buktinya

“Coba kamu telpon nomor yang dikasih Jordan,” ucap Andreas seolah mendengar apa yang ada di pikiran gadis yang duduk sejajar dengannya itu.

Enggy merogoh kantong celananya ragu-ragu. Dibuka chat WhatsApp Jordan, ditatapnya sejenak nomor dengan ujung 01 itu sebelum menatap Andreas. Enggy masih tak menemukan raut yang menunjukkan kalau ucapan laki-laki itu hanya bercandaan saja.

Ditekan nomor tersebut hingga menampilkan kotak dialog pilihan. Enggy memilih call to +628xxxxxxxx01.

Nada dering Mystic Tone terdengar dari balik saku celana Andreas. Dia kontan langsung merogoh, mengambil sebuah ponsel android berwarna putih. Itu jelas bukan ponsel yang sering dipakainya. Seingat Enggy, merek ponsel Andreas bukanlah merek asal Korea.

“Ta-tapi mengapa kamu melakukannya?” Wajah Enggy sekarang berubah merah.

“Itu karena Rantung.”

Enggy mengernyit dahi. Apa hubungannya?

“Semuanya bermula saat setahun yang lalu.” Andreas menatap ke lantai, menatap dengan pandangan lurus sambil mengingat kejadian setahun lalu yang bertepatan dengan liburan sekolahnya.

Andreas mendongkol masuk ke dalam mobil. Dia menutup pintu dengan kasar. Kesal. Kesal. Kesal. Dia begitu kesal dengan gadis yang baru saja menempati tempat duduknya. Riezka membiarkannya menunggu tanpa kabar di bandara, luntang-lantung selama hampir dua jam.

“Masih marah?” Riezka melirik Andreas yang memilih menatap ke jendela.

Andreas mendengus tanpa menoleh.

“Sori. Tadi ada sedikit urusan.”

“Tapi kamu bisa kan telepon atau chat. Jadi aku bisa pulang pake taksi,” masih dengan wajah cemberut, Andreas menyahut.

“Sori-sori. Aku minta maaf banget,” seru Riezka dengan tulus.

Andreas tak mengomentari. Rasa jengkel ini masih memenuhi hatinya. Dan saat sedang merenggang-renggangkan otot, mencoba merilekskan dirinya, Andreas tak sengaja melihat ke kursi di belakang. Kedua maniknya menangkap sebuah paperbag. Karena bosan, dia memutuskan untuk mengambilnya. Di dalam tas kertas itu terdapat sebuah kotak berwarna coklat yang berisikan sebuah jam tangan merek terkenal. Juga sebuah surat tulisan tangan.

“Dear Rantung. Selamat ulang tahun yang ke-16. Aku—”

“Jangan lihat-lihat sembarang!” Riezka tergesa-gesa mengambil surat tersebut.

“Rantung itu siapa?” Andreas tiba-tiba menjadi penasaran. Nama tersebut jelas nama seorang laki-laki. Tapi siapa? Riezka tak memiliki banyak teman cowok.

“Teman,” jawab Riezka sambil meletakkan paperbag itu di samping kanannya dekat pintu mobil.

“Oh,” sahut Andreas singkat.

Sebenarnya dia masih ingin bertanya lagi. Masih penasaran dengan laki-laki itu. Setidaknya dia harus tahu nama lengkapnya, rumahnya di mana, umurnya berapa, satu sekolahkah, dan sebagainya. Bukan karena apa-apa, hanya saja selama ini dia cukup mengenal semua teman Riezka. Gadis itu pun tanpa ragu menceritakannya. Namun seperti kali ini dia tak ingin terlalu membahasnya. Entah karena apa.

Dan setahun kemudian, sehari sebelum Andreas masuk ke SMA Plus Pekanbaru, sosok Rantung itu akhirnya terjawab. Berawal dari dia yang mengunjungi rumah Riezka.

“Riez, ada apa?” Andreas berjalan terburu-buru mendekati Riezka yang sedang duduk di atas tempat tidur.

Riezka mengusap kasar linangan air mata yang menghiasi kedua maniknya.

“Tante Raisya dan Om Rio baik-baik aja, kan?” tanya Andreas dengan tatapan khawatir. Dia jadi berpikir yang tidak-tidak.

“Mereka baik kok.”

“Jadi kenapa kamu menangis?”

“Ehm... aku nggak nangis. Tadi kelilipan.”

“Riez, lihat aku!” Andreas memegang bahu Riezka agar menghadapnya. “Jangan bohong!!! Karena kamu tuh nggak pintar bohong. Jadi kenapa kamu menangis?”

Riezka mencoba melepaskan pegangan Andreas di bahunya. Namun semakin dia berusaha, semakin kuat Andreas memegangnya.

“Aku sangat jarang melihatmu menangis. Jadi saat aku melihatmu seperti ini, aku nggak bisa hanya diam saja. Setidaknya aku harus tahu apa penyebabnya, Riez.”

Riezka masih tak berniat untuk menjelaskannya, justru dia mengalihkan pandangannya ke seprai tempat tidur, lebih tertarik memandang kain berwarna kuning dengan gambar-gambar spongebob squarepand yang menyebar.

“Atau kamu mau aku bilang ke Tante Raisya kalo kamu menangis?” ancam Andreas.

Sesuai dugaan, Riezka kembali menatap mata Andreas. Ancaman dengan menggunakan nama ibunya memang selalu ampuh. Riezka selalu tidak ingin membuat sosok itu khawatir. Wanita paruh baya tersebut memiliki riwayat penyakit jantung. Apalagi beberapa hari ini, beliau sedikit tidak sehat.

Ditarik napas sejenak sebelum mengembus pelan. “Aku menangis karena orang... orang yang kusukai... jadian dengan sahabatku.”

Andreas bergeming. Dia tak menduga akan mendapatkan jawaban seperti itu. Kemudian ditolehkan pandangan ke wajah Riezka yang tampak nelangsa. Riezka sepertinya benar-benar terlihat patah hati. Mata dan hidungnya sedikit memerah. Lelehan-lelehan air masih mengaliri kedua pipinya. Kemudian Andreas memberikan kata-kata penyemangat. Hanya itu yang bisa dilakukan sekarang.

“Setelahnya aku berinisiatif untuk mendekatkan Riezka dengan Rantung,” pungkas Andreas mengakhiri ceritanya.

Sementara Enggy terperangah. Terlalu syok. Padahal selama ini Enggy tak pernah menangkap gestur berlebihan dari Riezka.

Seingatnya, gadis itu tak pernah curi-curi pandang ke arah Rantung. Riezka pun tak pernah memilin-milin rambut, atau memegang muka, atau menyentuh bibirnya seperti yang sering Enggy lihat tatkala ada siswi SPP yang menyukai Rantung. Nada bicara Riezka juga biasa-biasa saja. Tidak ada suara yang nyaring histeris karena merasa senang saat berbicara dengan orang yang disukai. Intinya Riezka tidak pernah menunjukkan tanda-tanda cewek yang sedang menyukai cowok secara diam-diam.

“Dengan beredarnya foto itu, aku berharap Rantung membencimu sehingga Riezka bisa bersama Rantung,” imbuh Andreas dengan menatap lekat wajah Enggy.

Masih belum ada sahutan dari mulut Enggy. Dia masih sibuk dengan pikirannya.

“Aku melakukan semua ini karena aku ingin membuat Riezka bahagia,” sambung Andreas lagi.”

Enggy memijit-mijit keningnya. Ganar. Tak tahu harus menanggapi seperti apa. Ingin marah, tapi entah kenapa mulut ini tiba-tiba terkunci rapat. Bahkan percikan berang yang tadi sempat hinggap, kini perlahan-lahan menghilang. Ungkapan terakhir Andreas seolah menghambatnya.

“Lalu kenapa sekarang tiba-tiba kamu mengakuinya?” tanya Enggy setelah cukup lama hening.

THANK YOU SO MUCH...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!